Hari Kelima : Bukan Eunha yang makan!

1K 81 4
                                    

Di siang hari yang terik, seharusnya Jungkook masih bergelung di dalam selimut sambil memainkan online game-nya. Namun, seseorang menyuruhnya untuk membeli bahan makanan di mini market depan kompleks.

Apalagi dalam situasi seperti ini, pakai kaca mata, pakai jaket, pakai masker, bolak-balik cuci tangan, gimana nggak males?

Bisa sih Jungkook menolak buat pergi. Sayangnya, yang nyuruh itu preman. Galak. Garang. Omongannya ngalah-ngalahin Richees level 5. Belum bilang "Nggak", Jungkook udah diteror sama tatapannya.

Mana kalau kesal siap-siap jadi samsak lagi. Jadilah, Jungkook pergi ke minimarket 24 jam.

Dulu, awal masuk Asrama Merkurius, Jungkook pikir Jihyo adalah yang paling galak. Ternyata ada yang lebih galak.

Dulu, Jungkook pikir yang paling bad adalah Lisa karena dandanannya. Ternyata ada yang lebih mirip preman.

Dulu, Jungkook pikir yang paling lemes mulutnya itu Eunha. Ternyata ada yang lebih parah lemesnya.

Hanya butuh seorang untuk menggabungkan Jihyo-Lisa-Eunha menjadi satu. Perkenalkan nama paling agung selain Budhe di Asrama Merkurius. Nama yang sekali dengar bisa membuat telinga kamu berdarah, hidung mimisan, mulut berbusa, paling parah opname.

"Jiho!"

Dia adalah Jiho. Preman dari Asrama Merkurius. Si selebgram yang bibirnya pengin dikaretin saking nyebelinnya.

"Nih, bahan-bahan Dalgona pesenan lo."

"Hm."

Jungkook masih berdiri di pantry tempat ia meletakkan kresek itu. Ia masih menunggu suatu kalimat dari Jiho. Tapi, sepertinya itu tidak akan ia dengar. Perempuan berambut panjang itu masih sibuk gulir-gulir ponsel.

"Ji, lo nggak ada ucap makasih gitu."

Tidak ada jawaban.

Jiho hanya mengambil kresek itu—masih dengan bermain ponsel—sambil beranjak ke arah wastafel. Jungkook di tempatnya mendesah lelah.

"Ji, gue susah-susah beliin itu bahan-bahan loh, Ji. Makasih gitu kek."

Padahal Jungkook cowok. Dan cowok itu harusnya berani. Tapi, pas Jungkook ngomong kayak gitu ke Jiho, dia malah deg-degan sendiri. Ya, siapa yang tahu Jiho lagi pegang pisau apa nggak.

Dilihat dari punggungnya, Jiho terdiam. Ia meletakkan ponselnya—bukan, ia membanting ponselnya. Seketika, Asrama Merkurius yang tadinya ramai menjadi hening. Aura positif yang tadi mengisi seluk beluk asrama, menjadi aura negatif.

Jihyo, bahkan menghentikan kegiatannya karena tubuhnya tiba-tiba kaku.

Jihyo yang diam dari tadi aja kaku, apalagi gue.

"Lo mau apa sih?"

"G–gue ma–mau . . ."

"Mau apa? Ngomong yang jelas dong. Lo baru belajar ngomong? Bisa apa lo ngomong gagap kek gitu."

"Ji–Jiho gu–gue . . ."

Jungkook tersentak ketika Jiho menghela napas kasar. Ia merasa seharian ini hidupnya tak akan tenang. Dalam hati ia berdoa. Semoga Jiho tidak benar-benar marah kepadanya.

L O C K S R A M A | 97 LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang