Hari Ketujuhbelas : Chaeyeon, lo . . .

595 53 5
                                    

Siapkan hati, siapkan mental. Sebentar lagi kapal kita berlayar. Wkwkwk.

• • •

Jihyo menarik ujung bibirnya sedikit. "Dare buat lo . . ."

"Sekarang, tembak orang yang lo suka kalau dia ada di sini. Atau telpon orang yang lo suka kalau dia nggak ada di sini. Tapi, Gyu, gue udah pegang rahasia lo, tentang orang yang lo suka. Dan lo, nggak bisa membodohi gue dengan apapun."

Mingyu terpaku. Tubuh tinggi yang biasa tercium harum wangi tergantikan aroma kecut. Saking banyaknya keringat yang keluar gara-gara gugup. Sampai-sampai Dokyeom nyaris memuntahkan isi perutnya karena itu. Ya, itu sih Dokyeom nya saja yang lebay.

"Gue nggak paham maksud lo. Orang yang gue suka?" Mingyu terdiam. "Emak gue?"

Jihyo melengos. "Sini, Gyu. Gue tendang muka lo."

"Santai, santai. Saat ini nggak ada orang yang gue suka."

"DUSTA!" Kali ini Jungkook berteriak di depan muka Mingyu. "Tarik sist. Jangan ada dusta di antara kita."

Bambam yang sedang mengunyah keripik-jangan tanya itu keripik dapat dari mana-menunjuk Mingyu. "Katanya orang yang suka dusta sama sahabat sendiri bakal cepet botak."

Mingyu mendorong wajah Jungkook. Lalu melotot ke arah Bambam. "Gue beneran nggak punya orang yang gue suka. Lagian juga yang ngerasain suka apa enggaknya itu kan gue. Napa lo pada ribut banget ah elah."

"Fix, sih. Lima hari ke depan rambut Pantene lo bakal habis," kata Bambam.

"Hish!"

Sebuah suara menggeram datang dari Jaehyun. Laki-laki tampan yang diketahui habis ditolak oleh seseorang itu mendecih. Human yang melihatnya sudah paham kalau Jaehyun sedang moody. Mana yang bikin kesal itu, muka Jaehyun merengut saja masih ganteng.

Bambam memutar matanya. "Duh, ganteng dari lahir nggak usah ditanya lah. Gue juga waktu kecil ganteng kok."

Eunha mendelik. "Kecilnya ganteng, dewasanya gendeng. Lo itu ibarat jeruk, kalau kecil rasanya manis, kalau besar rasanya kayak lihat muka lo. Kecut."

"Nistain saja terus. Sini lo semua, nistain gue saja terus," Bambam meneguk air putih sambil sesekali menghela napas. "Gue ada salah apa sih sama kalian? Bisa-bisanya kalian setega itu sama gue. Memang, ya, orang baik tuh banyak cobaan-"

"Bam," Lisa menggigit bibirnya. Tahu ekspresi preman waktu kesabarannya sudah habis? Iya, itu mirip itu. "Bam, lo beneran nggak tahu kesalahan lo di mana?"

Bambam mendelik. "Kapan gue pernah bikin salah sama lo?"

Lisa balas mendelik. "Banyak anjir. Nggak sadar diri. Kalau gue sebutin satu-satu bakal seberat timbangan dosa si Juned kali."

"Gue lagi! Gue teros!" Juned melempar ponsel mahalnya. "Gue daritadi diam lho, Lilis Sulilis. Lo ngajak gelud? Sini gue jabanin."

Jihyo yang duduk di dekat Mina menghela napas. Orang bilang suasana berisik di antara teman satu asrama itu bagus. Jadi, orang yang tinggal di dalamnya tetap merasa memiliki keluarga walau sebenarnya mereka jauh.

Tetapi-Jihyo menghela napas lagi-berisiknya Human itu kelewat berisik. Coba saja kalau pasar burung memperbolehkan manusia ikut kontes kicau, cuma butuh lima detik buat bikin Human jadi juaranya.

"Guys, sudah, lanjutin game nya," kata Jihyo. "Tadi sampai mana? Kiming? Lo belum jawab dare dari gue, by the way."

Dari arah yang tak terduga, Jaehyun membuka mulutnya. Ia mendengus. "Jangan cinta-cintaan. Males gue."

L O C K S R A M A | 97 LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang