Hari Keenam : Dokyeom hilang kemana? #2

673 66 2
                                    

Mingyu mengangguk serius. "Kita jalanin rencana ini nanti malam. Gue harap semua bekerja keras dan saling membantu."

Setelah meneriakkan yel-yel, mereka membubarkan diri berlagak seperti tak terjadi apa-apa.

Dan misi mengungkap hilangnya Dokyeom pun dimulai!

• • •

"Woy, makan malam! Makan malam! Gue cuma nyetok dikit. Yang nggak kebagian itu salah lo sendiri." Jihyo memanggil human-human lain untuk makan bersamanya di ruang makan.

Para penghuni yang sebelumnya sibuk dengan kegiatan masing-masing lekas beranjak. Mereka tahu, begitu Jihyo mengatakan nyetok sedikit, itu artinya benar-benar sedikit.

Bambam protes. "Kenapa nyetok sedikit sih, Ji? Uang bulanan dari gue kurang?"

Sebuah panci melayang ke arah Bambam.

"Lo nggak nafkahin gue, anjir. Nggak usah drama suami-istri. Gue KDRT, nangis lo!"

Di antara perseteruan itu, nyatanya meja makan menjadi sangat rusuh. Biasanya dalam keadaan nyetok sedikit, Jihyo akan mengambilkan satu per satu. Tapi, mengingat ia juga lelah bolak-balik masak, biarlah mereka mengambil sendiri makanan mereka.

Eunha berjalan ke arah Jihyo. Lalu berdiri merengut di samping perempuan itu. "Ji, kenapa nyetok sedikit lagi? Uang yang dikasih Bambam belum cukup?"

Jihyo mengumpat. "Bambam bukan suami gue, anjir. Amit-amit punya suami modelan jelly kek dia."

"Terus, kenapa nyetok sedikit?"

"Lo, lupa," Jihyo menghadap ke arah Eunha sambil bersedekap. "Kita lagi masa karantina. Kalau harus ke belanja, gue mesti pake angkutan umum karena di antara kita kagak ada yang punya transportasi pribadi."

Eunha cemberut. Tidak ingin mengakui, tapi Jihyo benar. Semua human adalah anak rantau. Rantau asli. Bukan rantau gadungan yang rumah jauh makannya nge-kost. Mereka semua berasal dari luar kota. Bahkan, ada yang berasal dari luar pulau.

"Lagian, Na. Lo nggak ngambil makanan?"

Eunha melotot. Lalu bibirnya mengerucut. "Kalau gue ngambil sekarang yang ada gue jadi perkedel. Belum aja ngambil makan udah sesak napas yang ada."

"Oh, iya. Lo kan short."

"Ji, udah pernah ngerasain sandal nempel di pipi lo, belum? Sini kalo belum."

"Kalem lah, Na. Kalem."

Sementara di ruang makan sangat penuh, para Human tidak menyadari dua orang manusia menghilang di antara mereka. Kedua orang itu tengah menjalankan misi kemana hilangnya Dokyeom.

Semua keberhasilan misi ada di tangan mereka.

Kedua orang itu adalah Mingyu dan Yugyeom. Yugyeom si teknisi kamera tersembunyi jelas sangat dibutuhkan. Lalu, Mingyu? Laki-laki tinggi itu adalah pemilik kamar. Jelas, ia paling paham seluk beluk kamarnya.

"Gue butuh tempat yang paling nggak terjamah sama si kuda," kata Yugyeom.

Mingyu mengarahkannya ke arah lemari. Lemari itu sangat tinggi dan pasti nggak terjamah. "Itu ditaruh paling atas. Bisa, kan?"

L O C K S R A M A | 97 LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang