Hari Keduapuluh : Eunwoo, apa-apaan sih Lo?!

423 31 5
                                    

Brak!

Suara pintu menjeblak terdengar. Eunwoo dengan raut wajahnya yang kusam menghampiri Jungkook. Rahang Eunwoo mengeras. Eunwoo menatapnya bengis kemudian bergerak cepat mencengkeram kerah baju Jungkook.

"Gue udah bilang ke lo buat jauhin Una. Apa kalimat gue cuma angin lalu buat lo?"

Jungkook di bawah tatapan tajam Eunwoo, membalasnya tenang. Balik menggenggam tangan Eunwoo di kerah bajunya. "Sejauh ini hubungan gue sama Una baik-baik aja. Kenapa lo nyuruh gue buat menjauh?"

"Karena lo nggak bisa jaga dia, brengsek!"

Jungkook mengernyit. Ia mendorong Eunwoo menjauh darinya dengan keras. "Maksud lo apa sih? Gue ngerti lo nggak suka gue deket sama Una. Lo kira berapa kali lo nyuruh gue jauhin Una. Tapi, nggak gini caranya."

"Bagus. Lo paham maksud gue biar lo jauhin Una. Terus, kenapa lo masih deketin dia? Ngajak live bareng dan gue nggak tahu tentang itu?" Eunwoo menyipit. Membayangkan keduanya bersama tanpanya terasa sedikit aneh.

Selama ini Eunha selalu di sisinya. Meski mereka berdua berbeda dari segi hobi, Eunha tidak masalah menghabiskan waktu bersamanya. Eunha tidak menggerutu seperti yang dilakukan orang lain. Ia hanya diam dan menikmati waktu bersamanya.

Banyak yang bilang, Eunwoo itu membosankan. Hidupnya hanya seputar buku, buku, dan buku. Saat berbincang, tatapan Eunwoo tertuju pada buku. Saat makan bersama, ia membawa buku. Saat pergi jalan-jalan, ia memegang buku.

Eunwoo tersentak.

Memperhatikan Jungkook yang sibuk mengomel sambil mengeringkan rambutnya. Tanpa sungkan melakukan hal itu di depannya. Jungkook itu-apa yang bisa Eunwoo katakan-berbeda seratus delapan puluh derajat dengannya?

Jungkook itu supel, asik, menyenangkan, memiliki banyak topik. Dia juga memiliki hobi yang sama dengan Eunha. Saat keduanya bertemu, mudah bagi Jungkook merebut konsentrasi Eunha.

Jungkook adalah laki-laki yang dibutuhkan oleh Eunha.

Dan Eunwoo tidak bisa menyangkal itu.

"Lo mending keluar deh. Sepet gue lihat muka lo." Kali ini Jungkook bergerak mengganti kaos putihnya dengan hitam. Ia membelakangi Eunwoo. "Lo datang doang setiap lihat Una bareng gue. Sekarang apa? Lo datang dengan tujuan yang sama kayak sebelumnya. Iya, kan?"

Eunwoo terdiam. Tidak memberi tanggapan apapun.

Karena situasi yang terlampau hening, Jungkook berbalik badan. Menatap Eunwoo yang bergeming di tempatnya sambil tersenyum kecil. "Basi! Gue sampai muak lihat muka lo."

"Seandainya lo tahu bukan cuma gue yang nggak suka lo deket sama Una, apa lo masih bisa deket-deket sama dia?" kata Eunwoo dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

Jungkook mengangkat alisnya.

Ketegangannya mengendur. Jungkook memilih melangkah mundur lalu duduk di atas kasur. Membiarkan handuk basahnya terjatuh begitu saja di lantai. Toh, kalau kotor dia masih bisa pinjam punya June.

"Coba lo perjelas kalimat lo."

Jungkook mengambil sekaleng soda dari kulkas mini di rak nakas. Melemparnya ke arah Eunwoo yang langsung ditangkap oleh laki-laki itu. Mereka berada dalam lingkaran yang serius sekarang.

"Kenapa orang lain nggak suka gue dekat sama Una? Dan kenapa alasan itu kayaknya penting banget buat lo? Sampai lo berani masuk ke kamar gue, dateng-dateng gebrak pintu. Tapi, nggak ada rasa bersalah sama sekali?"

"Itu urusan nanti."

"Lo paham kan tindakan lo tadi kurang ajar? Biar gue terangkan. Lo. Itu. Ganggu. Kehidupan. Gue. Masih kurang jelas?"

L O C K S R A M A | 97 LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang