Hari Kesembilan : Jiho, jangan nangis!

704 73 16
                                    

"Woy, jangan rakus! Semua juga laper kali."

"Bantet! Tet! Lo makan buat satu kampung?"

"Gue butuh asupan gizi biar makin tinggi! Lo yang tinggi nggak paham perasaan gue!"

"Udah, udah. Eunha, kurangin jatah makanan lo, ya. Ada yang belum kebagian soalnya."

"Tau nih, si bantet."

Dan semua orang di ruangan itu menyoraki Eunha yang mengambil makan malam versi kuli. Tubuhnya saja yang kecil. Mukanya saja yang imut. Sifatnya saja yang manja.

Tapi, kalau tahu porsi makannya ngalah-ngalahin kambing, angkat tangan aja lah.

Hari ini sudah memasuki hari kesembilan, para Human menikmati waktu mereka dengan berdiam diri di asrama. Budhe memang tidak mengatakan kapan mereka akan dipulangkan, tapi selama mereka nyaman dengan kondisi ini, dipikir akan baik-baik saja.

Malam ini, Jihyo dibantu Dokyeom—bantu ngerusuh—memasak nasi goreng seafood. Setahu Jihyo sih, semua Human tidak ada masalah dengan seafood.

Kecuali seorang pria di pojok meja makan yang mengernyitkan dahi melihat makanan itu.

Chaeyeon, perempuan cantik berkulit putih itu menatap laki-laki itu ragu. Ia biasa melakukan ini—mengambil udang di piring Jaehyun. Tidak, ketika para Human yang lain terutama Jihyo berada satu meja dengannya.

Ia takut perempuan itu merasa sakit hati atau menangis bombay karena tidak tahu kekurangan Jaehyun. Toh, selama ini Jaehyun selalu menyembunyikan kekurangannya. Karena memiliki kekurangan itu tampak tidak keren.

"Bambam! Bakwan gue jangan diambil!"

"Udah sih, lo pada kalau mau arisan mending di luar."

"Gue keknya pindah ke ruang tengah. Berasa makan bareng anjing di sini."

"HEH, JUNED! LO NGATAIN GUE ANJING, HAH?!"

Akhirnya pun mereka berpindah ke ruang tengah untuk menggoda June. Tidak membiarkan laki-laki akhlakless itu tenang barang sedetik pun. Menyisakan Chaeyeon dan Jaehyun yang masih terdiam di depan piring mereka.

Chaeyeon mengecek tiap sudut ruang makan. Memastikan tidak ada orang di ruangan itu. "Mereka udah pergi. Sini, udangnya."

Tak berniat basa-basi, Jaehyun lekas menyodorkan piringnya. Jaehyun bukan hanya alergi pada makanan itu. Ia juga trauma.

Sewaktu kecil, saat tak sengaja memakan udang, tubuhnya langsung gatal dan sakit. Itu membuatnya tak bisa makan bahkan melihat udang sampai sekarang.

"Nih, udah bersih. Dihabisin, Jae."

"Makasih, Chae."

Untuk Jaehyun ucapan makasih saja sebenarnya tidak cukup. Ia melihat Chaeyeon yang sudah asik dengan nasi gorengnya. Melihat perempuan itu makan dengan lahap dan tak menyisakan nasi sedikit pun. Ia sangat menghargai pemberian orang lain, termasuk Jihyo.

Bagi Jaehyun, sosok Chaeyeon yang selalu menemani kemana pun dirinya pergi bukan hanya sekedar teman biasa. Mereka terbiasa bersama. Bahkan saat Jaehyun takut ke kamar mandi sendirian, Chaeyeon selalu menemani.

L O C K S R A M A | 97 LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang