Hari Kedelapan : Yuju, lo kenapa bilang kek gitu?

678 64 1
                                    

"Lapeeer."

Yuju mendesah pasrah melihat lemari di dapur benar-benar kosong seperti hatinya. Biasanya sih ada garam, micin, lada. Tapi, hari ini semuanya ludes. Bahkan bumbu-bumbu masakan.

"Lah, iya. Masa ada yang nyemilin garam sih?"

Oh, pengecualian buat Eunha. Itu anak pantes sih dicurigai.

Karena frustasi, Yuju pergi ke ruang tengah. Menanyakan setiap orang apa mereka memiliki cemilan. Sayang, kebutuhan mereka ikut menipis. Jadi, rasanya tak mungkin mereka memiliki banyak persediaan makanan.

Mendengar Yuju yang bolak-balik bertanya makanan ke semua human, Jihyo mendekati area dapur. Ia tidak menemukan hal mengganjal, aneh, membingungkan seperti wujud para Human selain . . .

"WOY! INI KAOS KAKI SAPA NEH DI DAPUR?!"

Hening.

"BUSUK BANGET ANJIIIR KEK BAU JIGONGNYA MINGYU!"

Mingyu mengumpat. Ia menutup mulutnya menggunakan tangan lalu mencium bau mulutnya sendiri. "Ewh."

Kiming, gue tau lo bodoh. Tapi, ngapain nyium bau mulut sendiri.

"GUE NGGAK MAU TAU HARI INI JUGA KITA KERJA BAKTI. GILA, YA. INI ASRAMA APA KEBUN BINATANG."

"Terakhir gue ngecek sih kebun binatang," kata Bambam. "Isinya hewan semua. Monyet ada, babi ada, anjing ada."

"Lo monyetnya, ya, Bam?" Eunha menyahut. Gadis berambut pendek itu melihat sekelilingnya. Semua orang mulai bersiap dengan peralatan kebersihan.

Sementara Eunha masih duduk dengan jajan yang dia simpan di balik baju. Eunha itu punya banyak persediaan makanan. Ia terbiasa hidup seperti itu dari kecil. Kata ibunya, "Kita memang bukan hidup untuk makan. Tapi, kalau kita nggak makan, kita nggak bisa hidup."

Jadi, biar kita bisa hidup, kita harus makan!

Di sudut dapur, Jihyo memijat keningnya. Ia kelelahan. Sungguh. Melihat asrama yang biasa ia bersihkan seberantakan ini . . .

. . . Persediaan makanan di dapur juga habis! Mereka harus belanja. Kalau tidak mereka akan menjadi lumut seperti Spongebob.

Akhirnya keputusan pun dibuat.

"Ges, semuanya, yuhuuuuu, Human-human! Kita harus belanja hari ini!"

• • •

"Gue mau ikuuut."

"Ji, jangan tinggalin gue!"

"Lo tau kan, Ji, gue nggak bisa hidup tanpa lo?"

"Ji, Jungkook boleh ikut masa gue nggak?"

"Gue nggak berharga ya, Ji, makannya ditinggal terus?"

Sudah tiga puluh menit berlalu semenjak Jihyo keluar untuk memanggil taksi. Ia tak henti-hentinya didorong-tarik-dorong-tarik kayak pintu Indomaret. Kepalanya tuh pusing, ditambah digoyang-goyang jadi semakin pusing.

Ia pun terdiam.

Kemudian berbalik menghadap human lain yang menunggunya berucap. Namun, Jihyo hanya memandang mereka dengan tajam. Ia juga mengepalkan tangan di depan mereka.

L O C K S R A M A | 97 LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang