Episode 13

36 2 0
                                    

  Diva pun menghampiri bu rati, dan bu Nita. Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu.

Tok. . . . tok . . . . . . tok . . . . .

Icha dengan segera membukaan pintu. Dan ternyata yg datang itu "Gherral".

Gherral : hai (dengan sedikit senyum)

Icha : iya, masuk aja Diva ada didalam !

Diva pun bertanya dari kejauhan.

Diva : ada siapa cha?

Icha : Gherral . . . (teriaknya sambil menutup pintu).

Diva : oh...

Icha pun menghampiri bu Rati, bu Nita, Diva, dan Gherral yg sedang duduk di ruang tamu. Icha pun duduk dan bertanya kepada Gherral.

Icha : Gherral, lo ada lihat Clarra nggak?

Gherral : enggak tuh, gua tadi pergi ke apotek yg diujung komplek, dan karena penasaran ya udah gua mampir kesini.

Diva : lo ngapain ke apotek?

Gherral : hanya beliin obat merah untuk Gibran.

bu Rati : emangnya Gibran kenapa ?

Gherral : katanya dia tadi keinjak paku saat kerja bakti, jadi dia agak kesulitan untuk jalan.

Diva : oh. . .

Bu Rati : aku pulang aja ya, aku lapar nih !

Bu Nita : makan disini aja.

Bu Rati : enggak usah, ntar bikin repot aja.

Bu Rati pun pamit untuk pulang. tak berapa lama Gherral juga pamit pulang.

Gherral : udah malam nih, aku pamit ya tante (sambil salam tangan bu Nita)

Bu Nita : iya hati2 ya.

Setelah kepulangan Gherral suasana rumah Diva menjadi sedikit sunyi, dan Icha mulai berbicara.

Icha : tan. . . Icha juga pamit ya, lagian ini udah malam banget Icha enggak enak sama tetangga kalo pulang tengah malam.

Bu nita : iya hati-hati ya !

Diva : lo pulang sama siapa cha ?

Icha : gue pulang sendiri naik taxi.

Bu nita : sebaiknya Diva aja yang anterin kamu pulang !

Icha : gak usah repot-repot tante icha bisa sendiri kok (seru icha sambil tersenyum)

Bu nita : kamu kan cewek, lagian bahaya diluar sana untuk anak cewek, waktu udah tengah malem juga, tante takut kamu kenapa napa jadi biar Diva aja yang anterin kamu pulang.

Icha pun mengangguk lembut dan mengikuti kata-kata bu Nita. Diva pun mengantar Icha hingga sampai di depan pagar rumahnya.

Icha : Diva makasih ya lo udah nganterin gue, gue jadi gak enak nih sama lo (ucap icha sembari menunduk)

Diva : iya woles aja kali, ya udah gue pulang dulu ya

Icha : tunggu dulu, gue mau minta maaf sama lo

Diva : minta maaf soal apa ?

Icha : soal tadi, gue udah salah sangka sama lo dan gue udah ngomong kasar juga jadi maafin gue ya (ucap icha sambil melihatkan senyum manisnya)

Diva : iya-iya udah gue maafin kok lagian juga gue udah sering kalo nelpon orang langsung disamber aja

Icha : hehehe (icha terkekeh)

Diva : ya udah gua langsung cabut aja, kasian nyokap gue sendiri dirumah.

Icha : ya udah hati-hati ya

Diva membalas dengan senyuman lalu pergi pulang kerumahnya.

Bu rita pov

Di rumah ia merasakan perutnya yang sedari tadi terus saja berbunyi "idih ni perut gak bisa diam dulu apa ? emang nggak bisa nunggu lima menit  ? semoga aja masih ada makanan di dapur, sabar ya cing emak bakalan kasih kalian makan sabar ya" cetus bu rati pada dirinya sendiri.

Saat didapur ada terdapat banyak sekali darah segar yang berlumuran dimana-mana terutama di atas meja makan, banyak sekali darah yg berserakan hingga selera makannya menjadi hilang.

Ia agak jijik juga terhadap darahmau tak mau ia harus membersihkan darah-darah itu lagian itu juga rumahnya kalo bukan dia siapa lagi yang mau membersihkannya karena sekarang ia tinggal sebatang kara.

Akhirnya bu rati selesai juga membersih kan darah-darah yg terdapat dirumahnya, mungkin masih tersisa tetesan-tetesan darah  pada barang-barang pajangan bu rati "edeehh cape banget akhirnya selesai juga bersihin tu yang warna merah-merah, tapi ni rumah masih aja amis"  ucapnya duduk di meja makan dan menenggelamkan wajahnya diatas meja.

Setelah beristirahat sejenak burati langsung menuju washtafel dan segera mencuci tangannya menggunakan sabun. Dan ia lanjutkan mengambil piring berserta sedok dan garpu, saat ia membuka rice cooker ia bersemangat mengambil nasi dan menuangkannya kedalam piring, dan dilanjutkan mengambil lauk pauk yang kemungkinan masih tersisa untuk ia santap "semoga aja masih ada lauknya"ucap bu rati sambil tersenyum. Ternyata lauk yang masih tersisa hanyalah 1 ekor ikan panggang yg sudah sedikit terpotong.

Ia sangat bersemangat untuk makan meskipun waktu telah menunjukkan pukul 01:00 wib. "Cacing tersayang makanan sudah ada tapi-" tiba perkataan bu rati terpotong.

"uwwwweeeekk"

bu rati merasa ilang selera untuk makan saat mencium bau amis darah yang sangat menyengat.

"Mungkin karna angin diluar sangat kencang yang membuat amis darah yang habis aku pel menjadi menyengat begini" cetus bu rati.

"Uwwwwekkk"

Bu rati sudah tak tahan dengan aroma yang tidak sedap ini, ia pun bergegas membawa piring makanannya dan segelas air putih menuju kamarnya.

Bu rati kini memutuskan memakan makanannya dikamar karena aroma diluar sangat ditidak enak, di kamar tidak tercium aroma apapun melainkan hanya aroma ikan bakar yang tercium membuat selera makan bu rati semakin besar. Bu rati pun menghabiskan makanannya dengan lahap.

Setelah ia makan, ia pergi menuju washtafel yang ada dikamarnya, saat ia bercermin ia merasakan ada yang aneh dengan pipi dan matanya. Ia mengira urat-urat yang muncul dipipinya hanyalah bentol-bentol akan munculnya jerawat, jadi ia menggunakan serum pada pipinya agar bisa kembali pulih. Ia pun memfokuskan pandangannya pada retina matanya yang seketika berubah menjadi warna putih, dan ia mengira matanya seperti itu akibat sering melihat hp dengan layar yang sangat terang dan dia akhirnya meneteskan obat tetesan mata untuk mengurangi radiasi pada matanya.

Tidak berapa lama kemudian

Ia menjerit-jerit dan kesadarannya menjadi hilang tubuhnya seketika berubah ia menggigit apa saja yang bisa bergerak dan ia bisa dikatakan berubah menjadi Zombie.

Bu rati pov end

THE ZOMBIE ||selesai||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang