Ya selesai makan harus beres-beres dong jangan kayak kucing habis makan langsung pergi. Gherral dan Gibran membereskan semua yang ada dimeja, sedangkan Diva ditugaskan untuk menyapu, Alvira dan Clarra bertugas untuk mencuci piring yang kotor. Wah adem ya liat anak ayam pada rajin semua wkwkwk.
Mereka mengerjakan semuanya dengan tertib dan hati-hati soalnya barang-barang yang ada disana milik Icha jika rusak bikin bahaya yang ada.
***
Icha menuruni tangga dengan hati-hati ditemani piring dan gelas kotor ditangan nya dan disusuli oleh Zanno.
Didapur semua telah rapi tidak ada satupun yang tertinggal semuanya bersih mengkilap. Icha senang melihat situasi seperti ini well Icha bukan anak yang jorok ya.
"Siapa yang udah beresein ini?"
"Orang ganteng dong, yang beresin" jawab Gherral lalu terkekeh.
"Enak aja, kita juga kerja kali" sebur Shine tidak terima.
Gherral menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lalu terkekeh. Shine hanya menggeleng melihat kelakuan temannya yang satu ini.
"Ya udah gue mau cuci piring ini dulu" Icha berlalu dan pergi menuju ke washtafel. Ternyata disana terdapat Clarra dan Alvira yang lagi mencuci piring.
"Udah biar gue aja" ujar Alvira lalu mengambil piring dan gelas yang ada ditangan Icha.
"Ga papa vi tinggalin aja, biar gue aja yang nyuci"
"Udah, kan tadi lo udah masak , biar gue aja yang cuci piring dan Clarra biar yang nyusunin piringnya" Alvira meneruskan aktifitasnya dengan santai. Icha mengangguk lalu meninggalkan dua gadis itu dan menuju ruang tengah.
"Udah nyuci piringnya?" Tanya cowok yang bacotnya kayak mercon ya siapa lagi kalo bukan Shine.
"Alvira yang nyuci, dia larang gue untuk nyuci" jawab Icha polos. Shine hanya ber"oh" saja.
Icha lalu duduk di sofa singel dan mengecek hpnya."semoga ada kabar". Icha murung melihat tidak ada seseorang yang hendak menghubunginya.
"Kabar apa cha?" Tanya simercon lagi hahaha maaf bang Shine.
Icha dengan sabar meladeni si mercon Shine" kabar orang tua gue" Icha saat ini sedang dilanda kesedihan yang sangat dalam bagaikan tenggelam dalam lumpur hitam yang dalam.
"Emang lo ngga ada nelpon mereka apa?".Ya simercon mulutnya kaga bisa direm apa? Kasian tu Icha.
"Eh nyet, banyak bacot lu kaga bisa diem apa? Dasar lu mulut mercon" Ujar Gibran lalu tertawa terbahak bahak.
Semua telah berkumpul di ruang tengah, keadaan sangat hening mereka meratapi semua kepiluan dan kesedihan yang diterima hari ini. Tidak ada satupun yang hendak membuka suara.
Terdengar suara bel Icha berbunyi. "Masih ada yang mau bertamu?" Tanya Diva heran. Icha mengedikkan bahunya, mereka menatap satu sama lain. Icha memberanikan diri untuk membukakan pintu. Tapi terlebih dahulu dia harus mengintip agar tidak gegabah disaat kondisi seperti ini.
"Polisi" ucap Icha tanpa suara. Gherral pun mendekat jendela lalu mengintip.
"Ohh om Bima gue kenal kok tenang aja dia itu sepupunya nyokap" Ujar Gherral lalu membukakan pintu dan mempersilahkan polisi itu untuk masuk.
"Gherral" pak Bima seorang anggota polisi itu berhambur lalu memeluk erat keponakannya Gherral, mereka berpelukan sebentar. Lalu menepuk-nepuk pelan bahu Gherral.
"Om gue kangen, mama sama papa udah terinfeksi Gherral nggak tau lagi harus gimana"
Pak bisma memegang bahu Gherral erat agar Berhadapan dengannya. "Om yakin kamu kuat" polisi itu tersenyum tulus menatap mata Gherral yang berwarna kecoklatan.
"Kalian ngapain masih disini?" Tanya pak Bima tegas dan melirik kesemua penjuru ruangan. Semuanya menunduk dan Gherral mengambil alih bicara.
"Om, kita bisa jaga diri, kami semua sedang mencari keluarga kami yang mungkin masih bisa kami bantu, om nggak usah khawatir"
"Tapi kan ada polisi, yang bantu kalian" Balas pak Bima menatap manik mata Gherral dengan penuh harapan.
"Iya om tapi-"
"Kalian harus ikut ke posko pengungsian !" Tegas pak Bima lagi. Zanno menggeleng lalu memberanikan diri untuk berbicara.
"Beri kami izin, diposko pengungsian bisa dikatakan sekarang adalah zona aman atau zona hijau, tapi jika satu saja terinfeksi maka cepat penyebarannya dan menjadi zona merah" ujar Zanno yang tidak terima jika mereka akan dibawa ke posko pengungsian.
Pak Bima mengangguk paham, dan dia sangat mengenal Gherral dari kecil, dia tahu bahwa Gherral seorang laki-laki yang tangguh dan dapat melindungi yang lemah."Baiklah saya mengizinkan kalian agar tetap disini tapi teruntuk kamu Gherral-" pak Bima menjeda sebentar lalu menatap dalam manik mata gherral" kamu harus lindungi mereka"
Pak Bima melepaskan tangannya dari bahu Gherral, lalu mengacak-acak rambut Gherral. "Kau pahlawan" senyum tulus terukir dibibir pak Bima.
"Jaga diri baik-baik kalau ada apa-apa kalian bisa hubungi pihak kepolisian" pak Bima memperhatian dengan baik sebelum meninggalkan rumah itu. "Ya sudah saya permisi, Selamat malam" pak Bima hormat sebentar dan berlalu dibalik pintu.
***
Gimana guys ?
Part ini?
Kasih vote napa?
Si author butuh asupan penyemangat eak, maklum jomblo kaga ada yang nyemangatin 🤣 paan sih malah jadi curhat.Btw makasih ya buat yang udah vote sama komennya
Ninggalin jejak itu wajib hahaha
Jangan lupa follow
@07juli05Ok kalo anak baik pasti difolback kok
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ZOMBIE ||selesai||
RandomKeberanian, kekuatan, dan ketangguhan dalam menjaga satu sama lain demi keselamatan dari virus Zombie