episode 32

11 1 0
                                    

Clarra menepis tangan zanno dengan kasar tanpa menoleh sedikit pun.

"LO" tunjuk Clarra dengan emosi yang meluap luap. "JAHAT". Clarra berlalu disusul Shine.

Icha hanya terkekeh melihat sahabatnya itu.

"Lo dapat dari mana tu pistol?" Tanya Gherral dengan penuh kecurigaan.

"Gak penting" jawab Icha santai dengan memutar mutarkan pistolnya di jari telunjuk kanannya.

"Lo teroris?" Tanya Alvira dengan bergemetar. Icha terkekeh lalu menatap Alvira sinis.

"Kalo gue teroris mau apa lo-?" Tanya Icha menodong nodongkan pistolnya dihadapan Alvira."Mau mati?" Tanya Icha lagi lalu tertawa dengan jahat.

Gibran menepis tangan Icha dari hadapan Alvira. "Lo penjahat, kenapa lo ngikutin kami" dengan nada yang kasar tidak kalah pula dengan tatapan yang mematikan.

"Kalian penakut banget-" Icha menjeda omongannya lalu mengisi peluru kedalam pistolnya " Ini pistol pemberian kakek gue, dia seorang polisi. Awalnya ini dipegang sama bokap gw, terus pas ultah gw yang ke 17 dia kembaliin pistol ini sama gw tapi tanpa peluru, ya sudah gw simpen baik-baik".

"Yang bener lu" jawab Gibran lagi.

Icha terkekeh "Lu ga percaya sama gw?" Icha menaruh pistolnya kembali disisi samping tasnya. "Gue sebenernya ga mau bawa ini, tapi mau bawa yang lebih besar, mungkin terlalu ribet ya udah gw bawa yang ini aja,  gw heran aja sama kalian masa mau bertaruh nyawa melawan monster pake tangan kosong sih? Sok kuat banget" Icha terkekeh keras.

"Lu bawa lebih dari satu?" Tanya Zanno yang telah dihantui rasa penasaran. Icha membalas dengan mengangguk lalu menurunkan tas ranselnya.

Semuanya berjongkok demi melihat apa saja isi tas Icha. Icha membuka ranselnya perlahan lalu mengeluarkan satu persatu.

Semua senjata Icha susun rapi diatas lantai, jumlah senjata lumayan banyak dari ukuran besar hingga kecil, senjata dua jenis senjata api dan senjata tajam yang ia bawa.

"Dih, pisau dapur juga lu bawa cha?" Tanya Gibran lalu mengambil pisau itu. "Icha terkekeh "iya lah, trus mau apa lagi?" Tanya Icha. "Oh iya kalian pilih aja mau bawa apa, yang jelas 2 pistol ini tetap ditangan gw, senjata gw jaga baik-baik kalian cuma minjem kaga gue kasih"

Semua nya mengangguk paham lalu meninggalkan area dapur, dan menyusul Clarra juga Shine.

"Udah lah ga usah nangis" ujar Icha menggapai pundak Clarra. Clarra membalasnya dengan menepis kasar dan pandangan horornya.

"LO" tunjuk Clarra memfokoskan matanya kearah mata Icha "JAUHIN GUE" dengan nada yang tertahan namun menusuk dalam.

Icha tertunduk lalu meneteskan air mata dua sungai kecil mengalir dipipinya, sungguh kata-kata yang diucapkan Clarra sangat menyakitkan baginya.

Icha menghela nafas pelan, lalu mengusap air mata yang  tersisa dipipinya "kalo itu yang kamu mau gue siap, gw pergi" Icha pun meninggalkan mereka semua, Icha disusul oleh Diva.

"ICHA" teriak Diva namun tidak ada respon dari Icha, ia terus berlari sambil menangis.

"Gue pembunuh" ucapnya lalu tertawa. "Ga pantas buat punya teman" mencetak senyum sinis dibibir nya  dengan dua sungai kecil di pipi halusnya.

"ICHA BERHENTI" teriak Diva lagi. Icha berhenti seketika tanpa menoleh, Diva berhenti 2 langkah dibelakang Icha.

Melihat bahu gadis itu, tercetak jelas bahwa ia sedang terluka.

"Kamu mau kemana?" Tanya Diva polos. Icha mengusap 2 sungai di pipi nya kasar "Bukan urusan lo, tinggalin gue sendiri" tanpa menoleh Icha melanjutkan langkahnya lagi.

Diva berlari lalu menggapai bahu Icha dan menariknya kedalam pelukan hangat.

Oh tenang rasanya jika dipeluk seorang pria tampan seperti Diva. Icha menenggelamkan wajahnya ke dada bidang Diva, Icha tidak berhenti menangis dan memeluk Diva dengan sangat erat.

"Udah ga udah nangis lagi ya, simpan air mata kamu untuk saat yang tepat" Diva mengelus puncak kepala Icha dengan lembut.

Icha semakin menangis, ia masih ingat dengan kata-kata yang Clarra ucapkan tadi. " udah ga usah nangis, Clarra itu belum ikhlas jadi kebawa emosi juga" ucap Diva lalu tersenyum.

Icha melepaskan pelukannya, "gue akan pergi, itu yang dia mau" dengan suara serak dan sendu tangisnya.

***

Jangan lupa ninggalin Vote ye

Penulis cantik nungguin vote ama komentar duh butuh semangat tinggi buat ngetiknya, jangan biarin kolom vote sama komentar sepi ya ntar angker kayak hati wkwkwk

THE ZOMBIE ||selesai||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang