Semua nya mengikuti jalan mobil Gherral dengan kecepatan tinggi.
Tidak sedikit zombie yang hancur ia tabrak, astaga kenapa dia ini?
Tak disangka dua sungai kecil mengalir di pipi Gherral, lagi lagi ia mengangis.
Mobil nya terhenti dipertengahan sebuah jembatan yang panjang.
Ia turun dari mobil lalu duduk di pembatas jembatan, ia menangis keras.
Mereka semua turun dari mobil masing-masing, lalu menghampiri Gherral.
Mengetahui keberadaan teman temannya, dengan cepat Gherral menghapus air matanya dengan kasar.
"Ngapain kalian kesini, tinggalin gue sendiri" Ucap Gherral dengan nada suara tertahan dengan penuh emosi.
Clarra meraih tangan Gherral, namun Gherral menepis kasar tangan gadis itu.
Shine mulai geram dengan perlakuan Gherral. "Sama cewek jangan kasar, kalo mau kasar langkahin dulu mayat gue" dengan penuh emosi dan tatapan mata yang tajam dari Shine.
"Udah-udah" ucap Icha lalu mendorong pelan Shine agar tidak terjadi keributan.
Icha meraih tangan Gherral pelan seraya menyuruh pria itu turun dari pembatas jembatan.
"Omongin baik-baik ya" ucap Icha lalu tersenyum, melihat itu Diva dan Zanno ikut tersenyum.
Gherral menurut, ia turun dari pembatas jembatan lalu duduk di pembatas jalan.
Semuanya ikut duduk di pembatas jalan, Gherral masih menunduk menahan kesedihannya.
Tidak ada yang mau membuka suara, akhirnya Icha memutuskan untuk memulai percakapan.
"Ral, ceritain sama kita lo kenapa?, kita ga paham sama sikap lo yang begini, jelasin ya" bujuk Icha lembut.
Gherral kembali tertunduk, dua sungai kini mengalir kembali di pipinya.
"Gue benci mereka berdua makanya mereka harus mati ditangan gue" ucap Gherral dengan sendu tangisnya.
"Benci?" Tanya Clarra bingung.
Gherral menghapus air matanya lalu menatap dalam wajah Clarra. "Dia udah gantungin gue, lalu dia berkorban demi sahabat gue, gue benci itu" suara tertahan Gherral berupaya menahan tangisnya namun tidak bisa itu terjadi.
"Gue laper" ucap Shine mengelus perutnya. Melihat itu Icha terkekeh.
"Nih" ucap Icha menyodorkan sebungkus roti dihadapan Shine, Shine menerimanya dengan senang hati.
Tidak lupa Icha juga memberikan kepada teman temannya yang lain, beserta minuman kalengnya.
"Oh iya di mobil masih banyak, tapi untuk persiapan" ucap Icha lalu meneguk air mineralnya.
"Zan udah dapat kabar dari keluarga, belum?" Tanya Icha lalu melahap roti nya.
Zanno menggeleng lalu tertunduk, "gue udah nelpon sebanyak apa pun masih belum ada jawaban" balas Zanno singkat.
Mata Icha berbinar "lo udah hubungin cewek lo?" Tanya Icha lagi.
Mendengar itu zanno tertawa keras, "duh, yang disini digantung yang disana udah dipotong" balas Zanno.
Semuanya ikut tertawa namun Icha masih kebingungan tidak paham "maksudnya gimana?" Pertanyaan kali ini membuat tawa semuanya semakin pecah.
"Astaga, lu bilang kita-kita bodoh lah elu sama aja" ujar Shine. Dan dibalas mata elang oleh Icha.
Icha mengerucutkan bibir nya lalu membuang muka tidak ingin melihat si mercon itu.
Diva tersenyum melihat kelakuan Icha, Diva mendekatkan wajahnya kearah telinga Icha "wajahnya jangan gitu, cantik asli nya muncul bisa bisa jantung gue meledak" ujar Diva membisikkannya ke arah Icha.
Semua melihat adegan tadi Shine bersiul lalu disusul tawa oleh yang lain. Zanno hanya tersenyum "kamu senang dengan dia akan ku lepas" ujar batin Zanno.
Hari mulai gelap, Gherral berdiri lalu melirik kesemua temannya "ayo udah malam" ujar Gherral.
"Kita mau kemana?" Tanya Clarra, bingung. Wajah Gherral juga kebingungan, ia juga tidak tau harus kemana.
"Ikut gue" ucap Icha.
Mereka pun memasuki mobil masing-masing, mobil yang dikendarai Gherral ia tinggal dan dibiarkan disitu.
Karna itu mobilnya Alvira, ia masuk ke mobil Zanno karna Zanno sendirian.
Perjalanan dipimpin mobil Icha, yang dikendarai oleh Diva.
***
Vote, vote, vote, sama Komentar reme in dong 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ZOMBIE ||selesai||
DiversosKeberanian, kekuatan, dan ketangguhan dalam menjaga satu sama lain demi keselamatan dari virus Zombie