Akhirnya sampai di depan laboratorium, Icha terduduk di depan pintu dengan nafas tersengal-sengal.
Zanno mengulurkan sebotol air mineral, Icha menerimanya lalu meneguknya hingga sisa setengah.
Icha berdiri lalu menatap temannya bergantian. "Gue mau tanya kalian ikhlas ga sih temenan sama gue?" Dengan mata berbinar menahan air matanya.
Semuanya bertatapan satu sama lain tidak ada yang berani menjawab.
"Kalo ga ikhlas jadi temen tinggalin aja gue" ucap Icha lagi.
Diva merangkul bahu Icha lalu menepuk pelan "udah Cha" ucap nya pelan.
Icha menepis tangan Diva "gue kecewa sama kalian" ucap nya berlalu memasuki ruangan laboratorium.
Semuanya ikut masuk lalu beristirahat sebentar, Icha meletakkan ranselnya di atas nakas. Lalu mengeluarkan sampel darah.
"Cha" ucap Gherral dan di dampingi Clarra. Icha hanya membalas dengan berdehem.
"Kita semua minta maaf" ucap Clarra lalu memeluk Icha erat, air mata Icha luruh begitu saja dihadapan semua temannya.
Icha tidak membalas pelukan Clarra sama sekali, Icha mendorong pelan kedua bahu Clarra membuat Clarra mendongkak lalu melepaskan pelukannya.
"Icha tanya--" ucapnya dengan sendu tangis, "kalian mengikhlaskan Icha mati gitu aja?, kalian mengorbankan Icha?, iya ha?" Tangis Icha pecah begitu saja.
"Buk--" ucap Shine terpotong. "Kalian udah ga mau temenan sama Icha?" Ujar Icha lagi.
"Icha dengerin gue dulu--" Zanno menarik bahu Icha hendak berhadapan dengan gadis itu namun tangan nya ditepis dengan kasar.
"KALIAN JAHAT" teriak Icha dengan tangis nya lalu terduduk di lantai dengan badan yang mulai lemah.
Diva dan Zanno sigap lalu menahan tubuh Icha agar tidak jatuh, "Cha maafin kita semua" Ucap Gherral, namun Icha tidak membalasnya.
Diva memeluk Icha erat bajunya sudah basah karna air mata Icha. Bahunya bergetar keras, lama kelamaan sudah berhenti dan tidak lagi terdengar Icha yang sedang menangis.
Diva mulai panik, melepaskan pelukan dan mengusap wajah Icha yang tertutup rambut halusnya dengan pelan lalu menyikapnya di belakang telinga.
Seperti dugaan Icha pingsan, semuanya panik. Clarra sudah menangis takut terjadi apa-apa pada adiknya.
Zanno memperbaiki posisi Icha agar terbaring dengan baik, dengan kepala yang di pangku oleh Diva.
Semuanya khawatir takut Icha kenapa-kenapa, Shine mengulurkan sebotol air mineral agar Diva mengusapnya perlahan pada wajah Diva.
Clarra menepuk pelan pipi adiknya, "Cha bangun gue minta maaf hiks..." Gherral mondar mandir di depan pintu tidak tahu apa lagi yang harus dilakukan.
Zanno mencari sesuatu di dalam lemari yang ada di laboratorium, "KETEMU" teriak Zanno membuat semua temannya mendongkak kaget.
Zanno kembali menghampiri teman-temannya dengan minyak angin ditangannya.
Ia mengulurkan minyak angin ke pada Diva. Diva mengangguk lalu mengoleskan sedikit minyak angin ke hidung Icha.
Matanya perlahan terbuka Icha telah sadar, merasa bahagia Clarra lalu memeluk adiknya dengan sangat erat.
"Awwww" ringis Icha, membuat Clarra cepat melepas pelukannya karna kaget.
"Kenapa cha?" Tanya Clarra, bingung dengan kekhawatiran
"Sakit" balas Icha pelan, lalu bangun dan duduk di samping Diva.
"Apa yang sakit?" Tanya Diva datar. "Kepala gue sakit" ringis Icha dengan kedua tangan yang memegang kepalanya.
"Ya udah tiduran lagi aja" ucap Diva lalu menepuk pelan pahanya agar Icha kembali tidur.
Clarra lalu menabok lengan Diva dengan sedikit keras membuat Diva meringis kesakitan "Modus tau ga" ucap Clarra dengan memicingkan matanya dengan memeluk Icha kembali. Membuat Diva terkekeh geli.
***
Kangen siapa nih?
Alvira
Gibran
Jessyca
Atau yang lainnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ZOMBIE ||selesai||
RandomKeberanian, kekuatan, dan ketangguhan dalam menjaga satu sama lain demi keselamatan dari virus Zombie