9

412 59 0
                                    

Sejeong takut dengan keseriusan Chanyeol malam itu. Tatapan matanya. Ini tidak benar. Sejeong tidak bisa lagi menatap mata itu dengan perasaan berbeda. Ia perlu pergi.

"Maaf Hyung, aku tidak bisa berbicara dengan Hyung sekarang. Aku harus menemukan sesuatu sebelum bisa berbicara dengan Hyung." Dengan cepat, Sejeong kabur sebelum Chanyeol memulai kalimatnya. 

Chanyeol mengacak rambutnya. Selama hidupnya, tidak pernah ia sefrustasi ini. Dalam keadaan sudah beristri saja, ia masih harus membereskan masa lalunya. Ia akui itu salahnya. Dulu.

~~~~

"Sejeong-ah, mau liburan gak minggu ini?" Tawar Irene tiba-tiba saat mereka sedang mengobrol.

"Liburan? Dengan siapa? Dimana?" 

"Suho, Ji Sung. Kau boleh ajak Sehun juga. Suho juga sepertinya akan mengajak Chanyeol dan Wendy. Ayolah ikut. Aku mendengar ceritamu rasanya seperti tertekan. Kau butuh liburan Jeong-ah."

Nama Chanyeol membuatnya kembali ke malam itu. Saat ia meninggalkan Chanyeol sendirian di taman. Apa seharusnya waktu itu aku berbicara saja? Aniya, aku pasti akan menangis. Aku tidak mau terlihat lemah di depan Chanyeol Oppa.

"Bagaimana Jeong-ah? Kalau kau setuju, aku mau meminta izin orang tuamu." 

"Oke eonni. Sepertinya aku memang butuh liburan. Nanti kabari aku ya tempatnya."

Sejeong segera memutus komunikasi dengan Irene dan segera menelpon Sehun. Sudah beberapa hari ini, mereka jarang berkomunikasi. Salah satu alasannya karena kejadian di mobil malam itu. Sehun sepertinya butuh menenangkan dirinya sebelum ia semakin kalut dan Sejeong menghormati keputusan Sehun saat itu. Jujur saja, ia sedikit merasa hampa tanpa ada pesan dari Hyungnya yang menyebalkan itu. 

"Hyung, kita liburan yuk." Ajak Sejeong setelah Sehun mengangkat telponnya.

"Liburan? Kemana? Sama siapa?"

"Irene eonni mengajakku dan memintaku mengajakmu."

"Ah, jadi kau mengajakku karena Irene noona yang minta?"

"Ish bukan. Aku yang mau mengajakmu. Kalau tidak mau, yasudah. Buang waktu saja berbicara denganmu Hyung." Sejeong kesal dengan sikap menyebalkan Hyungnya itu.

Sehun hanya tertawa. Ia rasa ia masih membutuhkan Sejeong, bagi ketenangan hatinya. Bagi dirinya sendiri.

"Haha baiklah. Aku ikut. Tapi kau semobil denganku ya."

"Yaiyalah Hyung, semuanya bersama keluarganya masing-masing. Masa aku mengganggu mereka. Hanya kita saja yang belum berkeluarga."

"Makanya menikah denganku supaya kita jadi keluarga." Sejeong yang sedang minum saat itu langsung tersedak.

"Kalau kita menikah, yang ada kita hanya bertengkar terus. Lagian, Hyung kenapa sih? Tiba-tiba membuat pernyataan mengagetkan. Untung aku gak mati tersedak tadi."

"Menggodamu saja. Jangan lupa kabari aku tempatnya, bye uri sejeong-ie." Sehun segera mematikan telponnya. 

Baru saja hp-nya mati, dering telponnya berbunyi lagi. 

"Jeong-ah!!! Kau ikut liburan kan?" Sejeong melihat nama caller yang tertera.

"Wendy eonni!!! Ikut dongg, tapi aku tak punya baju sekarang."

"Ayo belanja. Aku juga mau mencari baju. Mau bertemu sekarang? Nanti kukirimkan lokasinya." Sejeong bersyukur meskipun hubungannya dengan suami Wendy sangat aneh sekarang, tetapi hubungannya dengan Wendy sangat akrab. Seperti sahabat lama.

"Oke, aku minta izin dulu ya hehe."

"Eomma!!! Aku izin mau ke mall mau nyari baju sama Wendy eonni." Teriak Sejeong dari kamar sambil berlari menuju ibunya di dapur.

He is (Not) My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang