13

355 60 3
                                    

Malamnya, Sejeong mencoba menghindari Sehun sebisa mungkin. Setiap ada Sehun, disitu Sejeong menghindar. Sehun pergi ke dapur, Sejeong pergi ke pantai. Sehun pergi ke pantai, Sejeong jalan ke taman. Sehun pergi ke taman, Sejeong menghampiri Wendy. Sejeong mendadak tidak berani berhadapan dengan Sehun. Berdua saja.

Sehun mulai merasakan ada yang aneh dengan sikap Sejeong. Sepertinya baru kemarin hubungan mereka normal, kenapa sekarang hubungan mereka aneh lagi.

"Eonni. Please, jangan tinggalin aku. Takut." Wendy mengangkat sebelah alisnya. Tumben sekali gadis seperti Sejeong takut akan sesuatu.

"Noona, aku butuh bicara dengan Sejeong." 

Sejeong menggelengkan kepalanya dan matanya menyiratkan ia tidak mau berbicara dengan Sehun. Gadis itu bersembunyi di balik punggung Wendy.

 Gadis itu bersembunyi di balik punggung Wendy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sehun segera menengok gadis di belakang Wendy. Sama seperti tadi, detak jantung Sejeong berdegup lebih cepat dari biasanya. Sejeong segera memegang dadanya. 

"Sejeong-ah, sepertinya ada yang perlu kau bicarakan dengan Sehun. Kalian bicara yang benar, aku masuk dulu." Wendy meninggalkan keduanya. 

Habis sudah cara untuk menghindari Sehun. Sejeong sudah tidak bisa menghindar lagi. Cara paling terbaik sekarang hanya menundukkan kepalanya.

"Kenapa menghindariku?" Suara berat itu membuat sekujur tubuh Sejeong bereaksi. Aneh! Dia tidak pernah seperti itu sebelumnya. 

Sejeong hanya diam.

"Aku bertanya padamu, Sejeong-ie." Sehun masih menunggu jawaban gadis di depannya itu.

Ia tidak sabar. Sehun dari dulu tidak pernah menjadi orang yang sabar. Ia segera mengambil dagu Sejeong dan mengangkatnya agar dapat melihat wajahnya.

Deg. Kali ini jantung Sejeong seperti akan meledak. Kedua orang itu saling bertatapan satu sama lain. Mata Sehun seperti mencari jawaban di mata Sejeong. Setelah sekian lama ia hidup, ia baru menyadari orang yang berada di depannya ini sangat tampan. Bukan tampan yang biasa, tapi yang bisa membuat hatiku berdebar-debar seperti ini.

Sejeong sepertinya tidak sanggup lagi, lebih lama lagi dari ini sepertinya ia akan terjatuh. Sejeong segera melepaskan dagunya dari pegangan Sehun dan memeluknya.

 Sejeong segera melepaskan dagunya dari pegangan Sehun dan memeluknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Aku tidak bisa menatapmu, Hyung." Sejeong berusaha menenangkan dirinya dalam pelukan Sehun. 

Sehun kembali mengangkat dagu Sejeong lagi. Lagi-lagi Sehun menatap mata Sejeong dengan dalam. Hati Sejeong tidak kuat melihat wajah Hyungnya itu. Sehun mendekatkan wajahnya sehingga sekarang jarak di antara mereka semakin dekat. Hidung mereka bahkan sudah bergesekan. Sejeong segera memejamkan mata.

Ctek. Sehun menyentil dahi Sejeong.

"Aku tidak mau berciuman dengan bocah yang bahkan tidak bisa menatapku. Bye, bocah haha." Sejeong benar-benar tidak percaya dengan sikap Hyungnya saat itu. Sehun tertawa puas meninggalkan Sejeong yang masih tidak percaya.

Sial! Dia benar-benar dipermalukan.

~~~

Liburan mereka telah berakhir karena semua orang perlu bekerja lagi. Begitu juga Sejeong yang perlu menyusun tujuan hidupnya sekarang dengan keadaan hatinya yang kacau.

Dari awal, tujuan hidupnya adalah kembali ke dunia asalnya dan menikah dengan Chanyeol. Ia perlu mencari cara dengan cepat, sebelum hatinya berpindah. Dunia ini tidak baik baginya.

"Huaaaaa!" Teriak Sejeong sambil memeluk gulingnya di kasur. 

Ibunya yang mendengar teriakan itu kaget dan langsung berlari menghampiri Sejeong.

"Ada apa Jeong-ie? Ada yang sakit?"

"Eomma. Sepertinya aku seorang playgirl. Maafkan aku eomma. Aku tidak setia."

Ibu Sejeong bingung dengan pernyataan anaknya. 

"Kau bicara apa Jeong? Eomma tidak paham."

"Gini eomma, misal aku sudah punya pasangan. Terus aku dan pasanganku karena suatu alasan berpisah. Bukan putus ya eomma. Lalu, aku sendirian dan ditemani dengan satu orang lagi. Dia selalu ada. Terus aku tertarik dengan dia. Aku playgirl kan eomma? Aku harus apa eomma. Aku seperti orang aneh di depan dia." 

Eomma memeluk Sejeong dan menepuk pelan punggung anaknya itu. "Selama itu hanya perasaan tertarik, lupakanlah nak. Pasanganmu jauh lebih penting dibandingkan sebuah ketertarikan kecil."

Sejeong menghela napas. Perkataan ibunya ada benarnya juga. Mungkin Sejeong terlalu nyaman berada di dunia yang bukan miliknya ini, sehingga terlalu terbawa perasaan. Ia harus menjaga perasaan Chanyeol di dunia yang lain. Harus bisa. Ia tidak akan tertipu dengan sikap manis yang dilakukan Sehun saat liburan kemarin. Tidak akan.

"Terima kasih eomma, kau yang terbaik." Sejeong memeluk erat ibunya.

~~~

Hari ini adalah satu hari yang spesial bagi seluruh anak korea, karena hari ini adalah hari anak. Biasanya, ketika hari anak tiba, orang tua akan memberikan hadiah untuk anak-anaknya. Tempat bermain, tempat makan, semua tempat akan ramai pengunjung karena hari itu keluarga menghabiskan waktu bersama anaknya. 

Ada satu hal yang suka dilakukan oleh Sejeong di kehidupannya yang lalu yaitu berbagi bersama anak-anak. Sejeong sadar tidak semua anak seberuntung dirinya yang masih memiliki orang tua. Setiap hari anak, Sejeong akan menyempatkan diri berkunjung dan bermain bersama anak-anak itu. Kadangkala, ia akan mengirim makanan, kadangkala ia akan bermain bersama mereka.

"Anak-anak, eonni datanggg!" Sejeong segera menyapa anak-anak yang sedang bermain satu sama lain.

"Eonni."

"Noona."

"Halo Jung In, apa kabar? Se Ho, bagaimana kakimu sudah sembuh?" Sejeong menanyakan kabar anak-anak tersebut satu per satu.

"Sejeong-shi, terima kasih selalu menyempatkan diri bermain bersama mereka ya. Hampir setiap hari mereka menanyakan kapan anda akan datang."

"Ah, tidak apa-apa Ibu Lee. Aku justru senang bisa menghabiskan waktu bersama mereka. Ohya bu, aku bawa makanan dan snack untuk mereka. Nanti tolong dibagikan ya. Maaf merepotkan Bu Lee." 

"Tidak apa Sejeong-shi. Aku senang banyak anak muda sepertimu yang mau menolong panti asuhan kami."

"Eonni." Seorang anak perempuan, yang berbaju biru menghampiri Sejeong dan menarik ujung bajunya.

"Iya? Kenapa Ga Eun? Sini duduk sama eonni."

Anak perempuan itu tampak malu-malu dan terlihat ragu. "Ga Eun kenapa? Ingin menanyakan sesuatu? Sini bisik saja ke eonni." Sejeong mendekatkan telinganya kepada Ga Eun.

"Emm.. eonni. Kemana kakak ganteng yang biasa bareng eonni?"

Sejeong bingung. "Kakak ganteng? Siapa maksud Ga Eun? Sepertinya eonnimu ini agak lupa ingatan, haha."

"Yang tinggi, ganteng, rambutnya hitam, kulitnya putih kaya vampir." Ga Eun mencoba mempraktikan betapa tingginya laki-laki yang ia maksud.

Sejeong berpikir sejenak. "Mungkin maksud Ga Eun adalah Sehun-shi." Sejeong menoleh ke arah Ibu Lee.

"Biasanya setiap hari anak, kalian berdua akan kesini dan bermain bersama anak-anak. Kalian adalah pasangan favorit anak-anak panti asuhan ini." Lanjutnya.

Hal lain yang Sejeong baru saja tahu. Di kehidupannya yang dulu, Sejeong selalu saja sendirian tiap bermain ke panti asuhan ini. Tiap dirinya mengajak Chanyeol, pria itu selalu tidak memiliki waktu karena pekerjaannya. Namun disini, Sejeong tidak sendiri. 

He is (Not) My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang