"So akak dah tahu lah?," soal Mimi yang berdiri di depanku. Semua orang sudah berada di dalam kereta. Tinggal waktu menunggu Mimi masuk ke kereta lagi.
"Ya,"
"Macammana akak tahu?,"
"Fitri," beritahuku sambil memeluk tubuhku. "Somehow, it end up, dia dah jadi rakan sejabatan dengan akak,"
"Huh? Fitri jadi guru tadika?,"
"Oh, no. Akak dah lama pindah dari sekolah tadika tu, akak sekarang berkerja sebagai guru GP di sekolah Tinggi Lelaki Gadong for lebih kurang 2 bulan now,"
"Urgh, adik dengar mereka nakal-nakal," kata Mimi, memperlihatkan muka tak sukanya.
Ya. "Not really,"
Horn~ Horn~
"Jap lagi," beritahu Mimi memandang ke belakang pada suaminya.
Mimi terdiam memandangku, perlahan dia membawaku kepelukannya. Dia menggunam beberapa ayat maaf dia. Haih, salah aku juga kot, melenting tadi.
"It's alright, you deserve each other," kataku sambil membelai rambutnya.
"Thanks, Assalamualaikum, kak," ucap Mimi sebelum bergerak ke kereta. Tapi menjengukkan kepalanya bila jendela kereta di buka, "I love you!!,"
"You too," kataku tak menjerit.
SUDAH dua hari kejadian makan malam tu berlalu. Tapi, kini dah tiga hari genap aku tak menemui cikgu Aaron. Oh tak..tak, bukan pasal aku kebulur sangat nak ikut arahan si Haris tu.
Pasal pesalahnya sendiri (Haris) yang asyik menarik aku. Hari ni rasanya tak ada bezanya lah.
"I said, hands off mama," beritahuku. Meronta minta lepas dari genggaman Haris. "Dan, aku sendiri pun dah fed up dengan soalan aku ni, tapi aku tanya juga, why on earth kau bawa aku ke tempat sunyi ni LAGI?,"
"Aaron is in the room now," beritahu Haris. Itu je.
"Look, Ris. Aku janji akan tinggalkan Aaron, suprisingly, aku memang dah mati hati kat dia, not to mention tiba-tiba," jelasku, tertanya-tanya juga aku kenapa aku sudi nak beritahu dia. "So, yes, aku tak akan ganggu dia dan Farah,"
Haris memandangku dengan wajah eksperasi yang dia kurang percaya dengan apa yang aku sampaikan. Memang tak sampai lah agaknya.
"Just stay je," beritahu Haris. Kan?
"You love her, huh?,"
"No, saya dah move on," ucap Haris yakin. "Dia dah bahgia dengan Herman kan?,"
"Bukan Mimi,"
"Habis?,"
"Farah Fazira," kataku menyebut nama Farah yang penuh. Haris berdiam, mungkin tak sangka aku dapat meneka dengan betul. "Cemburunya, cikgu Farah memang banyak peminat, Aaron and now, you, tak hairan kalau ada lagi nama asing yang saya akan dengar nanti,"
Haris masih berdiam. Menyesal agaknya.
"Hey," panggilku. Haris memandangku, "I am sure, kat luar sana ada orang yang berlambak nak kan kau,"
"Naina stop talking," perintah Haris. Tak diragui aku kasihan melihatnya sekarang.
Kerana terasa bersalah, aku berdiam diri. Pasti dia memang cintakan Farah. Mungkin aku tak patut masuk campur dengan hal cinta dia. Yang pasti dia pun mahu aku begitu.
"I think you can go now, just don't talk to Aaron yet, jumpa je dia, lari," beritahu Haris sebelum membuka langkah. Aku rasa tak ada maknanya apa yang aku sampaikan tadi. Masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

ANDA SEDANG MEMBACA
Oi, umurku 28!
Storie d'amoreNama: Iwanaina Matussin. Usia: 28 tahun. Status: Bujang Situasi: Sepatutnya dah jadi isteri orang, tapi tunang 5 tahun aku dah berkahwin dengan Mimi, adik aku sendiri. Memang aku redha, tapi redha tidak akan mendiamkan bebelan mama di rumah. Hampir...