Bab 31

26.9K 1.3K 49
                                    

"Cikgu, rasanya..saya tak dapat lah pergi belayar ke Italy,"

"Kenapa..kenapa tak?," soalku hairan. Roy masih menundukkan kepalanya.

"Ayah saya..tak izinkan,"

"Listen, ini merupakan peluang terbaik untuk kamu, fikir dulu, jangan buat keputusan terburu-buru begini," pujukku.

"Tapi... Macam mana saya nak pergi, kalau ayah saya sendiri tak yakin saya boleh berjaya," kini Roy memandangku.

"Apa maksud kamu ayah kamu tak yakin?,"

"Kelmarin saya pergi tunjukkan borang bisasiwa pada ayah dan ibu saya, ibu suka saya dapat bisasiwa, tapi tak pada ayah, hampir-hampir borang saya dikoyaknya,"

Gah, aku patut tahu ini akan terjadi. Memang keluarga Roy ada masalah lah dengan Roy.

"Jadi, lebih baik saya tak payah pergi lah,"

"Cikgu akan pergi ke rumah kamu esuk lepas sekolah, cikgu sendiri akan pujuk ayah kamu," kataku. Ya, itu je caranya. Tak kan lah aku nak heret anak orang ke Italy kan?

"Cikgu tak kenal ayah saya,"

"Well, it's clearly, ayah kamu tak kenal cikgu,"

Roy tersenyum hambar, kemudian dia mengeluh, "Baiklah tapi jangan cakap saya tak beri amaran kat cikgu,"

"Cikgu hantar kamu balik esuk," kataku. Roy menangguk sebelum keluar dari kelas. Hah, naifnya aku bila sangka hal ini akan selesai semudah itu.

ONE MESSAGE.

"Assalamualaikum,

Hakim mempunyai masalah dengan kepercayaan. Sikap sarkastiknya juga membuktikan yang dia hanya acuh tak acuh dengan keadaan sekelilingnya.

Cikgu Ros adalah cikgu sebelum Naina yang telah memohon minta dipindahkan kerja. Dia bekas cikgu GP kami, rasanya Hakim lah orang yang terasa hilangnya bila cikgu Ros sebab dia lah yang paling rapat dengan cikgu tu.

-Ridhuan,"

Aku mengeluh berat. Satu hal. Satu hal lagi. Cikgu Ros, apa jenis cikgu dia ni? Nakal sangat ke mereka sebelumnya? Apa yang cikgu Ros buat sampai Hakim sakit hati dengan pemergiannya?

Dan,

Aku membulatkan nama Roy yang pernah ku pangkah sebelum ni. Keluarga Roy ya.. Nampak gayanya aku akan menemui mereka nanti.

"Thanks, Dhuan,

-Cikgu Naina,"

Aku membuat keputusan. Ya, muktamad. Aku akan berkunjung ke rumah Roy. Ya, esuk. Esuk.

"WHAT do you mean papa kamu dah setuju?!," soalku geram. Dah lah aku bersemangat membara kelmarin nak menceramahi ibu bapa Roy. "Are you serious?,"

Roy tersenyum mekar, "Yup, ini semua thanks to my sister, dia yang pujuk ayah dan ibu,"

"That's good, so tak ada lah delay-delay in any thing lagi ni?," soalku. Roy menggeleng laju. "Good,"

"Laa, cikgu kecewa ke tak jumpa keluarga saya?,"

"No," jawabku sepatah. Roy memuncungkan mulutnya. Kemudian mulutnya terkumat kamit berkata sesuatu. "Apa dia, Roy?,"

"Tak ada apa," kata Roy tersengih sebelum pergi ke mejanya.

"Hello, Naina," tegur seseorang yang dikenali sebagai putera lewat.

"You are late," laungku.

"Sorry, teacher," kini Ridhuan berjalan perlahan, aduh, memang selalu ke dia kacak macam ni? Esh, jantung. Jangan lah buat hal pulak. "S...sit," gagap!!

Oi, umurku 28!Where stories live. Discover now