Tepat pukul 9 malam Taehyung kembali menjemput Sakura. Dia memeperbaiki raut wajahnya yang seharian ini menjadi kesal karena ucapan Younghoon.
Sakura membuka pintu penumpang. Dia merasa ada sesuatu yang berbeda dengab Taehyung. Dia tampak lebih diam dari biasanya.
"Kau sudah makan malam?"
"Aku sudah makan."
"Baguslah." Taehyung menyalakan mesin mobilnya dan meninggalkan toko buku.
Disepanjang perjalanan Taehyung ataupun Sakura hanya diam. Biasanya Taehyung selalu bertanya. Apakah dia kesal dengannya dengan kejadian siang tadi.
"Taehyung kau marah denganku?"
"Kenapa aku marah denganmu?"
"Karena kejadian di kampus tadi."
"Aku tidak marah denganmu." Akhirnya Taehyung tersenyum.
"Aku ingin tinggal diluar rumah." Tiba-tiba saja Sakura membuat pengumuman seperti itu.
"Kau ingin tinggal diluar dengan menyewa atau membeli apartemen?"
Sakura mengangguk.
"Kau tinggal sendiri?" Taehyung membelalakan matanya.
"Iya Taehyung."
"Jangan itu bahaya untukmu. Jika kau tinggal sendiri aku bisa-bisa selalu khawatir dengan dirimu."
"Kenapa kau selalu melarangku." Sakura cemberut.
"Dengarkan aku. Aku sangat mengkhawatirkan dirimu. Jika terjadi sesuatu padamu aku bisa gila."
"Tapi aku sudah dewasa. Aku bisa menjaga diriku."
"Tapi kau masih seorang perempuan."
"Lalu aku harus apa. Jika aku selalu pulang telat otangtuaku bisa tahu jika aku kerja sambilan."
"Mengapa kau ingin sekali kerja sambilan. Jika ada sesuatu aku mohon kau bisa mengatakannya padaku."
"Tidak Taehyung. Aku hanya ingin merasakan lelahnya mencari uang."
"Kau keras kepala."
"Kau tahu itu."
"Baiklah aku akan membantumu mencarikan apartemen."
"Temanku di toko buku akan membantuku mencarikan apartemen."
"Baiklah. Beritahu aku jika kau sudah menemukannya. Pilihlah yang nyaman dan keamanan yang baik. Kau perempuan. Aku tidak ingin mendengar ada insiden maling masuk ke apartemenmu karena keamanan apartemen yang buruk."
"Kau menakutiku."
"Aku tidak menakutimu. Aku memberi peringatan."
"Iya baik. Sebelum aku menyewa aku akan meminta pendapatmu dulu."
"Terimakasih." Taehyung mencium tangan Sakura.
"Kita sampai." Taehyung memarkirkan mobilnya di samping lintu gerbang rumah Sakura.
"Aku masuk. Kau hati-hati dijalan."
"Tunggu." Taehyung meraih tangan Sakura."
"Ya." Sakura menoleh kearah Taehyung.
"Jam berapa kau masuk kerja? Besok aku tidak ada jadwal kuliah jadi aku ingin mengantarmu."
"Besok libur shiftku."
"Baiklah aku akan menjemputmu setelah selesai mata kuliah."
"Baiklah."
"Tidur yang nyenyak. Aku akan menghubungimu ketika aku sampai rumah."
Sakura memberi anggukan kecil.
Sesampainya dikamar Sakura melempar tasnya disembarang tempat. Dia berpikir, apakah dia kembali menyukai Taehyung? Dia mulai menyukai semua perhatian yang Taehyung berikan.
***
Keesokan harinya di pagi yang cerah. Tak biasanya Taehyung bangun sepagi ini dimana dia tidak ada jadwal mata kuliah.
"Apa yang membuatmu bangun di pagi ini ketika jadwal kuliahmu kosong. Apa ini karena Sakura?" Tanya ibunya di meja makan.
"Apakah ibu tidak menyukainya?" Taehyung kembali bertanya.
"Mengapa kau menanyakan hal itu. Tentu saja tidak masalah untukku. Selama itu membuatmu menjadi anak yang baik."
"Bu apakah aku terlalu memaksakan keinginanmu kepada Sakura?"
"Ibu tidak mengerti."
"Tidak apa. Lupakan saja."
"Sepertinya kau sekarang sudah sadar."
"Memangnya dulu aku belum sadar."
"Tanyakan pada dirimu." Jawab ibu Taehyung. "Aku ingin bertemu Sakura."
"Untuk apa?" Taehyung mengernyitkan alisnya.
"Apakah butuh alasan untuk menemui calon menantuku." Jawab ibunya setengah kesal.
Taehyung memutar matanya lalu melanjutkan sarapan.
Menunggu pukul 11 siang tidak pernah selama ini untuk Taehyung. Beberapa kali dia mengecek jam di ponselnya namun waktu hanya bergulir beberapa menit. Dia sangat bosan.
Setelah menunggu dengan bosan dirumah Taehyung akhirnya berangkat menjemput Sakura. Agenda hari ini, dia ingin mengajak Sakura berkencan. Seumur hidupnya mengenal dan betunangan dengan Sakura dia belum sekalipun mengajaknya berkencan. Dia berdoa semoga Sakura tidak menolaknya. Walaupun Sakura menolak, dia pasti akan mencoba lagi.
"Sakura aku ada di depan gerbang universitas." Taehyung menelepon Sakura.
"Tunggu, aku segera datang." Sakura mengemasi barangnya.
Beberapa mahasiswi melirik ke arah Sakura dan mulai kembali dengan gosipnya.
"Kau tahu setelah dia mendapatkan Taehyung kini dia mencampakkan Younghoon"
"Lisa pelankan suaramu dia bisa mendengar kita."
"Ckk. Dia seperti wanita penggoda. Apakah ibunya melahirkan dia untuk menjadi seperti itu." Tambah Lisa. "Kau tidak perlu takut. Dia tidak bisa mendengar kita." Lisa berbisik pada Dahyun.
Sakura yang kesal mengambil tas dri meja. Menghampiri kedua wanita yang sedang bergosip itu. Menarik kerah baju Lisa.
"Hei wanita sialan. Jaga mulutmu. Aku sudah bosan mendengarmu menjelekkan diriku. Bergosip yang buruk tentang diriku. Apakah kau mengenalku dengan baik? maka dari itu kau tahu semua tentang diriku. Apakah kau salah satu fansku?" Sakura memiringkan wajahnya.
Beberapa siswa yang masih berada dikelas melihat itu debgan tatapan ngeri. Mereka lebih baik meninggalkan mereka bertiga sendiri.
"Sakura maafkan kami." Dahyun berusaha melepaskan tangan Sakura dari kerah baju Lisa.Wajah lisa terlihat sedikit pucat.
"Aku minta maaf bukan maksudku seperi itu." Seru Lisa terbata-bata.
"Diam dan dengarkan aku." Ucap Sakura dengan nada sedikit mengancam. "Jika aku mendengar kalian bergosip lagi tentang diriku. Aku akan membuat pelajaran dengan kalian berdua. Aku juga yakin Taehyung akan memberikan pelajaran untuk kalian. Ini bukan ancaman. Aku pasti akan melakukannya. Jadi tutup mulut kalian." Sakura melepaskan tangannya dari kerah baju Lisa.
Wajah Lisa ataupun Dahyun berbubah pucat seketika. Dia berurusan dengan orang yang salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIANCE FROM HELL
Fanfiction(COMPLETE) "Taehyung aku menyukaimu." Sakura menyilangkan tangannya "Kau tidak cocok denganku." Taehyung memasang wajah dingin. "Namun setelah kusadari aku tidak menyukaimu. Aku menarik kembali pengakuanku." Ucap Sakura kemudian meninggalkan Taehy...