15

447 38 18
                                    

Happy Reading 💜

Lembar demi lembar berganti
Sudah saatnya menutup lembaran yang usang
Dan sudah saatnya membuka lembaran baru
Untuk hidup yang baru juga
🍁🍁🍁

Jam demi jam terus berjalan.
Hari terus berganti minggu.
Minggu berganti bulan.

Kondisi Natha semakin kacau. Vraka bingung harus bagaimana. Mental nya sangat terganggu bahkan ia harus mengkonsumsi obat penenang.

"Natha makan ya," bujuk Vraka yang sedang duduk di sampingnya. Semenjak kematian orang tuanya, kondisi Natha tidak bisa dikendalikan terlebih saat sedang kambuh.

Sekuat apapun teman dan sahabatnya membantu namun nihil tidak ada perubahan. Vraka terus berusaha membuat adiknya kembali normal, hanya butuh usaha dan doa.

Natha tidak menjawab pertanyaan sang kakak. Dia hanya melamun sedari tadi pagi. Tidak ada yang ia lakukan.

"Natha makan ya demi abang," pinta Vraka sambil memegang kedua telapak tangan adiknya.

"Natha gak mau makan," tutur Natha sambil menggelengkan kepalanya. Selalu jawaban yang sama jika Vraka menyuruhnya untuk makan.

"Please, demi abang," bahkan Vraka sampai memohon hanya agar adiknya mau makan.

"Abang janji, kalau Natha mau makan abang beliin coklat," tutur Vraka sambil berharap semoga Natha mau makan. Natha sedikit menganggukkan kepalanya.

Vraka tersenyum, usahanya berhasil membujuk adiknya untuk makan. Entah alasan apa lagi yang ia berikan nanti agar adiknya mau makan.

Vraka dengan telaten menyuapi adiknya. Suapan demi suapan sampai nasi tersebut habis.

"Natha capek. Natha mau sembuh," penuturan Natha membuat Vraka sesak. Bagaimanapun ia juga merasakan apa yang dirasakan adiknya.

Vraka menghela nafas sebentar, "Natha mau sembuh? Natha percaya kan keajaiban Tuhan itu selalu ada?," tutur Vraka. Natha mengangguk membenarkan ucapan sang kakak. Walaupun Natha mengkonsumsi obat penenang, bukan berarti dia hilang akal atau semacamnya.

"Natha ikut abang ya, kita periksa ke dokter," tutur Vraka.

"Abang jangan tinggalin Natha. Natha sayang sama abang," tutur Natha sambil memeluk erat sang kakak. Rasanya nyaman bila ia berada dalam dekapan Vraka.

"Abang janji, yaudah kamu mandi dulu, abis itu kita pergi okay?," ucap Vraka. Natha mengangguk dan segera bangkit untuk pergi ke kamar mandi.

Sekitar 30 menit akhirnya mereka berdua sudah rapi dan akan pergi ke dokter untuk memeriksa kondisi Natha akhir-akhir ini.

"Abang tungguin," pinta Natha sambil manyun-manyun. Memang beberapa sifatnya tidak hilang. Hanya saja ia terlalu sering melamun, menangis bahkan bila ia menangis terlalu lama ia jatuh pingsan dan selalu mengigau.

"Iya, sini gih," panggil Vraka sambil tersenyum ke arah adiknya. Natha sedikit berlari kecil menghampiri Vraka dan memeluknya.

"Adik siapa sih, manis sekali," tutur Vraka sambil menatap lekat mata adiknya.

"Adiknya bang Vraka," balas Natha sambil tersenyum. Sifatnya kembali seperti anak kecil. Menggemaskan tapi terkadang membuat orang aneh apabila penyakitnya kambuh.

The Twins Story[END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang