I can't go back to yesterday
because I was a different
person then.
—Lewis Carroll—ღωღ
chaeyoung menghela napas pelan begitu ia menyadari shift kerjanya telah selesai. ia melepas apronnya lalu melemparnya pada allen, orang yang bekerja sehabis shift nya selesai.
"len! tangkep!"
allen menengok dan menengadahkan tangannya, bersiap menangkap.
"thanks!" seru allen yang dibalas anggukan oleh chaeyoung.
chaeyoung terus berjalan lalu tersenyum pada yuqi, sang kasir. yuqi membalas senyuman chaeyoung dan berkata, "hati-hati!"
chaeyoung mengangguk dan mengucapkan terima kasih pada yuqi. ia mengambil tasnya yang ia titipkan pada yuqi lalu segera beranjak pergi dari tempat kerjanya—café star.
ia berjalan menuju halte bus untuk menuju ke toko buku sebelum menuju ke apartement nya. mulanya semua damai hingga seseorang mengagetkannya dari belakang.
"dor!"
chaeyoung tersentak dan menghadap ke belakang, dapat dilihat teman lelakinya itu menampilkan senyum bodoh dihadapannya setelah mengagetkan chaeyoung.
"kurang ajar kamu woo."
ia hanya terkekeh kecil mendengar penuturan dari chaeyoung, lalu ia berjalan beriringan dengan chaeyoung.
"mau kemana?"
chaeyoung menengok. "toko buku, ada yang mau dicari." jawab chaeyoung.
wooyoung mengangguk-anggukkan kepalanya, tanda ia mengerti. "aku ikut, aku bosen di apartement."
chaeyoung mengangguk. "emang kapan sih seorang jung wooyoung nggak bosen? kerjaannya tiap hari mampir ke apartementku mulu, gangguin aku kerja atau belajar."
wooyoung mencebikkan bibirnya, kesal dengan tiap kata-kata yang keluar dari mulut chaeyoung.
tepat waktu, begitu mereka sampai di halte, bus yang mengarah ke toko buku tersebut pun sudah datang jadinya mereka tidak perlu menunggu terlalu lama.
saat mereka naik, mereka melihat hanya tersisa satu tempat duduk disana.
"kamu aja yang duduk, biar aku yang berdiri." kata chaeyoung.
wooyoung menolak keras, menggelengkan kepalanya. "nggak, kamu yang duduk. nggak nurut aku bakal sering gangguin kamu." ancam wooyoung.
chaeyoung langsung bergidik ngeri saat ia membayangkan bagaimana hari-harinya nanti saat diganggu wooyoung. akhirnya ia menurut dan duduk di kursi yang tersedia.
"good girl."
chaeyoung menghela napas pelan. ia menengok ke samping kirinya. ada seorang lelaki yang sepertinya tidak menyadari kehadirannya. sepasang earphone terpasang di kedua telinganya, masker pun melengkapi aksesori pada wajahnya, matanya terpejam dengan kepalanya yang menyandar pada kaca bus.
chaeyoung hanya tersenyum tipis lalu kembali menghadap ke depan sambil memeluk tas ranselnya.
ada polisi tidur di tengah jalan, membuat kepala lelaki yang berada di samping chaeyoung terhantuk ke kaca. ia meringis kesakitan dan mengelus-elus kepalanya, chaeyoung mendengarnya meringis.
"kamu bakal kejedut nanti kalo senderan ke kaca." ujar chaeyoung.
lelaki tersebut memandang chaeyoung, masih mengelus-elus kepalanya yang terhantuk.
"terus gue nyender ke mana lagi kalo bukan ke kaca bus? ya kali ke lo." jawabnya.
chaeyoung mengangkat kedua bahunya. "daripada kejedut, kan? omong-omong kamu mau kemana?" tanya chaeyoung.
"toko buku." ucapnya, lalu ia menghadap ke kaca, memandangi Kota S pada sore hari.
"wah, kita sama tujuannya! tapi kalo kamu mau tidur lagi percuma, beberapa menit lagi udah mau nyampe soalnya." jelas chaeyoung.
lelaki bersurai hitam itu mengangguk-anggukan kepalanya.
wooyoung yang melihat interaksi kecil didepannya tersenyum tipis. "akhirnya." gumamnya.
ღωღ
"langsung tidur!" seru wooyoung dari arah apartementnya.
"iya iya bawel!" jawab chaeyoung.
ia memasukkan kode sandi pada apartementnya, membuka pintu lalu melepas sepatunya dan menaruhnya di rak sepatu. tak lupa menutup pintu, ia segera masuk dan merebahkan dirinya pada sofa.
chaeyoung hidup sendiri sejak ia berumur 15 tahun. ia muak dengan keluarganya, ia memutuskan untuk kabur. syukurlah ia bertemu dengan wooyoung, lelaki tampan yang entah mengapa memilih hidup sendiri.
bedanya, keperluan wooyoung masih dibiayai oleh ibundanya, sedangkan chaeyoung? tak ada yang peduli padanya. ia benar-benar meninggalkan kehidupannya. ia benar-benar memulai hidupnya dari awal.
dibantu oleh wooyoung, ia mencari lowongan pekerjaan kesana kemari. karena usianya yang masih belia itu yang membuatnya selalu tertolak oleh pihak atasan.
tak menyerah, wooyoung berkata bahwa ayah temannya membuka café dan sedang membutuhkan pekerja tambahan. tentu saja chaeyoung mau dan segera menghampiri café yang dimaksud.
awalnya ia cukup diragukan, tapi akhirnya chaeyoung diterima karena memang pihak kafe sedang membutuhkan tambahan pekerja.
"am I aren't good enough for my parents?" monolog chaeyoung.
"I'm tired."
ia bangkit dari acara rebahannya. ia memandangi Kota S pada saat malam hari lewat balkon kamarnya. angin sejuk menerpa wajahnya. ia melihat ke arah jalanan.
pikiran untuk melakukan bunuh diri lagi-lagi datang ke otaknya, tapi chaeyoung tak pernah bisa melakukannya. chaeyoung hanya menyakiti dirinya sendiri. yes, self harm.
ia bertanya-tanya, apakah saat ia mati akan ada orang yang mencarinya? wooyoung? tentu saja, dia pasti akan mencarinya. maksud chaeyoung, kedua orang tuanya, kakaknya dan, kembarannya. apakah mereka akan mencarinya? atau malah acuh?
memikirkannya saja dapat membuat chaeyoung tersenyum getir. tiba-tiba terlintas dipikirannya untuk berangkat menuju Gedung R, gedung yang selalu dijadikan untuk percobaan bunuh diri, gedung yang memegang kasus kematian terbanyak di Negara K. terletak di Kota J, tiga jam perjalanan dari Kota S.
ya, chaeyoung akan pergi kesana. chaeyoung tak akan lagi hidup sengsara. ia tidak akan merepotkan wooyoung, juga teman-teman kerjanya yang lain.
chaeyoung akan melakukannya.
ღωღ
TBC
nggak nyangka ada yang baca, huhu, makasih banget loh
semoga hari kalian selalu menyenangkan!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, San [✔]
Fanfiction[SELESAI] san, seorang pemuda yang telah berhasil 'menyelamatkan' hidup chaeyoung. ©moonchaey, 2020