She is a beautiful piece of broken
poetry, put back together by her
own hands. And a critical world
judges her cracks while missing
the beauty of how she made
herself whole again.
—JM. Storm—ღωღ
kinerja chaeyoung benar-benar tak terkendali hari ini. ia banyak melamun, terkadang tiba-tiba meringkuk sambil menutup kedua telinganya. lantas menangis dengan sorot mata ketakutan terpancar dari kedua matanya.
san yang memang partner chaeyoung di kafe tersebut merasa ada yang aneh. bukan sekali, namun berkali-kali. akhirnya ia keluar dari dapur untuk menemui seungkwan dan meminta izin kepadanya.
"bang." panggil san.
seungkwan menoleh. "ada apa?"
"kondisi chaeyoung memburuk. gue mau nganterin dia pulang. boleh?"
seungkwan tampak terkejut mendengarnya. ia lantas memanggil serim.
serim segera datang begitu ia dipanggil. "ada apa bang?" tanyanya begitu ia sampai disana.
"lo gantiin kerjaannya san sama chaeyoung. kondisi chaeyoung memburuk lagi." perintah seungkwan yang di balas anggukan patuh dari serim, bahkan ia sudah berjalan menuju ruang kerja chaeyoung dan san.
seungkwan kembali menoleh ke arah san. "bawa pulang gih. temenin dia, wooyoung biar gue yang ngasih tau nanti. sampein salam gue buat dia ya."
"CHAE!" teriak seseorang dari arah dapur.
sontak, seungkwan dan san saling tatap lalu segera berlari menuju sumber suara.
pintu di dobrak oleh san, dan nampak lah serim memegang tangan kanan chaeyoung yang sedang memegang pisau.
"le... pas..." rintih chaeyoung.
san segera berjalan menuju tempat mereka berdua diikuti seungkwan dibelakangnya. lalu ia mengambil pisau yang ada di genggaman chaeyoung dan menaruhnya ditempat semula.
"ba... li... kin..."
san memandang sendu ke arah chaeyoung. ia memerintahkan serim untuk melepas pegangannya pada chaeyoung tanpa suara. beruntung serim mengerti dan segera melepaskannya.
serim mundur sedikit, berdiri disamping seungkwan. seungkwan bertanya apa yang telah terjadi. serim menjelaskan menggunakan bahasa tubuhnya. seungkwan yang mengerti pun tentu saja terkejut mengetahuinya.
san memeluk tubuh mungil chaeyoung. sedang chaeyoung tidak memberi perlawanan ataupun balasan.
"jangan lukain diri lo lagi, please." ucap san sambil memeluk chaeyoung dengan erat.
lama-kelamaan, kedua mata chaeyoung berkaca-kaca. liquid bening itu perlahan mengalir membasahi pipinya. ia balas memeluk san dengan tangisan yang selama ini ia tahan, membuat apron yang sedang di pakai san basah karena air matanya.
"a-aku takut..." ucap chaeyoung pelan yang dapat didengar oleh telinga san.
seungkwan dan serim memilih balik badan, memberikan ruang untuk mereka berdua. saat mereka membuka pintu, nampak lah sesosok lelaki—wooyoung, berdiri melihat adegan tersebut sambil tersenyum tipis.
"yang sabar ya yong." ucap seungkwan dengan pelan.
wooyoung menengok ke arah seungkwan. "hah? kenapa gue disuruh sabar?" tanya wooyoung dengan suara yang pelan pula.
"gue tau lo suka sama chaeyoung." jawab seungkwan sambil menepuk pundak wooyoung juga serim dan berlalu meninggalkannya.
wooyoung menatap serim bingung. "suka? gue?"
serim mengedikkan bahunya.
"sok tau banget tuh om om." wooyoung ngejulid.
serim terkekeh mendengarnya.
wooyoung menarik napas panjang. "gue bukan suka apalagi cemburu. gue emang sayang sama chaeyoung, tapi sayang sebagai kakak gue sendiri karena dari dulu sampe sekarang cuma dia yang tahan sama segala macem sikap gue. lagian, gue bersyukur ternyata gue nemu orang yang bisa gue titipin buat jagain chaeyoung." jelas wooyoung sambil menatap sendu ke arah dapur.
"hah? titipin ma-maksud—"
"gue mau pergi."
serim kaget dengan ucapan wooyoung. "heh!
jangan bilang kalo—""iya. kanker yang tiga tahun lalu sempet sembuh itu, balik lagi. parah nya lagi cuma lo yang tau pasal penyakit mematikan yang gue alami ini."
ღωღ
"udah tenang?" tanya san.
chaeyoung menundukkan kepalanya. masih mencoba membuat dirinya kembali tenang. ia menarik napas panjang, menghapus air matanya lalu mengangguk.
"coba ceritain apa yang bikin lo takut banget kayak tadi?"
chaeyoung menghela napasnya sebelum memulai bercerita.
"ada, ada banyak hal yang bikin aku ketakutan kayak tadi. suara aneh, trauma, dan kehilangan."
chaeyoung meminum teh hangat yang dibuat oleh san tadi.
"akhir-akhir ini ada banyak banget suara yang mengganggu pikiran aku. perintah untuk bunuh diri, selalu begitu."
perlahan air mata chaeyoung kembali turun. dengan cepat ia menghapusnya kembali.
"trauma lima tahun yang lalu kembali terasa lagi dibenak. aku takut bakal kejadian lagi. bahkan lebih parah."
san mengusap bahu chaeyoung pelan, memberikan ketenangan.
"dan, entah kenapa aku punya firasat kalo aku bakal kehilangan seseorang. tapi aku nggak tau siapa, pikiranku terus aja ke wooyoung dan katarina kalo nginget hal itu. aku makin takut."
san memeluk tubuh chaeyoung, mengelus-elus kepalanya. chaeyoung kembali menangis di dalam pelukan san.
"ssh, nggak papa. semua perasaan itu bakal ilang dengan sendirinya kok. jangan buat sugesti yang kamu buat sendiri membuat kamu jadi mikir itu nyata dan jadi kayak gini. aku khawatir, semua orang khawatir." lagi-lagi, san tanpa sadar kembali menggunakan kamu dan aku.
"maaf dan makasih udah khawatirin aku."
ღωღ
KAMU SEDANG MEMBACA
Hey, San [✔]
Fanfiction[SELESAI] san, seorang pemuda yang telah berhasil 'menyelamatkan' hidup chaeyoung. ©moonchaey, 2020