Eps 5. Lelah

295 68 11
                                    

Kamu bisa meminjam bahuku
untuk bersandar jika kamu
ingin.
—???—

ღωღ

hari ini chaeyoung ada kuis, dan dia belum ada persiapan sama sekali. untungnya kelas dimulai siang hari karena ada keterlambatan yang dialami sang dosen, jadi dia masih ada waktu buat belajar.

shift kerjanya tiap hari kamis memang selalu berbeda, ia mengambil waktu sore karena jadwal kuliahnya tiap hari kamis terlaksana di waktu pagi menjelang siang. sedangkan di hari yang lain pasti ia mengambil shift kerja di pagi hari, saat café baru dibuka.

"chaeyoung~!"

chaeyoung mendecak. konsentrasinya terganggu akibat panggilan seseorang dari luar apartementnya.

"apa?" sahut chaeyoung sedikit berteriak, lalu melanjutkan aktivitasnya kembali.

"mau masuk!"

chaeyoung menghela napas panjang.

"masuk aja! kan kamu udah tau password nya!"

yang diluar sana tersenyum cengengesan tidak merasa bersalah. "lupa. hehe."

"lipi. hihi. 2304."

tak berapa lama orang yang sempat mengganggu acara mengulang pelajarannya itu masuk, tak lupa melepas sepatu tentunya. sayangnya ia lupa menutup pintu.

"pintunya ditutup!!"

"eh iya lupa, maaf maaf."

wooyoung mengambil tempat duduk disamping chaeyoung, memerhatikan gadis yang saat ini tengah memakai kacamata itu membaca buku setebal 673 halaman dengan serius.

duh, melihat bukunya saja sudah membuat wooyoung pusing, apalagi jika harus membacanya?

"ngapain chae?" tanya wooyoung, basa basi walau harusnya ia sudah tahu apa yang sedang chaeyoung lakukan saat ini.

"pertanyaan yang cukup retoris woo. ngapain lagi kalo bukan belajar? renang?" ucap chaeyoung dengan nada sarkas.

"nyelo mbak, takut saya. ya iya tau maksudnya belajar, tapi buat apa?"

chaeyoung membulatkan kedua bola matanya. "beneran woo kamu nanya kayak gitu? ya biar pinter lah! aneh kamu mah."

wooyoung mengacak-acak rambutnya frustasi.

"maksudnya tuh emangnya ntar ada ujian atau kuis, makanya kamu belajar? kalo masalah itu ya aku juga tau chae."

untung teman, untung tetangga. batin wooyoung kira-kira seperti itu.

chaeyoung mengangguk, lalu kembali fokus ke buku yang sedang ia baca.

"tapi chae, orang sejenius kamu ngapain belajar lagi sih? kamu nggak belajar aja dapet nilai diatas 90, apalagi belajar? seandainya di rapot dibolehin ada nilai 100, aku yakin isi rapot kamu ya cuma nilai 100 doang."

chaeyoung menengok sekilas. ia menggelengkan kepalanya dan kembali fokus ke buku nya.

"aku nggak se sempurna itu woo."

"iki nggik si simpirni iti wi, hilih pret. rangking satu paralel disekolah tuh siapa lagi selain kamu? tiga tahun berturut-turut selalu jadi rangking satu diantara 435 murid seangkatan. siapa lagi kalo bukan kamu, hah?"

chaeyoung menaruh bukunya dan melepas kacamatanya. "nyatanya mama papaku belum nganggap aku jenius. nyatanya mama papaku belum bisa menaruh kepeduliannya ke aku. nyatanya aku belum bisa buat jadi anak mereka. aku belum bisa memenuhi ekspetasi mama papa. aku belum berhasil, woo."

Hey, San [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang