2nd Year : He Called Her Mudblood

883 113 61
                                    

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat. Mereka yang awalnya berada di kelas satu berganti status menjadi kelas dua. Besok Hogwarts akan kembali dibuka sebagai sekolah. Hermione hari ini akan datang ke Diagon Alley bersama kedua orang tuanya. Dirinya hendak bertemu keluarga Weasley dan juga Harry di Flourish and Blotts untuk membeli keperluan sekolahnya.

Hermione membuka pintu masuk diikuti dengan kedua orang tuanya. Ia menemukan Ron berada di tengah tengah antrian, entah antrian apa. Di sampingnya ada keluarga besarnya. Ron segera berlari menghampiri Hermione dan memeluknya. Arthur menyusul Ron, dan menyapa Wendell dan Monica. Ia mengajak mereka untuk berkeliling sebentar. "Bagaimana kabarmu Mione?" Ron menggenggam kedua tangan Hermione seraya tersenyum lebar. "Tidak pernah sebaik ini."

Ron kembali memeluk Hermione. "Aku benar-benar merindukan sifat kutubuku mu dan bergurau bersama Harry." Hermione tertawa. Tidak mengerti kenapa Ron bisa seperti ini.

Bruk!

"Aww!" Ron melihat apa yang baru saja menimpuknya, sebuah buku yang sekiranya memiliki 800 halaman. Ia mendongak, menemukan sosok dengan rambut pirang klimisnya sedang menyeringai. "Ups, maaf aku sengaja Weasley."

"Malfoy?!" Ron dan Hermione menatap Draco kesal. Kenapa dimana-mana selalu ada Malfoy, pikir Ron. Ya, Draco sedari tadi memandang kedua insan itu bergenggam tangan dan berpelukan. Ia yang awalnya membaca buku teralihkan karena sesuatu di dalam dirinya memanas. Dia melihat buku tebal di sebelahnya dan membenarkan posisi buku itu agar jatuh tepat di kepala Ron.

Tepat saat Draco akan turun, Harry datang dan menghampiri kedua temannya. Ginny yang melihat Harry, mendatanginya diikuti oleh Si Kembar Weasley dan Percy. "Lihat siapa yang datang? Potty dan Weasleys."

Mereka semua menatap Draco garang. Ginny maju ke depan, menatap Draco. "Jangan ganggu Harry."

"Wow! kau mendapatkan pacar baru Potter?" Draco tersenyum sinis. Namun senyumannya hilang ketika ia tidak sengaja bertatap mata dengan Hermione. "Jika Harry memang mendapat pacar, bukankah itu bagus? Lalu bagaimana denganmu yang katanya pangeran Slytherin?"

Hermione membalas sarkas, tidak menyadari bahwa yang ia ajak bicara sedang gelagapan.

'Bagaimana cara mendapatkan pacar, jika kau saja galak padaku. Eh, apa? tidak! Aku masih terlalu muda.'

"Kau mau tahu Granger?" Draco menatap Hermione intens. Hermione mengangkat dagunya angkuh. "Tidak."

"Maka jangan bertanya." Draco hendak pergi, namun sebuah tongkat menyentuh pundaknya. "Kau mau kemana Draco?"

"Father?" Semua menatap Draco. Father? Jadi lelaki berambut pirang panjang ini adalah ayah Draco? Mereka terkejut, ini kali pertama mereka bertemu dengan ayah Draco.

Lucius, menoleh menatap Harry. "Kau Harry Potter, bukan?" Ia tersenyum seram. Lalu ia menoleh lagi ke sebelah Harry, dimana sesosok gadis dengan wajah angkuh sedang menatapnya sinis. "Dan kau pasti, Miss Granger?"

Lucius menatap Draco, memastikan. Lalu kembali menatap Hermione dan tersenyum sinis. "Draco memberitahuku semua tentang mu."

Draco yang awalnya hanya menatap sinis, membelalakan matanya. Wajahnya berubah merah semerah tomat. Jangan sampai ayahnya membocorkan semua rahasianya. Tentang pikirannya bahwa Hermione adalah muggle yang baik.

"Dia memberitahu tentang mu dan orang tua Muggle mu." Draco membuang napas lega. Tapi, setelahnya ia mendapat tatapan sinis dari Hermione. Lucius kembali mengedarkan pandangannya kepada keluarga Weasley. "Biar ku lihat, rambut merah, wajah kusam, dan buku bekas. Kalian pasti Keluarga Weasley."

Accio YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang