2nd Year : His Bipolar

708 94 12
                                    

Beberapa hari berlalu, Hermione dan Draco semakin hari semakin dekat. Secara diam-diam. Harry dan Ron tidak tahu jika Hermione sudah lebih dulu memulai misi mereka, yang jelas mereka sedang menyiapkan rencananya. Dan diskusi mereka sangat lancar, karena akhir-akhir ini Hermione bergumbul dengan Ginny. Itu sangat memudahkan mereka.

Sore ini, Hermione sedang tidak ada kelas. Dia memutuskan untuk membaca buku yang ia pinjam kemarin, di tempat yang sepi. Beberapa waktu lalu, Hermione menemukan ruangan kosong, yang menurutnya bisa dia pakai untuk waktu senggangnya. Dia berjalan, seiring dekat dengan ruangan, keadaan sekitarnya akan semakin sepi. Hal itu bisa membuatnya sedikit lebih tenang. Tetapi, ketenangannya tidak berlangsung lama.

Yang awalnya hanya ada suara tapakan sepatunya, berubah menjadi sepatunya dan orang lain. Seseorang mengekorinya. Hermione berbalik, melihat siapa merusak waktu tenangnya. Ia malah menemukan seorang pemuda sedang tersenyum. Senyum yang dimana hanya pemuda itu yang bisa melakukannya. Sangat Khas.

"Kau mengikuti ku?" Hermione berdecak kesal. Tangannya sudah ia taruh di depan dadanya.

"Apa tidak boleh?"

"Dengar Malfoy, aku paham kita sudah berteman. Tapi, kau tidak berhak seenaknya merusak quality-time ku."

Draco terkekeh. Ia melanjutkan langkahnya, mendekat pada Hermione. Memegang kedua pundak, dan membalik badan Hermione. Draco mendorong Hermione, memaksa untuk terus berjalan.

"Hanya saat quality-time mu aku bisa berkunjung." Draco tertawa. Hermione menggeleng malas, bingung kemana perginya Draco yang dulu suka mengejeknya. Semuanya tiba-tiba terasa aneh walau sebenarnya tidak.

"Kau ingin membawa ku kemana?" Draco melepas pegangannya pada pundak Hermione. Ia berdiri di samping pintu tua. "Ke sini."

Draco membuka pintu itu, mempersilahkan Hermione untuk masuk terlebih dahulu. "Bagaimana kau bisa tahu ruangan yang ingin ku tuju?" Draco mengangkat satu alisnya, bingung.

"Ini tujuanmu? Ini tempat rahasiaku."

Hermione memukul dahinya pelan, dia tidak jadi menemukan ruangan untuknya. "Lupakan."

Hermione masuk, tidak ada apa-apa di ruangan itu sebenarnya. Hanya ada tiga bangku usang. Dia duduk, dibawah. Yakin bila bangku-bangku itu tidak akan kuat menopangnya, melihat kondisinya yang sudah keropos. Draco menyusul, duduk di sebelah Hermione.

"Granger, apa yang ingin kau lakukan di quality-time mu?"

"Membaca, apalagi?" Hermione membuka bukunya, tidak peduli ada Draco di sampingnya. Draco menatap sisi samping wajah Hermione, dengan lekat. Senyum terukir di wajahnya seiring pikiran di dalam kepalanya semakin menjadi-jadi.

"Aku berani bersumpah, kau mengerikan hanya dengan menatapku seperti itu." Hermione menutup bukunya, baru 6 halaman yang ia baca. Dia menoleh, menatap balik Draco.

"Apanya yang mengerikan? Bukankah aku terlihat mempesona?" Draco terkekeh begitu melihat wajah jijik Hermione. "Baiklah-baiklah, aku berhenti."

Hermione membuka lagi bukunya, melanjutkan kegiatan membacanya. Kali ini, Draco tidak menatapnya lagi. Draco hanya menatap langit-langit ruangan itu. Beberapa menit berlalu, Draco mulai bosan. Dia benar-benar tidak melakukan apa apa dari tadi.

"Granger?"

"Hm?" Hermione tidak menoleh ke arah Draco. Maniknya tetap fokus pada apa yang ia baca. "Tutup bukumu, aku bosan."

Hermione tetap tidak menutup bukunya. Tetapi dia menoleh, dan menggeserkan badannya menghadap Draco. Mereka berhadapan. Draco tersenyum, sedangkan Hermione memasang wajah juteknya. "Baiklah jika kau tidak mau, lanjutkan saja." Senyumannya pudar.

Accio YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang