Summer : Become Amata To Sir Luckless

508 74 9
                                    

Jam di dinding menunjukkan pukul satu lebih tiga puluh menit siang. Sudah setengah jam dari waktu janjianya dengan teman gadisnya, tapi sehelai rambut semak milik gadis itu pun tidak terlihat sampai sekarang. Lelaki bersurai pirang platina itu, mulai frustasi. Pikiran-pikiran yang tidak ingin dia pikirkan, perlahan berterbangan di kepalanya.

"Apa dia tidak datang? Dia benar-benar akan membuatku disini sampai dia datang meskipun dia tidak akan datang?" Monolognya.

Dirinya selama dua jam ini, mendiami sebuah cafe sederhana. Dia sudah menghabiskan sekitar tiga gelas minuman di mejanya. Jika nanti dia disuruh makan, dia sudah tidak bisa.

"Lagi pula siapa yang akan memberi ku makan? Aku saja sudah terlantar." Lagi-lagi bergumam kepada dirinya sendiri.

Lelaki yang tak lain dan tak bukan adalah Draco, menyembunyikan kepalanya di lipatan tangannya di atas meja. Mulai memikirkan untuk memasuki dunia mimpi.

"Ya benar, dunia mimpiku memang lebih indah. Lebih baik seperti itu." Matanya mulai terpejam, tak sanggup menahan beban hidupnya yang penuh drama.

Seseorang datang, melangkahkan kaki mendekati tempat Draco duduk. Dia terdiam sejenak sebelum akhirnya memutuskan untuk menoel kepala lelaki itu.

Draco mengangkat kepalanya malas, untuk apa juga dia menanggapi orang asing. "Dilarang tertidur di cafe, tuan. Kami bukan tempat penginapan gelandangan."

Matanya terbuka lebar kala tahu dirinya baru saja di panggil gelandangan oleh orang asing itu. Belum tahu siapa gelandangan yang di panggilnya. Dia ini Draco Malfoy, lelaki kaya yang menjadi gelandangan hanya karena seorang Hermione.

"Gelandangan? Kau tidak tahu bahwa aku ini--Granger!" Senyumannya perlahan melebar.

"Sudah ku bilang mimpiku jauh lebih baik." Hermione yang berdiri di hadapannya menaikkan sebelah alis. Dia melipat tangannya di depan dada.

"Kau serius tertidur?"

"Habisnya, kau dengan teganya tidak datang. Aku lelah menunggumu dua jam tanpa melakukan apa-apa, lebih baik aku tidur. Dan keputusanku terbukti tepat, karena sekarang kau ada di sini. Dimimpiku." Ucap Draco dalam satu tarikan napas.

"Kau terdengar seperti perempuan yang tergila-gila dengan Seorang Gilderoy Lockhart. Keputusan mu itu salah. Kau tidak bertemu siapa pun dimimpimu. Untuk apa aku repot repot datang ke mimpimu, huh?"

"Jadi kau mengatakan, ini nyata? Kau benar-benar datang?" Tatapannya serius, meski terpancar sedikit kebingungan di sana. Hermione mengangguk dengan malas, lelaki ini bodoh atau bagaimana?

"A-ah, jika, uhm, apa ini artinya kau menerima ajakanku?" Hermione kembali mengiyakan pertanyaan Draco. "Aku tidak ingin ditinggal di rumah Ron seharian. Jadi aku terpaksa menemuimu. Paham?"

"Ditinggal?"

"Ya, mereka terus memaksa ku." Hermione menunjuk ke arah jendela transparan itu. Di sana, ada Harry, Ron, Ginny, dan Lavender.

"Mereka ikut?! Siapa yang mengusulkan? Tidak, tidak usah dijawab. Sudah pasti Weaselbee itu kan?!" Draco menatap sinis Ron yang tertawa dengan idiotnya. Tapi sedetik kemudian, rautnya melembut.

"Kalau begitu, aku harus membawamu kabur." Draco meraih tangan Hermione, menggandengnya keluar dari cafe.

Hermione hanya bisa diam, memerhatikan tangannya yang di genggam Draco. Hermione tidak sadar, semburat merah muncul di sekitar pipinya. Membuat wajah gadis itu memanas.

"Kenapa mereka berlarian?" Harry menunjuk Draco dan Hermione yang semakin menjauh. Ketiga pasang mata lainnya, ikut memerhatikan arah pandang Harry.

Accio YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang