5th Year : Day 1 II

508 65 8
                                    

"Hey, lihatlah. Apa-apaan ini? Aku sudah repot-repot mencari, nyatanya dia di sini sedang bermesraan. Kau terima ini Harry?"

"Wah, Hermione bisa seperti ini?" Harry dan Ron berhenti di depan pintu sebuah kompartemen. Mereka menatap dua orang yang tertidur, bersandar pada diri satu sama lain.

Ron menggeser pintu kompartemen, membuat lelaki bersurai pirang itu mengerang. "Ngh, Weasel? Pergilah, kau mengangguku!"

"Aku tidak berniat menganggumu, mengerti? Hermione, bangun! Kereta telah berhenti sepuluh menit yang lalu, kau tahu?" Draco memandang Ron yang mengguncangkan tubuh Hermione, jengah.

"Kau pikir Granger lelaki seperti mu? Bangunkan dia perlahan, kau ini paham masalah gadis atau tidak?" Draco mengoceh. Dia kemudian menepuk pelan bahu Hermione.

"Granger, kau telat masuk sekolah."

Hermione terbangun, dia membelalakkan matanya lalu beranjak pergi meninggalkan gerumbulan lelaki itu. Draco memasang wajah sombongnya, ia mendapat tatapan tak terima dari Ron.

"Astaga, bisakah kalian melihat keadaan? Kita juga telat, jika kalian tidak tahu." Harry berjalan lebih dulu, menyusul Hermione. Kedua lelaki lainnya terdiam, yang satu karena dia baru saja bangun dari tidurnya, satu lagi karena pada dasarnya otaknya sudah seperti itu.

"Aku telat!" Ucap mereka bersamaan. Ron dan Draco berlari, berdesakan, bersaing untuk jalan lebih dulu agar tidak menjadi yang terakhir datang.

Sepanjang jalan, mereka tidak berhenti, sampai-sampai tidak sadar Harry dan Hermione telah masuk Aula Besar, menyisakan keduanya yang bertengkar di depan pintu. Semua pasang mata beralih menatap Draco dan Ron. "Tidak bisa Weasel, darah murni harus lebih dulu!"

"Kau pikir aku bukan darah murni?!"

"Kau berteman dengan Potter, itu berarti kau darah pengkhianat!"

"Lalu kau? Kau sebut apa dirimu jika kau berkencan dengan Hermione, huh?!"

"Itu berbeda! Itu berarti aku darah—darah, darah entahlah! Yang jelas aku yang seharusnya masuk lebih dulu." keduanya saling menatap ganas.

"Ekhem,"

"APA?!" ucap Ron dan Draco menoleh pada seseorang yang berdeham di tengah-tengah tengkar mereka. "Mr. Malfoy, Mr. Weasley, Mr. Potter, Miss Granger. Detensi."

Mereka berdua kikuk ketika tahu siapa yang baru saja mereka bentak. Siapa lagi jika bukan, pria tua dengan rambut hitam pekat berminyaknya. "Baik, Profesor Snape."

Ron berjalan mendahului Draco, sementara Draco menatap Snape sinis, lalu melangkahkan kaki ke meja slytherin. Keduanya sudah seperti Paman dan keponakan yang tidak pernah akur.

Snape kembali ke tempatnya, di depan. Dumbledore kembali melanjutkan pidato pendeknya. "Saya lanjutkan kembali, di tahun kalian sekarang ini, akan ada guru baru yang mengajarkan pertahanan terhadap sihir hitam. Profesor Dolores Umbridge!"

Sosok wanita tua yang sedikit gemuk, pendek, dengan seragam serba merah muda, dan dandanannya yang tidak sesuai dengan umur, menggantikan posisi Dumbledore. Melihatnya saja sudah membuat para murid silau.

"Terimakasih, Profesor Dumbledore," dia menjeda, "Selamat pagi semuanya, saya menggantikan Profesor Snape, sebagai guru Pertahanan terhadap sihir hitam atas perintah kementerian sihir. Saya juga ditunjuk sebagai Inkuisitor Agung Hogwarts. Yang mana dengan jabatan itu, saya akan membenarkan apa yang harus dibenarkan, menyempurnakan apa yang harus disempurnakan. Seperti empat murid yang terlambat tadi. Aku yakin kita semua bisa berteman dengan baik." Umbridge menutup pidaro sambutannya.

Accio YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang