4th Year : Her Dream

582 78 7
                                    

Hermione bangun dari tidurnya, semalam dia bermimpi aneh. Dimana dirinya mendapatkan ciuman pertamanya pada malam pesta. Anehnya lagi, lelaki itu adalah Draco Malfoy. Lelaki yang sama sekali tidak dia anggap lebih dari orang menyebalkan.

Meskipun itu hanya sebuah mimpi, tapi kenapa itu terasa sangat nyata? Degupan jantungnya saat bangun tadi, seakan benar-benar merasakan nuansa aneh namun membuat candu itu. Sangat tabu buatnya, tapi jika menjadi kenyataan dia tidak akan bisa menghindarinya.

Ginny menyadari gelagat aneh dari sahabatnya. Dia menghampiri ranjang tempat Hermione duduk, dengan wajah yang penasaran. Adik dari Ron itu menepuk pundak Hermione. "Apa yang sedang kau pikirkan?"

"Tidak ada." Hermione menggeleng, tersenyum canggung. Dia tidak punya cukup keberanian sebagai gadis gryffindor untuk menceritakan apa yang ia mimpikan. "Tapi sikapmu mengatakan ada. Cerita saja Mione, aku mendengarkanmu."

Hermione memutuskan untuk memberitahu Ginny. Lagi pula, hanya dia, Ginny, dan tuhan yang akan tahu. Tidak membuka kemungkinan jika ini akan tersebar luas dengan sendirinya, kecuali jika Ginny ataupun tuhan adalah Lavender.

Gadis berambut jahe itu membulatkan mulutnya, cukup terkejut dengan kalimat per kalimat yang di ucapkan Hermione. Ginny tampak diam, seperti tidak tahu harus berkata apa.

"Kau hanya akan diam saja?"

"Aku harus berkata apa? Itu sangat aneh tapi juga sangat wajar."

Ginny bangkit dari duduknya, dia menarik tangan Hermione. Begitu dia berhasil memberdirikan tubuh malas Hermione, dia segera mendorong gadis itu untuk mandi dan bersiap.

Sekitar kurang lebih dua puluh menit, Hermione berhasil bersiap dengan seragam dan jubahnya yang sudah rapih. Mereka melangkah keluar dari asrama, berpaspasan dengan segumbulan gadis yang tertawa gemas ke arah Hermione. Ginny dan Hermione saling menatap, keduanya sama-sama bingung. "Kenapa mereka menatap mu seperti itu?" Bisik gadis berambut merah jahe.

"Kau saja tidak tahu, apalagi aku."

Segumbulan gadis berjumlah lima orang itu datang menghampirinya, berbondong-bondong. Gadis berambut keriting yang memimpin, menggenggam tangan Hermione erat. Senyuman dengan bibir bawah yang ia gigit sedikit, terpatri diwajahnya.

"Selamat Hermione, aku turut senang mendengarnya. Ku harap hubunganmu bisa mendamaikan kedua belah asrama." Mereka segera pergi dari sana, dengan wajah berbunga-bunga.

Hermione menatap Ginny, kebingungan. Dia sama sekali tidak mengerti dengan ucapan gadis bernama Romilda Vane tadi. Ginny menggedikkan bahunya, dia menggandeng tangan Hermione untuk sarapan.

Selama di perjalanan mereka menuju Aula Besar, sebagian besar para murid baik laki ataupun perempuan yang mereka temui, mengucapkan kurang lebih hal yang sama. Menyelamatinya, mendoakannya, walau tak ada pencapaian yang ia capai seingatnya. Dari berbagai asrama, kenal ataupun tidak kenal, berani baik tidak berani. Beberapa orang yang mungkin tidak berani memulai percakapan dengannya, mereka hanya berbisik satu sama lain.

Sampailah mereka di Aula Besar, dia melangkahkan satu kakinya memasuki ruangan. Seketika itu juga, seluruh murid yang ada di sana menatapnya.  Suasana canggung, aneh, yang siapapun tidak ingin alami, menyelimuti. Untung saja, keadaan masih terbilang sepi. Hermione hanya bisa menyangkal tatapan itu, dengan berjalan seperti biasa dengan tangannya yang semakin erat menggenggam tangan milik Ginny.

Mereka mengambil duduk di tempat yang biasa mereka tempati. Tepat dengan duduknya Hermione, Lavender beserta gumbulannya menghampiri. Mereka duduk mengelilingi Hermione, yang menatap bingung. Lagi-lagi, senyuman yang sama mereka sunggingkan.

Accio YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang