4th Year : Should He Ask Her?

606 81 7
                                    

Para murid Hogwarts sedang di kumpulkan oleh Profesor McGonagall di suatu aula. Wanita paruh baya itu, hendak mengumumkan tradisi dari turnamen triwizard yang akan mereka laksanakan minggu depan. Tradisi ini dilakukan sebelum tugas kedua di mulai.

"Sudah menjadi tradisi turnamen triwizard, untuk melaksanakan Yule Ball. Masing-masing dari kalian akan membawa pasangan, untuk berdansa di aula besar. Dansa akan dimulai oleh para  peserta turnamen, lalu di ikuti oleh yang lain. Pasangan kalian bebas, yang jelas  laki-laki dan perempuan. Yule ball akan dilaksanakan minggu depan, kalian punya waktu satu minggu untuk berlatih dansanya." Ucapnya panjang lebar. Berikutnya, Mcgonagall memerintahkan Ron untuk maju. Sebagai contoh dansa yang akan mereka lakukan.

Ron mendapat tawaan dari seluruh siswa. Yang paling menyebalkan adalah godaan Fred dan George, yang bersiul seiring Ron terpaksa memegang pinggul Profesor Mcgonagall. Terlihat segumbulan Slytherin tertawa paling keras, terutama lelaki berambut pirang. Dia begitu puas melihat Ron yang sepertinya tersiksa menahan ejekan.

Ketika selesai, para siswa dibubarkan. Mereka keluar dengan pemikiran yang sangat bermacam-macam. Memikirkan siapa yang akan mereka ajak, siapa yang akan mengajak mereka, siapa yang ingin dengan mereka. "Drake, ini kesempatanmu. Ajaklah Granger!"

Draco menoleh, mendengarkan pertanyaan Blaise. Dia mengelus dagunya, berpikir. "Haruskah?" Blaise mengangguk. Dia merangkul pundak Draco, seraya lanjut berjalan.

"Harus, Percaya padaku. Jika kau berhasil mengajaknya, itu benar-benar suatu kemajuan untuk hubunganmu." Draco mengangguk mantap. "Kau sendiri Blaise? Siapa yang ingin kau ajak?"

"Aku belum tahu. Mungkin Daphne?" Draco mengangguk, mengerti. Mereka berjalan terus hingga akhirnya sampai pada pintu masuk asrama mereka. Bertepatan dengan itu, seorang gadis keluar.

"Draco!" Sapanya. Lelaki itu hanya menatapnya, mencoba mengingat gadis tak asing yang menyapanya.

'Ah, adik Daphne.'

"Ya." Draco membalas seadanya, lalu hendak berjalan masuk. Tangan Astoria terulur, menarik pelan jubah Draco. Dengan tujuan agar lelaki itu tidak jadi masuk. "Bisa aku bicara padamu?"

"Maaf, aku harus mengurus sesuatu." Dia hendak kembali masuk lagi, tapi pegangan Astoria tetap tidak dia lepas. "Hanya sebentar saja." Ucapnya memohon, dengan wajah yang memelas.

"Lebih baik aku masuk dulu." Blaise masuk, meninggalkan Draco berdua dengan Astoria. Raut wajah Draco seketika berubah datar, dirinya sangat malas meladeni gadis itu. Dia hanya diam, menunggu apa yang akan Astoria bicarakan. Dirinya harus menghemat suara emasnya, untuk mengajak Hermione nanti.

"Kau—pergi dengan siapa ke yule ball?" Draco menaikkan alisnya. Tidak menduga pertanyaan itu keluar dari mulut Astoria. Dia menggedikkan bahunya. "Aku sudah punya seseorang yang ingin ku ajak. Tapi entah dia akan menerimanya atau tidak. Mungkin kau bisa jadi pilihan kedua ku. Itupun jika kau tidak keberatan." Ucapnya.

Bukannya dia membuka pintu pertemanan dengan Astoria, dia sengaja berkata seperti itu karena perempuan mana yang ingin menjadi pilihan kedua. Draco menyunggingkan senyuman miringnya. "Aku sama sekali tidak keberatan!"

Mata Draco membulat, tidak menyangka dengan jawaban Gadis itu. Dirinya melupakan fakta bahwa, dia masih menjadi lelaki kedua yang di taksir para wanita. "Ba-baiklah." Dia segera masuk, dengan pikiran yang tak karuan. Bagaimana jika Hermione menolaknya? Terpaksa dia harus pergi bersama Astoria yang tidak dia kenal itu.

"Tidak. Aku harus yakin Granger akan menerima ajakanku. Mungkin lebih cepat lebih baik." Dia kembali keluar dari asrama dan berlari hendak mencari keberadaan Hermione.

Accio YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang