5th Year : Their Closeness

488 80 12
                                    

Pagi cerah menyapa. Draco bangun dari tidurnya lebih awal dari biasanya. Dia mengerjapkan matanya beberapa kali, tak lupa menggosoknya juga agar pandangannya dapat melihat lebih jelas. 

Lelaki bersurai pirang platina itu bangkit untuk segera menyiapkan diri, ia akan segera memulai hari dengan moodnya yang jauh dari kata buruk. Jubah asramanya ia pasang dengan segala macam atribut lainnya, parfum ia semprotkan pada bagian-bagian tubuh tertentu.

Merasa sudah siap dengan penampilan tubuhnya, Draco beralih menata rambutnya. Poni cukup panjang miliknya, ia sibakkan dengan rasio sisi kiri poninya lebih banyak.

'Sudah kuduga. Tampan, seperti biasanya,' pikirnya ketika melihat pantulan dirinya di cermin genggam pemberian ayahnya. Tipikal seorang Malfoy.

Draco melangkahkan kaki menuju ranjang Crabbe dan Goyle yang bersebelahan. Dia membangunkan kedua gembul itu secara bergantian, meski pada akhirnya percuma saja. Mereka punya jadwal bangun tidur sendiri yang tidak bisa di ganggu gugat.

Buku-buku pelajaran di lemarinya, Draco pindahkan ke delam tas slempangnya. Hanya yang dibutuhkan untuk hari ini saja, tidak semua. Setelah dirasa semuanya sudah siap terkendali, lelaki itu akhrinya meninggalkan ruangan.

Memasuki common room, beberapa murid sudah terlihat di sana. Dari sekian murid, hanya ada satu yang ia kenali, "Hey, anak kecil!"

Gadis itu menoleh, lalu melambaikan tanggannya pada Draco, "Draco?"

"Tidak biasanya, kau sudah bersiap pagi sekali?" tanya Draco dengan nada meremehkan.

"Kaunya saja yang tidak pernah bangun sepagi ini, Katakan aku benar!" Astoria melipat tangannya di depan dada, dengan mulutnya yang sudah merengut.

"Eh?" Draco menjeda kalimatnya, "memangnya kau selalu bersiap pukul segini?"

Bukannya mendapat alasan, Draco justru mendapatkan pukulan bertubi-tubi dari Astoria. Lelaki itu hanya bisa mengaduh kesakitan serta mengelus miris lengannya yang menjadi korban.

"Jangan bicara, jika kau tidak tahu faktanya!" Kalimat itu berputar di otak Draco. Seperti dia pernah mengalami hal yang sama, "ah! kau jadi seperti Granger," 

Draco mengingat kembali liburan natal pertamanya, ketika Hermione menyemburkan kalimat sarkasnya yang tak jauh berbeda dengan Astoria saat Draco dengan percaya dirinya menyebut muggle rumah. Kenangan yang lucu, baginya.

"Berbicara tentang gadis idamanmu itu," Astoria berdeham sebelum dengan yakin ingin membahas 'saingannya', "bagaimana progres kedekatanmu dengannya?"

Draco mengulurkan tangannya untuk sekedar mengelus dagunya, maniknya berputar kesana kemari seperti sedang berpikir. 

Dia kemudian mendesis, "Cukup baik, kurasa."

"Hanya saja aku tidak terlalu yakin dengan perasaannya, kau tahu yang ku maksud." Astoria mengangguk.

"Lalu bagaimana usahamu?"

"Kau meragukan seorang Draco Malfoy, hm? jika iya, keraguan mu itu salah besar!" Gadis di hadapannya menaikkan sebelah alisnnya bingung.

"Karena lelaki tertampan di depanmu ini, tidak akan pernah kehabisan ide untuk memperjuangkan hati semak berjalanku itu!" Astoria memutar bola matanya malas, namun tak mengelak ada rasa iri di hatinya.

"Baguslah kalau begitu, aku tidak perlu membantumu kan?"

"Sudah banyak orang yang membantuku, jadi sepertinya tidak perlu." Astoria mengangguk.

"Tori?" gadis lain yang baru keluar dari ruangan, memanggilnya. 

Astoria mengangguk, "Aku pergi dulu, Drake." Lalu, gadis itu berjalan keluar asrama bersama teman gadis lainnya.

Accio YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang