2nd Year : The Accidental Confession

765 104 18
                                    

Para siswa dan siswi Hogwarts sedang menyelesaikan makan malam mereka. Beberapa saat lalu, Dumbledore mengumumkan adanya guru baru pada pelajaran pertahanan terhadap ilmu hitam.

Hermione sedari tadi tertawa bersama Ginny, ia senang karena akhirnya memiliki teman gadis yang cocok dengannya. Sungguh, ia benar-benar tidak cocok dengan Lavender dan kawan kawannya.

Harry dan Ron menatap Hermione bingung, mereka belum pernah melihat Hermione tertawa dengan gadis lain. Biasanya hanya dengan mereka berdua atau tidak dengan Fred dan George.

"Sebenarnya apa yang kalian tertawakan?" Ron membuka suara. Hermione dan Ginny berbagi tatap sebelum menatap Ron kembali. Lalu mereka tertawa.

"Ada apa? Apa yang lucu?" Ron bertanya bingung tapi juga kesal. Hermione berhenti tertawa dan menjelaskan tentang apa yang Ginny ceritakan pada dirinya. "Ginny memberitahuku tentang insiden boneka beruang mu."

"Astaga! Kenapa kau melakukannya? Dasar adik durhaka." Ron melipat tangannya di depan dada dengan bibir yang dimanyunkan. Harry yang tidak tahu apa-apa menatap mereka bingung, meminta penjelasan lebih.

"Fred dan George merubah boneka beruang Ron menjadi laba-laba. Dan sampai sekarang Ron takut dengan laba-laba." Hermione dan Ginny kembali tertawa. Apa yang lucu? Harry malah bergidik ngeri.

Di meja Slytherin, Draco memandang Hermione dari kejauhan. Dirinya begitu iri dengan Harry dan Ron. "Apa yang kau lakukan Drake?" Goyle bertanya begitu menyelesaikan makanannya. "Aku sedang menunggu."

Goyle menatap Crabbe bingung, Crabbe pun juga tidak tahu. "Apa yang sedang kau tunggu?" Draco tetap tidak mengalihkan pandangannya pada Goyle. Dia diam, tidak menjawab pertanyaan Goyle. Goyle menggedikkan bahunya lalu minum.

"Itu! Itu dia!" Ucap Draco secara dadakan, membuat Goyle tersedak. Crabbe melihat arah pandang Draco, disana terlihat Hermione sedang tersenyum dan tertawa lepas. "Apa yang kau maksud Granger? Kenapa kau menunggu Granger?"

"Aku menunggu senyumnya bodoh." Lalu Draco ikut menyunggingkan senyuman. Hanya dengan cara ini ia bisa merasa sedang tersenyum dengan Hermione, meski senyum Hermione tidak pernah untuk dirinya. Maaf, bukannya tidak pernah, ia saja yang tidak mengetahuinya. Benar bukan?

"Baiklah Drake, kau harus menceritakan semuanya pada kami."

"Untuk apa menceritakan Granger pada kalian? Tidak akan berguna." Draco mengalihkan pandangannya dari Hermione. Matanya menangkap, sepasang mata sedang memandangnya tidak jauh dari duduknya.

'Kenapa Pansy menatapku seperti itu?'

Draco tidak ambil pusing, ia menatap Crabbe dan Goyle. "Tetap saja aku dan Goyle harus tahu Drake. Kau tidak ingat kita apa? Kita sahabat." Ucap Crabbe mendramatisir.

"Baiklah, besok sehabis pelajaran mantra. Di common room seperti biasa." Draco bangkit dari duduknya, ia hendak pergi ke toilet.

Draco berjalan, dengan pikiran-pikiran yang memenuhi kepalanya. Mungkin ini sudah saatnya kedua sahabat nya tahu. Mungkin saja hal itu dapat meringankan penderitaannya. Dia masuk ke dalam toilet, dan keluar ketika urusannya sudah selesai.

Awalnya ia hendak kembali ke aula besar, tapi sepertinya ia akan jalan jalan sebentar. Draco berjalan, dan menemukan tempat sepi yang sekiranya cocok untuk tempat dirinya merenung. Tidak tahu kenapa akhir-akhir ini dia suka merenung. Draco mendudukkan diri di pinggiran. Maniknya hanya fokus ke depan, dan terlihat bersinar karena terangnya rembulan dan bintang.

Accio YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang