Hari ini berbeda dengan minggu yang lalu, hari ini seorang pemuda tinggi dan tampan tampak membawa mobil-nya ke sekolah. Mungkin alasan menghemat-nya entah hilang di telan apa, yang penting sekarang Jeizen benar-benar membawa mobil ke sekolah setelah fakum selama satu minggu. Pemuda itu memasuki parkiran dan memakir-kan mobil-nya di antara mobil-mobil yang lain. Nandito yang memang jam berangkat-nya selalu berpapasan dengan Jeizen menatap Jeizen yang baru saja keluar dari mobil dengan tatapan yang sulit untuk di jabar-kan.
Melihat eksistensi Nandito yang tidak jauh dari-nya lengkap dengan tatapan yang entah apa itu. Jeizen melangkah menghampiri pemuda setelah kalem itu, setidak-nya Nandito lebih waras ketimang Hendery apalagi Jason.
"Tumben, kali ini apa yang merasuki-mu" Sekalipun lebih waras dari Jason dan Hendery, namun pada fakta-nya Nandito itu sering berucap sesuatu yang menjengkel-kan, tanpa sepengetahuan-nya, dan itu sering kali membuat Jeizen elus dada sendiri.
"Aku kesurupan apa bukan urusan-mu" Ucap Jeizen sambil menatap Nandito di depan-nya dengan tampang datar, namun Nandito hanya mengendik-kan bahu tidak peduli.
"Bisa saja jiwa-mu meninggal-kan tubuh-mu, lalu jiwa lain memasuki-nya karena kau tahu mulut-mu itu sudah seperti belati, tajam" Jeizen melengos tidak memperduli-kan ucapan Nandito barusan. Tentang jiwa yang meninggal-kan tubuh itu hanya omong kosong belaka, namun tentang mulut Jeizen tidak perlu memusingkan-nya karena itu sebuah fakta. Jadi dari pada perseteruan tidak akan pernah selesai, Jeizen memilih pergi dari sana.
Nandito menyusul Jeizen yang sudah ada beberapa langkah dari-nya, lalu pemuda tersebut mulai berjalan beriringan bersama Jeizen yang setia dengan wajah datar-nya. Hingga sesuatu membuat-nya mengharus-kan diam di tempat untuk memantau.
•••
Lily berjalan dengan langkah ringan memasuki pekarangan sekolah, dia merasa sedikit aman karena Juri tengah di skors. Yang berarti dia bisa sedikit lega selama dua minggu ini tapi Lily sedikit merasa sedih karena Sorania yang juga ikut di skors. Dia jadi merasa bersalah karena diri-nya Sorania jadi ikut-ikut terseret.
Diri-nya terus berjalan menyusuri koridor sekolah melewati kelas-kelas yang berjejer rapi di sepanjang koridor. Lily cukup peka dengan tatapan-tatapan yang menghujami-nya se akan-akan ingin membolongi kepala-nya, dia tidak kaget selain kejadian yang melibat-kan diri-nya sebagai korban terjadi kemarin, Lily juga tidak bisa lari dari kenyataan jika memang setengah orang yang bersekolah di sini jelas-jelas menggunjing-nya. Lily tidak masalah karena memang dia sudah kebal dengan hidup seperti itu. Lily terus berjalan hingga langkah-nya tiba-tiba terhenti ketika melihat dua pasang sepatu yang menghalau jalan-nya.
Dengan kaku Lily mendongak, dan raut wajah takut terpampang nyata di sana. Dia sampai lupa sekalipun Juri di skors, Sela dan juga Reina masih ada untuk menghabisi-nya, saking senang-nya Lily sampai melupakan kedua sahabat atau lebih cocok di katakan antek-antek Juri yang selalu menempel tidak bernasib sama dengan Juri. Lily menunduk-kan kepala-nya lalu mencoba berjalan melewati kedua gadis yang lebih pendek dari-nya itu, sejauh ini tidak terjadi apa-apa namun ketiga selangkah melewati mereka kerak seragam milik-nya di tarik secara paksa hingga membuat-nya terhuyung ke belakang.
"Kesini dulu cantik, kita bermain-main sebentar lalu kau boleh lewat" Ujar Sela sambil menatap Lily dengan senyum miring. Sebenar-nya jika di lihat dari paras, orang-orang bisa saja tertipu dengan visual milik Sela melihat garis wajah gadis tersebut yang terkesan lembut, namun untuk Lily itu menyeram-kan.
"Aa..aku harus cepat-cepat Sela. Aa..aku ada piket di kelas" Jawab Lily terbata-bata, sekarang diri-nya merasa takut. Diri-nya tidak tulalit untuk sekedar tahu apa maksud dari bermain-main yang Sela maksud.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Lily [Hiatus]
Teen FictionTembok yang ku bangun sekokoh mungkin, runtuh hanya dalam sekejap mata. Bukan tentang kisah remaja bucin. Hanya tentang Lily, gadis manis yang berusaha mencari kebagiaan-nya sendiri. Dan tentang Jeizen yang mencoba masuk, meyakinkan jika kebahagiaan...