Pernah kalian merasakan yang nama-nya kecewa? Merasa di bohongi? Di campak-kan dalam waktu bersamaan?. Kemarin berkata manis, lalu hari ini bersikap acuh seperti tidak ada yang terjadi. Seperti itu yang Lily alami, gadis seperti diri-nya sudah sangat merasa senang ketika Jeizen dengan tatapan lembut-nya mengucap janji akan selalu berada di sisi-nya. Namun jangankan datang menghampiri, melirik-pun pemuda itu tidak pernah, padahal mereka sering kali berpapasan.
Jika aku melihat-mu, maka aku akan menghampiri-mu.
Nyata-nya kata-kata itu sama sekali tidak ada pembuktian-nya, kosong tidak berisi. Lily tidak mengharapkan kehadiran Jeizen untuk selalu berada di sisi-nya, tidak sama sekali. Dia hanya merasa tercubit, jika orang seperti Jeizen memang tidak ada beda-nya dengan orang-orang di luar sana. Menebar janji lalu berlalu tidak menganggap janji tersebut penting.
"Ha! Jika hanya di aduk-aduk, lebih baik kembalikan pada ibu kantin" Ketus Sorania, yang memang gadis itu sedang mengisi jam istirahat bersama Lily. Namun bagi Sorania, raga Lily bersama-nya namun pikiran-nya jauh melayang entah kemana.
"Ah, kau mau?" Ujar Lily sambil menyodorkan nasi goreng pada Sorania yang sekarang tengah menatap-nya datar.
Melihat tatapan Sorania membuat Lily gugup. Diri-nya lantas menggaruk hidung-nya, kebiasaan untuk menetralisir rasa gugup-nya. Merasa jika Sorania tidak berminat dengan makanan-nya, Lily segera menarik kembali makanan tersebut.
"Apa yang kau pikirkan?" Sorania menatap Lily yang tengah menatap lurus ke depan, Sorania yakin jika gadis itu mendengar pertanyaan yang barusan dia jabarkan.
"Tidak ada, sama sekali tidak ada" Tutur Lily masih setia menatap hampa ke depan. Bahkan diri-nya tidak berminat untuk menatap orang-orang bahkan Sorania sekalipun. Dia memang hebat dalam bidang Akademik tapi Lily tidak pandai mendrama, sorot mata-nya bisa menjelaskan apa yang dia rasakan, maka dari itu dia enggan untuk menatap Sorania yang sekarang tengah menatap-nya lekat. Lily tahu.
"Kau ingin aku menghajar pemuda Andraguna itu? Katakan! Aku bisa mengurus-nya" Ujar Sorania kelewat lempeng bahkan sekarang gadis itu sudah asik meminum milkshake kesukaan-nya.
Lily menatap wajah lempeng Sorania dengan pandangan yang sulit di artikan. Melihat itu Sorania mengendik-kan bahu tidak perduli. Ekspresi Lily sudah bisa menjelaskan jika Jeizen-lah penyebab diam-nya gadis manis ini.
"Hei, sama sekali tidak ada hubungan-nya--"
"Berhenti membual, jika memang Jeizen yang membuat-mu diam seharian ini karena melihat pemuda tersebut yang tampak acuh. Tck sangat mudah untuk di tebak. Kau menyukai pemuda arca batu seperti-nya?" Sontak mata Lily membola seperti hampir keluar mendengar ucapan Sorania barusan. Sungguh ucapan kelewat santai yang memiliki arti menjengkelkan milik Sorania berhasil membuat Lily menggelengkan kepala.
"Kau bercanda, bahkan aku belum lama mengenal-nya. Lagi pula aku sama sekali tidak mempunyai pikiran untuk menyukai-nya!"
"Menyukai siapa?"
"Jei--wahhhh, aduh"
Sorania merapatkan bibir-nya menahan tawa, melihat refleks terkejut Lily sungguh membuat perut-nya terkocok, apalagi ketika gadis itu berteriak. Sorania tidak lupa perkataan Lily sejam yang lalu jika sariawan kecil tengah bersarang di dalam mulut-nya. Berteriak seperti tadi justru membuat sariawan gadis itu terkikis.
"Maaf, kau tidak apa-apa?" Mendengar pertanyaan tersebut lantas seketika langsung bisa menghentikan rasa menggelitik di dalam perut Sorania. Gadis berambut pendek tersebut menatap pemuda berdimple yang sekarang tengah menatap Lily khawatir. Dia merasa tidak familiar dengan sosok pemuda di depan-nya. Lantas karena belum mendapat kejelasan yang pasti, Sorania menghujam pemuda tersebut dengan tatapan datar.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Lily [Hiatus]
Teen FictionTembok yang ku bangun sekokoh mungkin, runtuh hanya dalam sekejap mata. Bukan tentang kisah remaja bucin. Hanya tentang Lily, gadis manis yang berusaha mencari kebagiaan-nya sendiri. Dan tentang Jeizen yang mencoba masuk, meyakinkan jika kebahagiaan...