Suasana canggung memenuhi ruang kesehatan, mungkin hanya Lily yang merasakan kecanggungan karena Jeizen nampak biasa saja di samping-nya sambil memainkan ponsel-nya. Lily membuang muka ketika Jeizen membalas tatapan-nya, dada-nya bergetar hingga pipi-nya bersemu merah. Jeizen memang menatap biasa namun entah kenapa diri-nya malah teringat bagaimana pemuda tersebut melepaskan kemeja-nya dan memasangkan-nya pada tubuh kecil-nya, serta cara Jeizen menggendong-nya sungguh membuat Lily tersipu.
Sementara Jeizen tersenyum tipis di tempat-nya, dia tahu jika gadis bernama Lily ini tengah menahan malu melihat pipi-nya yang bersemu sekalipun gadis itu berusaha menyembunyikan-nya.
Menggemaskan.
"Kau--ehm, tidak ingin kembali ke kelas?" Tanya Lily tanpa menatap Jeizen. Diri-nya masih sedikit merasakan malu jika harus menatap Jeizen.
"Kau mengusir-ku?" Tuduh Jeizen dan berhasil membuat Lily menatap-nya. Wajah gadis itu tampak terkejut karena mendengar tuduhan Jeizen. Diri-nya tidak bermaksud untuk mengusir Jeizen.
"A--aku, bukan begitu--"
"Lupakan. Bagaimana cara-ku untuk masuk jika penampilan-ku seperti ini" Lily refleks menatap penampilan Jeizen dan benar, sekarang pemuda itu hanya memakai kaos oblong berwarna putih. Lily meringis, almamater pemuda itu bahkan masih ada pada-nya sekarang kemeja-nya pun turut serta.
"Kau bisa mengambil-nya dan masuk ke kelas" Jeizen memicing merasa aneh dengan ucapan Lily barusan. Mengambil kemeja-nya? Dan gadis itu hanya memakai tanktop? Jeizen terkekeh, gadis di depan-nya ini sebenar-nya baik atau terlalu pintar? Baru ingin membalas, pintu UKS yang baru saja terbuka membuat obsidian mereka beralih pada sosok rambut pendek yang tengah menyesuaikan nafas-nya di depan pintu.
Jeizen memutar bola mata-nya malas, entah kenapa dia merasa tidak suka jika ada orang yang datang di saat diri-nya sedang bersama dengan Lily. Namun Jeizen selalu membantah perasaan yang dia rasakan akhir-akhir ini hanyalah rasa penasaran semata dan tidak lebih maupun kurang dari itu.
Melihat Sorania yang sudah berdiri di sisi lain Lily membuat Jeizen menatap datar gadis berambut pendek itu, namun gadis itu memilih mengabaikan-nya dan mencoba melihat keadaan Lily yang tengah tersenyum manis di atas brankar UKS.
"Tck, jangan tersenyum. Bagian mana yang di sentuh gadis gila itu?" Sorania memeriksa bagian-bagian tubuh Lily, namun gadis manis itu malah terkekeh. Jeizen hanya menatap kedua gadis itu dalam diam, tidak ingin ikut campur namun tidak ingin pergi dari sana.
"Cukup--cukup Sora" Mendengar ucapan Lily, Sorania seketika berhenti dan menatap Lily yang tengah berusaha untuk bangun. Belum sempat diri-nya membantu namun Jeizen sudah turun tangan duluan. Sorania merasa sebal namun ketika Lily sukses bersandar di kepala ranjang, mata tajam-nya seketika membola. Dengan pelan gadis itu mengulurkan tangan-nya dan menyentuh surai hitam milik Lily yang sudah tidak beraturan. Jeizen bahkan ikut terkejut melihat itu, sedari tadi gadis itu bersama-nya namun dia tidak menyadari kejanggalan tersebut.
"Apa?--apa rambut-mu Lily, kenapa bisa?" Ucap Sorania terbata-bata dan masih setia memegang rambut Lily.
Lily sangat ingat kenapa rambut-nya bisa seperti itu, rambut-nya yang di potong tanpa aturan, tapi Lily bersyukur karena Sela tidak menyentuh poni-nya. Dengan pelan dan lembut Lily menarik tangan Sorania.
"Tidak apa-apa, ini masih bisa di perbaiki" Ucap Lily lembut, tangan-nya terulur mengusap rambut-nya. Sebenar-nya dia sedih melihat model rambut-nya sekarang. Memang masih bisa di perbaiki, tapi penampilan-nya akan terasa aneh karena pasti-nya untuk memperbaiki rambut-nya harus di potong pendek.
Jeizen terdiam menatap wajah Lily, gadis itu memang tersenyum namun Jeizen bisa melihat dari mata-nya gadis itu terlihat sedih. Dalam keadaan seperti ini masih bisa mendrama. Kenapa Lily tidak terlahir seperti Rena yang blak-blakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Lily [Hiatus]
Teen FictionTembok yang ku bangun sekokoh mungkin, runtuh hanya dalam sekejap mata. Bukan tentang kisah remaja bucin. Hanya tentang Lily, gadis manis yang berusaha mencari kebagiaan-nya sendiri. Dan tentang Jeizen yang mencoba masuk, meyakinkan jika kebahagiaan...