Dua puluh satu

38 5 5
                                    

Suasana di sekolah nampak ramai, mobil sport milik Sorania memasuki area parkiran. Memang bukan hal baru Sorania membawa mobil mewah ke dalam pekarangan sekolah, namun siapa yang keluar bersama Sorania adalah apa yang membuat semua warga sekolah terkejut bukan main.

Semua orang yang berada di sekitar parkiran menatap dua orang berbeda gender tersebut dengan tatapan penuh tanya. Sorania seorang gadis tidak berperasaan sedang berjalan bersama seorang pemuda kaku seperti arca batu.

Bahkan seorang gadis lugu seperti Lily turut serta menatap kedua orang tersebut dengan alis menukik. Tapi jika di lihat mereka nampak serasi, cantik dan juga tampan dan jangan lupa mereka juga berasal dari kalangan atas.

Hingga saat Sorania tiba di depannya, menatap Lily dengan mata yang melotot sempurna, Lily tetap berdiri di sana dengan senyum lembutnya. Namun entah kenapa Sorania merasa jika ini semua salah. Dia seperti ketahuan melakukan suatu kejahatan pada teman satu-satunya itu.

Berbeda halnya dengan Sorania, sosok pemuda tinggi di sebelah gadis itu justru menatap Lily dengan tatapan yang sulit di artikan. Mata tajamnya menghujam sosok Lily dengan intens, namun gadis itu sama sekali tidak menyadarinya.

"Selamat pagi Sora, Jei." Sapa Lily ramah pada kedua orang yang sekarang malah menatapnya aneh.

"Ehm, selamat pagi Lily." Jawab Sorania canggung, jujur saja dia merasa tidak enak sekarang. Menatap Lily yang justru tersenyum seperti itu tambah membuatnya waswas.

Sementara Lily, gadis itu malah tersenyum sumringah di depan dua orang yang sekarang tengah menatapnya. Dia tidak tahu, rasanya dia memang harus tersenyum untuk saat ini.

"Wah pemandangan seperti apa ini?" Ucap seseorang yang langsung membuat Lily, Sorania bahkan Jeizen menoleh.

Lily nampak ketakutan ketika melihat penampakan Juri yang sedang bersidekap dada tidak jauh dari mereka. Gadis itu berjalan mendekat, dan berhenti tepat di samping Jeizen. Dan Jeizen sama sekali tidak tertarik dengan kehadiran Juri di sana, bisa di lihat dari tatapan malas pemuda itu.

Berbeda dengan Jeizen yang nampak tidak terusik, Sorania justru merasa ingin membabi-buta gadis yang dengan percaya dirinya berdiri di antara mereka. Sorania tidak bodoh untuk tidak bisa mengetahui raut ketakutan yang terpancar dari wajah Lily.

Juri menghela nafas, lalu sedikit bergeser hendak menatap Sorania yang menatapnya tajam. "Aku datang dengan damai, jadi menatapku biasa saja Sora."

Sorania mendelik. "Kurasa kita tidak saling mengenal sehingga kau bisa memanggilku se akrab itu,"

Ucapan santai Sorania barusan justru membuat Juri hampir meneriaki gadis yang sialnya adalah keponakan dari Kepala Sekolah tersebut. Dia tidak ingin berakhir di ruang bimbingan konseling kembali, karena bisa dia pastikan gadis itu pasti akan menguras emosinya baik-baik hingga membuat dirinya masuk kedalam jerat gadis itu.

Tidak ingin mencari masalah dengan Sorania, Juri kembali pada posisi awalnya dan langsung berhadapan dengan Lily yang nampak takut-takut untuk menatapnya. Juri tersenyum miring, rupanya gadis lemah itu masih sama! Menatapnya dengan sirat ketakutan yang sangat kentara.

Baru ingin melangkah, kaki Juri tiba-tiba terhenti. "Maju selangkah, kau benar-benar akan kuhabisi!"

"Sora," Mendengar itu bukan hanya Sorania yang mengalihkan tatapannya. Melihat itu Lily langsung merasa kikuk.

"A-ayo kita k-kelas, kurasa b-bel sebentar l-lagi berbunyi." Ucap Lily terbata-bata. Rasanya untuk menatap wajah Juri saja Lily merasa takut.

Jeizen menghela nafas kasar, dan tanpa ba-bi-bu pemuda tersebut melangkah meninggalkan tiga orang gadis yang masih berdiri menjulang di tengah-tengah koridor.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Lily [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang