Lima belas

27 5 0
                                    

Lily mengerjap-ngerjap menatap sosok pemuda yang sedang berdiri di depan rumah-nya. Perasaan dia sama sekali tidak menghubungi orang ini, dan tidak akan pernah. Mungkin.

"Hai," Sapa-nya pada Lily yang sampai sekarang belum bisa mengontrol rasa terkejut-nya. Berlebihan memang, namun mau seperti apa lagi.

Lily menggelengkan-gelengkan kepala-nya, dan beralih menatap pemuda itu. "Ehm, hai. Kenapa tiba-tiba kemari? Dan dari mana kau tau rumah-ku?"

Nampak pemuda itu menggaruk tengkuk-nya, "Eh penting ya aku tau rumah-mu dari siapa,"

Lily berdehem lalu kembali menggelengkan kepala-nya. "Tidak sih, tapi ada apa kemari?"

"Hanya ingin datang bertamu, tidak boleh?" Jawab pemuda itu membuat Lily salah tingkah. Bertamu di rumah sempit seperti ini, jangan mengada-ngada.

"Boleh, tapi aku ingin pergi bekerja sekarang," Ujar Lily canggung, sebenar-nya dia tidak berniat menolak kemauan Taufan untuk bertamu tapi sekarang dia benar-benar ingin pergi bekerja.

Pemuda itu, Taufan mengangguk. "Kalau begitu biar aku antar,"

Mendengar tawaran Taufan lantas Lily langsung menggeleng cepat. "Tidak-- tidak, aku bisa sendiri."

"Kau takut? Aku tidak akan mencelakai-mu sungguh!" Lily masih bersikeras agar Taufan sadar jika dia tidak ingin merepotkan.

Lily menggelengkan kepala-nya, "Bukan-nya jual mahal tapi benar aku bisa sendiri,"

Melihat raut wajah Lily yang nampak bersungguh-sungguh membuat Taufan menghela nafas. Jika seperti ini bagaimana cara-nya dia bisa dekat dengan-nya. Baru ingin melangkah, Lily seperti membentangkan jarak agar dia tidak bisa mendekat.

"Baiklah aku paham, tapi kau bisa menjawab pertanyaan-ku tempo hari?" Tanya Taufan sambil menatap Lily serius, ada binar di sana dan itu sukses membungkam Lily.

"P--pertanyaan apa?" Lily nampak was-was, berpura-pura lupa agar pemuda ini tidak lebih jauh membahas-nya. Karena jujur saja dia merasa risih.

"Jangan memaksa-nya," Lily dan Taufan tersentak lalu mengalihkan tatapan mereka pada sosok gadis berkulit putih susu yang sekarang sedang berjalan ke arah mereka.

Sorania, gadis itu berhenti tepat di samping Lily dan tanpa ribet langsung menatap Taufan tidak suka.

Lily menyerngit, dari mana gadis ini datang. "Kenapa bisa di sini?"

Sorania mengendikan dan tidak mau repot-repot menjawab pertanyaan Lily. Selagi jalan-jalan ke rumah Lily itu gratis tidak ada alasan untuk melakukan-nya.

Gadis berambut pendek tersebut menatap jengah ke arah Taufan, yang demi apapun Sorania tidak menyukai lelaki ini. Apalagi ketika pemuda itu menatap-nya santai, namun Sorania yakin jauh di dalam sana tengah mengumpati-nya.

"Sedang apa kau di sini?" Sergah Sorania tanpa ada kesan lembut sedikit-pun. Sebutlah dia bukan cerminan wanita, tapi apa urus-nya.

"Entah alasan apa aku di sini, apa ada hubungan-nya dengan-mu." Lihat-lah sekarang bahkan pemuda itu bahkan mengatakan-nya santai lengkap dengan kurva yang dimana malah membuat Sorania ingin membuat-nya babak belur.

Sorania nampak tengah membentuk emosi-nya, bisa gawat jika dia tiba-tiba meledak dan menghabisi pemuda berdimple sok manis di depan-nya.

Berbeda dengan Lily yang makin kesini makin pusing. Dia ingin pergi bekerja dan kenapa harus seribet ini. Belum lagi jika dia terlambat pasti dia akan berakhir lembur lagi, tapi itu memang niat-nya kan. Entahlah.

"Hei-- hei, aku tidak ingin melihat kalian berkelahi di sini," Ucap Lily menggebu-gebu, dia sangat khawatir jika nantinya terjadi kekacauan. Apalagi modelan seperti Sorania, terlepas Lily tidak terlalu bagaimana karena Taufan adalah pria namun melawan Sorania juga bukanlah solusi.

My Lily [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang