Dua belas

40 6 0
                                    

Hendery menatap ketiga sahabat-nya bergantian, dari raut wajah-nya sekarang pemuda itu nampak sangat kebingungan. Mulai dari Nandito yang menghubungi-nya beberapa jam yang lalu tentang Jeizen yang sebentar lagi akan berbuat kekacauan di kantin. Dan setiba Hendery di sana, tidak ada kekacauan yang di maksud oleh Nandito, dan yang membuat diri-nya tambah tidak mengerti adalah kebungkaman tiga orang ini. Bagi-nya Jeizen memang sudah biasa namun lain hal-nya dengan dua cecunguk ini, apalagi Jason yang memang sangat klop dengan-nya, sekali bertemu pasti akan membuat kegaduhan.

Mata Hendery memicing, entah kenapa dia merasa ada udang di balik batu. Dengan langkah besar, pemuda berhidung bangir itu menutup akses jalan mereka. Dan tentu saja Jeizen menatap-nya datar serta Nandito dan Jason yang langsung memutar bola mata mereka malas.

"Minggir, otak-mu korslet lagi?" Ujaran santai dari Jason membuat Hendery langsung melayangkan tatapan nyalang-nya pada pemuda pendek itu. Sudah pendek, bicara besar pula.

Hendery sama sekali tidak bergeser dari tempat-nya, pemuda itu makin memperkeruh keadaan dengan menatap satu-persatu sahabat-nya dengan tatapan tajam, yang jatuh-nya malah menjengkelkan.

"Ayolah Hendery, jangan bertingkah gila di saat seperti ini" Kata Nandito disertai dengusan yang lumayan keras.

"Apa? Apa? Kalian sahabat macam apa?--" Ujar Hendery dramatis, mendengar itu Jeizen seketika tambah di buat kesal.

"Kalian sama sekali tidak ingin bercerita?" Ucap Hendery sambil menunjuk Jason, Nandito dan juga Jeizen yang tepat berada di depan-nya.

"Berani-nya ka--"

"Dasar bodoh! Kelas lebih tepat untuk tempat menjelaskan dari pada koridor ramai. Berpikirlah sebelum bertindak." Sarkas Jeizen, lalu setelah-nya pemuda itu berlalu dari sana. Mood-nya benar-benar tidak bagus sekarang. Padahal diri-nya sudah merasa baikan dengan keheningan sebelum-nya. Tapi karena si Hendery sialan, ketentraman-nya seketika terenggut. Dasar keparat.

Jeizen terus berjalan, hingga sosok yang sangat dia kenali tengah berbincang dengan seorang gadis tepat di ujung koridor, di depan kelas sebuah kelas yang sudah tidak terpakai. Entah apa yang mereka bicarakan, yang pasti-nya dia tidak tahu. Dan yang membuat Jeizen penasaran, siapa gadis itu? Gadis berperawakan pendek serta memakai pakaian serba hitam, sedikit mencurigakan.

"Apa yang kau lihat?" Jeizen menatap Nandito yang baru saja bertanya pada-nya. Sedetik kemudian Jeizen menatap kembali ujung koridor tersebut, namun nihil! Tidak ada siapa-siapa di sana. Dahi-nya membentuk sebuah perempatan kecil, tentang apa yang mereka bicarakan dan siapa gadis itu.

"Bukan apa-apa, Ayo!" Ucap Jeizen sambil mengajak Nandito untuk mengikuti langkah-nya menuju ke kelas. Untuk urusan ini biar dia cari kebenaran-nya sendiri.

••••

Helaan nafas kembali terdengar entah untuk keberapa kali-nya, Sorania menatap Lily yang sejak meninggalkan kantin terus diam, dan gadis itu akan berbicara ketika di tanya, setelah menjawab dia akan kembali diam.

"Ada apa Sora?" Tanya Lily, gadis manis itu bahkan menatap ke arah Sorania dengan tampang khawatir-nya.

Melihat hal itu, Sorania langsung meringis dan kemudian menggeleng. "Tidak apa-apa"

Lily mengangguk, lalu kembali diam. Entah-lah perasaan-nya sedang terombang-ambing sekarang. Tentang Taufan dan tentang Jeizen. Bahkan Lily sekarang bingung, bagaimana cara-nya untuk memulangkan almamater dan kemeja milik Jeizen, walaupun tadi Lily melihat sendiri jika pemuda itu sudah memiliki yang baru. Namun dia harus tetap memulankan-nya, karena bagi Lily tahu diri itu penting.

My Lily [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang