Delapan

51 9 2
                                    

Suasana kafe tempat Lily bekerja paruh waktu, bisa di katakan ramai bisa di katakan tidak. Bukti-nya Lily bisa sedikit santai melayani para pelanggan yang ada di sana, namun dia berharap hari ini banyak orang yang datang ke kafe ini. Bukan tanpa alasan, makin banyak pelanggan makin besar pula nominal uang yang dia dapat, uang saku-nya sudah ludes dari tiga hari yang lalu.

Bunyi lonceng pertanda pelanggan yang baru memasuki kafe membuat Lily langsung fokus kembali, dia menatap ke arah pelanggan yang nampak tak asing bagi-nya. Pemuda tinggi, putih dan berlesung pipi, sudah bisa menjelaskan siapa orang itu. Dengan pelan Lily mendekati pemuda tersebut, diri-nya bukan hanya semata bertemu atau menyapa pemuda tersebut namun tuntutan perkerjaan lebih tepat-nya.

Ketika sampai di depan pemuda tersebut, diri-nya mengulurkan buku daftar menu yang langsung di sambut oleh pemuda tersebut. Namun sampai di detik ini pemuda tersebut masih belum menyadari keberadaan-nya, Lily juga sebenarnya tidak mengharapkan jika orang di depan-nya ini mengingat-nya.

"Aku ingin Red velvet cake, dan Bubble tea, itu saja---Kau!!" Lily tersentak mendengar penggalan kata yang di ucapkan pemuda tersebut di akhir kalimat-nya. Lily mengerjap-ngerjap lucu, rasa-nya cukup terkejut.

"M--maaf aku mengagetkan-mu, lagipula mengapa kau tidak menyapa-ku Lily?" Tanya pemuda tersebut di sertai senyuman hangat-nya di mana dimpel-nya timbul di kedua sisi pipi-nya, membuat tampilan-nya sungguh terlihat menakjub-kan.

"Aku--hanya berusaha untuk profesional dalam bekerja. Lagipula kita tidak sedekat itu untuk saling menyapa" Ucap Lily lempeng, namun jauh di dalam sana gadis itu merutuki mulut-nya yang bisa berkata seperti itu. Diri-nya terlihat seperti gadis sombong sekarang.

Sementara Taufan, pemuda itu sebenarnya terkejut dengan ucapan Lily barusan. Menurutnya gadis di depan-nya ini adalah gadis unik dengan segala pesona-nya. Senyum manis terpatri di bibir Taufan, kurva indah tersebut seolah-olah mengatakan dia sama sekali tidak tersindir dengan ucapan Lily barusan.

"Kalau begitu, ayo menjadi dekat" Ucapan kelewat santai dari Taufan membuat Lily terkejut. Untuk apa, dan kenapa Taufan ingin menjadi dekat dengan upik abu seperti diri-nya.

"Maaf, kurasa aku harus segera menyiapkan pesanan-mu. Permisi" Tidak ada jawaban pasti yang Lily berikan pada pemuda itu, perkataan-nya serasa menggantung. Tapi Taufan lagi-lagi hanya memberikan senyuman-nya ketika melihat Lily yang sudah beranjak dari meja-nya. Gadis itu tidak akan pernah membuat-nya berhenti penasaran.

••••

Sedari tadi Rena selalu menggerutu, entah itu dari rumah, dalam mobil hingga diri-nya tiba di kafe yang beberapa minggu ini ingin Rena kunjungi namun karena diri-nya selalu sibuk, semua opini-nya berakhir mengambang di telan kesibukan. Tapi hari ini diri-nya bisa menuntaskan keinginan-nya tersebut namun kehadiran Jeizen di samping-nya membuat Rena terus menggerutu dan protes terus.

"Kenapa kau harus mengikutiku?! Apa kau tak punya kerjaan sama sekali, sih?!" Kesal Rena namun bukan Jeizen nama-nya jika tidak meladeni ucapan kakak-nya yang terlewat cerewet ini.

"Kau bodoh atau tulalit? Kita serumah jika kau lupa, dan kau bisa lihat sendiri yang ku lakukan hanya menonton TV" Rena mendengus, Jeizen sangat menyebalkan. Melihat wajah-nya saja sudah membuat Rena ingin mencabik-cabik mulut kurang ajar pemuda, yang sial-nya adalah adik-nya itu.

Rena menghentak-hentak kan kaki-nya membuat sepatu gadis itu yang bertabrakan dengan lantai membuat bunyi-nya menggema. Jeizen yang melihat itu mengendik-kan bahu-nya tidak perduli, Rena bahkan sudah memasuki tahun terakhir kuliah namun sifat-nya masih seperti remaja SMA. Dasar!

Gadis berambut hitam legam tersebut membuka pintu masuk kafe tersebut membuat lonceng yang di letak-kan di atas-nya berbunyi menandakan jika mereka sudah sah menjadi pelanggan dari kafe tersebut. Rena dan Jeizen menduduk-kan diri mereka di meja bernomor dua belas, setelah-nya meja waiters langsung datang dan memberikan daftar menu pada mereka.

My Lily [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang