Mata tajam milik Jeizen menelesik, menatap orang yang ada di depannya lurus. Menghembuskan nafas kasar setelahnya.
"Kenapa kau ada di sini?" Ucap Jeizen sebal.
Sementara orang yang dia tanya, menatapnya datar. "Memangnya kenapa? Ini juga rumahku jejen jika kau lupa,"
Jeizen mendengus. "Berhenti memanggilku seperti itu. Dasar idiot!"
"Jejen, jejen ututu. Adik kecilku," Ucapnya sambil menguyel-nguyel pipi Jeizen gemas.
"JEI! ERZA! KEMARI CEPAT,"
Baru ingin membuka mulut, bersedia untuk menghujani pemuda bernama Erza yang tak lain adalah kakak kandungnya dengan ucapan-ucapan nerakanya, namun Bundanya sudah memanggil duluan.
Jeizen mendengus bahkan kakak laki-lakinya itu sudah mendahuluinya di sertai wajah menyebalkan. Sepertinya dia harus tahan, karena jika Erza sudah bertemu Rena-- di mana-mana pasti dia yang akan menjadi korban. Beruntungnya kakak perempuannya itu tengah melakukan kegiatan untuk memperbaiki nilai kuliahnya yang bolong.
Mata Jeizen membola ketika melihat penampakan Erza yang tengah bermanja-manja pada Bundanya. Dia tidak habis pikir, abangnya itu bahkan sudah memasuki kepala tiga namun masih berperilaku layaknya anak kecil. Bahkan Erza masih tidak menampakan perilaku memiliki calon istri di luar sana.
Menghela nafas dan Jeizen memilih untuk duduk di kursi ruang keluarga, sambil menatap kedua sejoli yang masih asik temu kangen mungkin. Jeizen memilih diam dan berpura-pura tidak tahu. Lagipula terlihat Bunda dan juga abangnya seperti tidak menganggap kehadirannya.
Sementara menenggu Bunda dan juga Erza selesai melepas rindu, pikiran Jeizen mulai berkelana. Namun entah mengapa akhir-akhir ini dirinya lebih sering memikirkan Lily. Dirinya sampai bingung sendiri, masih banyak yang bisa dia proses di dalam otaknya namun gadis itu seperti berkuasa di dalam sana.
Berbicara pasal gadis itu, seharian ini dia belum melibat wujudnya. Jeizen tebak, pasti gadis itu tidak datang sekolah. Dan sekarang masih asik melayani pelanggan di kafe kecil tempatnya bekerja. Tanpa sadar Jeizen tersenyum mengingat-ngigat bagaimana semangatnya gadis itu dalam mencari rupiah.
Namun mimiknya kembali berubah, ketika memory tentang pertemuan Taufan dengan seorang gadis misterius beberapa hari lalu terlintas. Namun jauh di dalam sana, dirinya tidak merasa asing dengan gadis itu. Tapi jika benar ada hubungan apa mereka?
"Hati-hati bun, biasana Jejen kesirupan lagi."
"Kesirupan apa kesurupan Za?" Tanya Bunda, namun tatapannya masih setia pada Jeizen yang terlihat aneh. Karena ekspresinya yang senantiasa berubah-ubah.
"Kesirupan bun, lebih mancap!" Bunda memutar bola matanya malas mendengar ucapan putra sulungnya yang terlalu mengada-ngada.
"Kalian ngapain?" Interupsi Jeizen, dirinya bingung melihat kakak dan bundanya yang tengah menatapnya aneh.
"Kamu yang kenapa Jei? Bunda lihat kamu serem banget," Bunda berkata sambil memeluk tubuhnya dan memasang tampang ngeri.
"Emangnya aku kenapa?" Tanya Jeizen bingung lengkap dengan ekspresi bertanya-tanya yang sangat kentara.
"Kau seperti orang idiot, tau-tau tersenyum, tau-tau merenggut." Jeizen menatap Erza datar, lihatlah wajah menyebalkan Erza ketika mengatainya.
Memilih untuk tidak terlalu pusing, Jeizen bungkam. Menyahuti manusia sejenis homo sapiens tidak akan membuahkan hasil. Erza tidak akan mengerti bahasa orang normal, kira-kira seperti itu.
Erza dan juga bunda mengikuti jejak si bungsu untuk duduk di atas sofa ruang keluarga. Hening menyelimuti, entah apa yang mereka pikirkan yang sekarang malah membuat Jeizen hampir mati kebosanan.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Lily [Hiatus]
Teen FictionTembok yang ku bangun sekokoh mungkin, runtuh hanya dalam sekejap mata. Bukan tentang kisah remaja bucin. Hanya tentang Lily, gadis manis yang berusaha mencari kebagiaan-nya sendiri. Dan tentang Jeizen yang mencoba masuk, meyakinkan jika kebahagiaan...