"Jadi, apa yang kamu mau dari Olive?" tanya ayah Olive langsung pada intinya. Membuat Yuuki sedikit terkejut.
"M-maksud om apa ya?" Yuuki nampak sangat berhati hati dalam memilih kata yang akan diucapkan. Ia sama sekali tak mau salah bicara dan membuat ayah Olive tersinggung.
"Tujuan kamu temenan sama anak saya itu apa?. Uang?, status sosial?, ketenaran?" tanya ayah Olive sekali lagi.
"Oh, saya ga ngambil keuntungan apa apa dari Olive. Saya gak suka mengambil jalan pintas, kalau saya dapet sesuatu bukan dari usaha sendiri rasanya saya akan kurang menghargainya. Jadi niat saya murni mau berteman sama Olive, bukan manfaatin dia" jelas Yuuki. Ayah Olive memandang Yuuki lekat lekat, melucuti kejujuran lewat matanya.
"Tapi kamu kan juga tahu, kalau Olive ini gak sama kaya temen temen kamu yang lain. Dia beda, dia—"
"Saya gak punya temen om"
Ayah Olive dibuat terkejut dengan jawaban Yuuki. Sekilas bayangan Olive terlintas dibenaknya. Ia sadar, kalau anak yang sedang duduk di depannya ini sama dengan Olive. Mereka sama sama kesepian.
"Saya ngelakuin kesalahan waktu saya kecil yang bikin orang orang gamau berteman sama saya. Saya pikir itu hukuman, karma buat orang jahat seperti saya. Tapi kemudian Olive datang entah dari mana dan nawarin dirinya buat berteman, yang membuat saya percaya kalau Tuhan memang gak pernah membenci saya" ucap Yuuki penuh ketulusan. Ia utarakan apa yang ada di hatinya, berharap pesan yang coba ia sampaikan mendarat tepat di hati ayah Olive.
Ayah Olive masih memandangi Yuuki dengan serius, lalu tak sengaja ia melihat Olive sedang mengintip dari dapur. Olive yang sadar tertangkap penglihatan ayahnya cepat cepat menyembunyikan dirinya, ayah Olive yang melihat kelakuan anaknya tersenyum tipis. Tingkah laku Olive yang seperti anak kecil membawa pikirannya ke masa lalu, dimana Olive menghabiskan sebagian besar waktu senggangnya di cafe ini karena ia tak punya teman untuk diajak bermain. Sebagai gantinya, ayahnya yang setia menemani. Tapi tentu saja perbedaan akan terasa, Olive dan ayahnya sama sama menyadari hal itu. Jadi memang Olive membutuhkan sosok teman, untuk membagikan perasaannya.
"Siapa nama kamu?" tanya ayah Olive setelah tersadar dari wisata masa lalunya.
"Yuuki, Yuukiyo Priananta" ucap Yuuki tegas.
"Kaya cewek ya nama kamu"
"Olive juga bilang gitu"
"Saya Wira Lesmana, Ayah Olive sekaligus pemilik cafe Hitori" Wira mengulurkan tangannya, yang dengan sopan dijabat oleh Yuuki.
"Temenan sama seorang Olivia Lesmana gak akan gampang, jadi kamu harus kuat" senyum ramah yang sempat Yuuki lihat saat pertama kali masuk cafe terlihat lagi.
"Om ngizinin saya temenan sama Olive?" tanya Yuuki sedikit tidak percaya.
"Iya. Kenapa? kamu mau narik kata kata kamu?"
"Eng-enggak, bukan gitu om" Yuuki membantah dengan cepat. Wira yang melihat reaksi Yuuki tertawa puas.
"Maksud saya, saya punya masa lalu yang bisa dibilang cukup kelam. Om gak penasaran? om gak takut kalo mungkin masa lalu saya bisa ngerusak karier Olive?" Yuuki sedikit ragu mengatakan hal itu. Tapi lebih baik ia mengatakannya sekarang dari pada hal itu benar benar terjadi.
"Saya gak nilai orang dari masa lalu nya. Fakta kalau kamu sudah sadar sama kesalahan kamu udah cukup buat om. Soal karier Olive itu urusannya dia, lagian yang ngajak temenan duluan kan dia, jadi harusnya dia udah tahu soal itu. Kalau pun karier dia rusak dan udah gak laku lagi jadi artis, dia tetep jadi anak om. Dan itu sama sekali bukan salah kamu. Tapi kalau disaat saat seperti itu kamu ga ada buat Olive, habis kamu" kata Wira diakhiri dengan senyuman khasnya. Rasa kagum tak bisa disembunyikan oleh Yuuki, ia menyukai gaya bicara dan kharisma yang dipancarkan Wira selama ia berbicara. Benar benar menginspirasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alathia : The Truth Untold
Подростковая литература"Gue suka sama lo." "Apa itu sebagai teman?" "Enggak, gue serius jatuh cinta sama lo." "Lo orang paling berani yang pernah gue temui, walaupun banyak orang yang salah paham soal masa lalu lo. Lo gak pernah ragu buat nolong mereka. Lo orang yang pali...