"Bener-bener cuma ada Yuuki di hati lo? Nggak ada tempat buat gue?"
"Kalo gue yang suka sama lo?"
Waktu terasa seperti berhenti saat manik mata mereka saling bertemu. Meski Ara sendiri yang memulainya, nyatanya dia sendiri yang paling gugup disini. Semakin lama ia semakin terperangkap di dalam tatap mata Yuuki, sangat menenangkan, tapi juga mendebarkan disaat yang bersamaan.
Mobil yang mereka kendarai tiba-tiba berhenti mendadak, melempar Yuuki dan Ara ke depan. Yuuki memegang kepalanya yang terbentur kursi di depannya, menimbulkan rasa pusing yang sangat hebat. Beberapa kali ia gelengkan kepalanya untuk menetralkan rasa sakitnya. Ara pun tak jauh beda dengannya, ia masih berusaha menahan rasa sakit yang dirasakannya.
"Maaf mas, mba. Mobil di depan berhenti mendadak." Ucap sang supir penuh rasa bersalah.
Yuuki melihat kedepan, mendapati sebuah mobil angkot yang sedang menurunkan penumpang. "Yaudah pak, gapapa. Lebih hati-hati ya, pak."
"Siap, mas."
Mobil kembali melaju, dan Ara terlihat lebih tenang setelah kejadian tadi. Pandangannya selalu ia arahkan ke jalanan. Ia tak mengatakan sepatah kata pun sampai mereka tiba ditempat tujuan. Yuuki sebenarnya sedikit terganggu dengan sikap Ara, tapi ia berpikir mungkin Ara masih sedikit terkejut dengan hal yang mereka alami tadi, jadi Yuuki memutuskan untuk memberi waktu kepada Ara.
Setelah membayar biaya perjalanan, Yuuki dan Ara masuk ke dalam mall dan mulai mencari properti yang mereka butuhkan. Bahkan saat berjalan menyusuri tempat perbelanjaan, Ara hanya mengekor Yuuki, menjawab pertanyaan Yuuki seadanya, dan lebih pendiam dari biasanya.
Yuuki mengajak Ara pulang setelah yakin sudah mendapatkan semua benda yang mereka perlu. Mereka berdiri di depan pintu masuk mall sambil menunggu mobil yang menjemput mereka datang. Yuuki sedikit melirik Ara yang ada di sampingnya, tak melakukan apa-apa, hanya berdiri sambil memandang kakinya.
Tak lama menunggu, mobil yang menjemput mereka akhirnya datang. Mereka masuk dan langsung pulang. Lagi-lagi, Ara tak mengatakan apa-apa, ia langsung duduk dan menerawang jalanan lewat kaca begitu ia masuk ke dalam mobil. Yuuki menghela nafas, mencoba membuang pikiran aneh di kepalanya.
Ban mobil berputar lambat, sebelum akhirnya berhenti sempurna di depan pekarangan rumah Yuuki. Yuuki membayar ongkos, lalu menenteng barang-barangnya dan berjalan memasuki rumahnya. Tangannya bergerak meraih gagang pintu, belum sempat membukanya, sesuatu menabrak punggungnya. Ia menoleh, menemukan kepala Ara yang menempel di punggunnya.
"L-lo, ngapain?"
Ara tak menjawab, membuat Yuuki semakin kebingungan. Dengan hati-hati Yuuki memutar badannya, menahan Ara dengan kedua tangannya. Ara masih menundukkan kepalanya, tubuhnya lemas. Sebelah tangan Yuuki bergerak untuk mengangkat dagu Ara, memaksa Ara untuk menunjukkan wajahnya, dan betapa terkejutnya Yuuki melihat darah segar mengalir dari hidung Ara.
Dengan cepat Yuuki membuka pintu, mendorongnya asal hingga terbuka sempurna, lalu membantu Ara untuk berjalan masuk sambil terus mendongakkan kepalanya, mencegah darah keluar lebih banyak dari ini.
Olive yang melihat Ara masuk dengan darah di wajahnya pun terlihat panik, yang juga mengundang Galaxy untuk ikut merasa khawatir bersamanya.
"Gal, ambilin tissue di dalem kamar." Galaxy yang baru hendak keluar dari kamar Yuuki pun cepat-cepat menghentikan langkahnya dan mengubah haluan menuju kamar lagi.
"Olive, ambilin air." Perintah Yuuki sambil mendudukkan Ara di ruang tamu.
Yuuki dengan cepat meraih beberapa lembar tissue dari tangan Galaxy saat Galaxy sampai, lalu menggunakannya untuk menutup hidung Ara. Tak lama, Olive datang membawa segelas air dari dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alathia : The Truth Untold
Teen Fiction"Gue suka sama lo." "Apa itu sebagai teman?" "Enggak, gue serius jatuh cinta sama lo." "Lo orang paling berani yang pernah gue temui, walaupun banyak orang yang salah paham soal masa lalu lo. Lo gak pernah ragu buat nolong mereka. Lo orang yang pali...