"Sayangnya, gue perlu ngelakuin ini. Apalagi Olive ada di regu gue."
Yuuki terdiam, otaknya mencoba mencerna perkataan Martin, sampai ia tak sadar kalau tangan Martin sudah merebut kembali lengan Olive dari genggamannya.
"Ayo, yang lain udah nunggu." Martin tersenyum penuh kemenangan sambil menarik Olive menjauh dari Yuuki. Tapi tak berlangsung lama, karena Olive dengan cepat menarik tangannya, menolak untuk dibawa Martin.
"Lepasin! Gue bisa jalan sendiri." Ucap Olive ketus. Ia kemudian kembali menghadap Yuuki dan berjalan mendekatinya.
"Nanti pas istirahat gue tunggu di lapangan utama." Olive tersenyum, mencoba meyakinkan Yuuki. Lalu ia berbalik, pergi menuju tempat regunya berkumpul. Martin memandang Yuuki sekilas, melempar senyuman liciknya sebelum akhirnya berpaling dan menyusul Olive.
Dari belakangnya, Yuuki bisa mendengar seseorang sedang berlari ke arahnya. "Kenapa? Ada masalah?" Tanya Galaxy dengan nafas yang masih terengah-engah.
Yuuki berbalik, menepuk pundak Galaxy. "Nggak ada. Yuk, balik lagi." Yuuki melangkah pergi, membiarkan Galaxy diserang dengan pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam otaknya. Karena tak ingin ditinggalkan sendiri, Galaxy dengan cepat mengejar Yuuki.
Setelah berhasil mengejar Yuuki, Galaxy berniat untuk menanyakan situasi yang baru saja ia hadapi. Tapi ia mengurungkan niatnya setelah melihat mata Yuuki yang kosong. Meski ekspresinya masih sama seperti biasanya, tapi ia bisa merasakan ada sesuatu yang aneh, berbeda. Sehingga Galaxy mau tak mau harus bisa berkompromi dengan rasa penasarannya dan membiarkan Yuuki menikmati waktunya.
Belum sampai di pohon tempat mereka berteduh sebelumnya, langkah mereka terhenti setelah mendengar dua orang perempuan memanggil mereka.
"Woy, kalian!" Teriak salah satu perempuan itu dengan lantang. Perempuan yang telihat tomboy dengan pakaian yang bernuansa hitam dan kaos dengan lengan yang dilipat serta jaket yang diikat di pinggangnya, berbeda dari wanita pada umumnya, membuat ia terlihat sedikit mencolok.
Yuuki memandang datar perempuan yang sedang berjalan ke arahnya itu. Meski hanya sekilas, ia sempat memperhatikan perempuan itu saat berbaris di sampingnya pada saat upacara pembukaan tadi, jadi ia yakin kalau perempuan itu adalah regu nya.
"Sorry, kita tadi nggak sempet nyapa lo sama temen lo pas upacara pembukaan tadi. Gue pikir kalian yang cowok punya nyali buat ngajak ngobrol duluan, ternyata payah." Ucap perempuan itu blak-blakan, membuat Galaxy menganga tak percaya kalau perempuan seperti itu benar benar ada di dunia. Sedangkan Yuuki, ia masih terlihat tenang seperti biasanya. Bukannya ia tak terkejut, tapi ia sudah melewati banyak hal aneh sehingga membuat ia seperti sudah terbiasa dengan situasi seperti ini.
"Gue Jessica, dan ini Shanaya." Ucap Jessica sambil menunjuk perempuan yang bersembunyi di belakang punggungnya.
"Ha-halo." Sapa Shanaya malu-malu.
"Nggak usah malu-malu. Mereka cuma cowok pengecut kok." Jessica menarik Shanaya hingga berada di sampingnya, membuat Shanaya secara spontan menundukkan kepalanya karena dikeluarkan secara paksa dari tempat persembunyiannya.
"Gue Yuuki, dan dia Galaxy." Yuuki mewakilkan Galaxy yang kini tengah dibuat terkesan dengan mulut Jessica yang sangat pedas. Ia berpikir kalau Jessica beruntung karena ia perempuan, kalau ia laki-laki pasti wajahnya sudah bonyok dari tadi.
"Gue dah sering denger nama lo, sih. Dan sampe sekarang gue masih percaya kalo nama lo itu norak banget. Kaya cewek." Lagi-lagi ucapan Jessica berhasil membuat Galaxy tercengang, mulutnya seperti tak diberi kesempatan untuk tertutup rapat kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alathia : The Truth Untold
Teen Fiction"Gue suka sama lo." "Apa itu sebagai teman?" "Enggak, gue serius jatuh cinta sama lo." "Lo orang paling berani yang pernah gue temui, walaupun banyak orang yang salah paham soal masa lalu lo. Lo gak pernah ragu buat nolong mereka. Lo orang yang pali...