flashback.
Yuuki PoV
Pagi ini hawa dingin terasa menyengat akibat hujan lebat yang turun semalam, membuat siapapun enggan beranjak dari tidurnya. Jika saja hari ini bukan hari pertamaku masuk sekolah, aku pasti lebih memilih untuk menarik selimut dan tidur sampai siang sama seperti kebanyakan orang. Tapi ini adalah hari pertamaku, aku tak ingin mengacaukannya.
Setelah mandi dan memakai seragam, aku menyantap sarapan dengan tenang. Suasana aneh yang baru kurasakan, karena biasanya ada Kakak ku yang sibuk mengutak-atik laptopnya di ruang tamu. Sepertinya aku sudah merindukan kehadirannya, padahal baru dua hari sejak aku ditinggal ke Jepang.
Setelah menghabiskan sarapanku, aku memakai jaket bomberku lalu menarik resletingnya sampai ke leher. Mencegah udara dingin masuk ke dalam tubuhku. Aku mengunci rumah setelah yakin semua keperluan MPLS sudah kubawa, lalu mulai berjalan menyusuri jalan setapak keluar dari halaman rumahku. Kupasang earphone lalu memutar lagu kesukaanku, menemani perjalananku menuju sekolah yang membosankan.
Aku berlari kecil saat merasakan air hujan yang mulai turun membasahi badan--sudah di sekolah. Pada hal ini hari pertama masuk sekolah, tapi cuacanya sangat tidak mendukung. Aku berjalan menuju mading sekolah untuk mencari tahu dimana kelasku. Kugerakkan tanganku untuk menyusuri setiap nama yang tertulis di kertas yang dihalangi dinding kaca. Belum sempat menemukan namaku, seorang perempuan datang dengan keadaan setengah basah. Tangannya menenteng plastik hitam yang berisikan bunga. Aku bisa mengetahuinya karena sebagian tubuh bunga berada di luar, tak tertutup plastik.
Aku memperhatikan penampilannya lewat sudut mataku, rambut hitam pekat yang lepek karena hujan, mata yang sedikit sipit khas orang Asia, baju seragam yang menerawang karena basah, memperlihatkan sesuatu yang seharusnya tak dilihat orang. Aku bisa merasakan degup jantung dan napasku yang terengah engah,tapi entah mengapa aku tak bisa memutuskan kontak mataku dari pemandangan itu. Tak ingin bertindak terlalu jauh, dengan cepat aku mengalihkan pandangan, kembali mencari namaku yang belum kutemukan. Berharap ia tak menyadari kalau aku melihatnya.
"Kelas lo dimana?." Ucapnya sambil tersenyum ramah. Tubuhku mengeras saat mendengar suaranya walaupun tak ada intonasi yang mengancam. Aku terlalu takut disangka orang mesum.
"G-gue belom nemu sih." Jawabku sedikit gugup.
"Nama lo siapa? mau gue bantu cari ga?."
"Yuukiyo Priananta." Aku berpura pura menyibukkan diriku dengan menggerakkan tanganku menyusuri kaca.
Setelah tahu namaku, ia langsung mencarinya di papan pengumuman. Sedangkan aku, aku sudah tidak fokus semenjak melihat sesuatu tadi. Seperti magnet, mataku tertarik untuk melihatnya sekali lagi.
"Yuu... ki." Gumamnya sambil menyeret telunjuknya di permukaan kaca. "Oh ini!, ketemu!." Seru wanita itu. Aku mengikuti arah jarinya dan benar saja, namaku tertulis di sana. Pandanganku kini beralih ke atas kertas yang tercantum namaku tadi, mencari tahu di kelas mana aku akan tinggal.
"Yah, kita gak sekelas." Semangatnya beberapa waktu yang lalu sudah hilang. Kini wajahnya terlihat lesu.
"Emang lo kelas berapa?." Tanyaku penasaran.
"IPA 2." Memang berbeda denganku. Aku IPA 1.
Wanita itu menghembuskan nafas berat. "Yaudah, ke kelas bareng yuk!." Ajaknya sambil tersenyum, matanya berbinar binar seperti seekor anjing yang baru bertemu majikannya setelah lama berpisah.
"Mmm, Sebentar." Aku meletakkan tasku, lalu melepas jaket yang melekat ditubuhku dan memakaikannya ke wanita itu. "Dah, yuk." Aku berjalan mendahuluinya untuk menyembunyikan rasa malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alathia : The Truth Untold
Roman pour Adolescents"Gue suka sama lo." "Apa itu sebagai teman?" "Enggak, gue serius jatuh cinta sama lo." "Lo orang paling berani yang pernah gue temui, walaupun banyak orang yang salah paham soal masa lalu lo. Lo gak pernah ragu buat nolong mereka. Lo orang yang pali...