Gak ada pergerakan apa-apa dari Haechan. Diam kaku dengan mata yang sembam. Sakit banget rasanya, sakit. Haechan menahan napas, bibirnya bergetar.
Haechan udah berulang-kali dapat tamparan dari papa. Jadi Haechan akan berusaha bersikap biasa aja, tapi yang bikin Haechan sakit kenapa papa gak percaya sama apa yang Haechan omongin.
Haechan gak bisa berkata-kata. Hatinya udah terlanjur sakit.
Haechan masih diam pandanganya sekarang kosong.
Papa khawatir sama Haechan yang gak bergerak sama sekali, papa langsung meluk Haechan erat. Tubuh Haechan yang dingin semakin dingin.
Pakaiannya yang basah membuat Haechan diserang hipotermia.
"Pa-pa gak sa-sayang Haechan—Haechan mau per-pergi aja!"
Papa terus meluk Haechan erat. Papa gak mau Haechan malah melukai dirinya sendiri.
Mobil ambulance udah berhenti di depan lobi rumah sakit.
Haechan dikeluarkan dengan branka. Tubuhnya sudah terbungkus selimut tebal.
Tubuh Haechan menggigil kedinginan. Haechan gak bisa napas. Dokter Wendy udah memasangkan oksigen ke hidung Haechan tapi bener-bener gak bisa napas.
"Da-dad.."
Haechan memegang dadanya kuat. Papa sampai panik melihat Haechan yang memukul-mukul dadanya.
"Haechan don't hit, nanti tambah sakit!"
Dokter Wendy mengisyaratkan papa supaya gak ikut masuk ke ruang medis. Haechan akan langsung ditangani.
Papa meraup wajahnya frustasi.
"Haechan baik-baik aja kan?" Renjun yang baru datang aja langsung celingak-celinguk mencari keberadaan Haechan.
Papa mengangguk lemas. Papi Renjun menghampiri dengan napas tersenggal-senggal. Lalu Doy dan Jeff juga ikutan datang dan gak kalah tersenggal-senggalnya.
"Everything will be okay," papi Renjun berkata tulus.
|
Yang Haechan tau kalau Haechan main air dia bakal bisa pilek. Mama bakal marah besar terus papa bakal hukum Haechan gak boleh makan es krim lagi.
Tapi ini penting banget, Haechan ditantang sama kak Jeff harus nyelem ke kolam renang dan ambil bebek kecil di tengah-tengah kolam renang.
"Ayok ambil!"
Haechan cemberut liat kakaknya yang berulah lagi. Doy cuma ketawa-ketiwi di pinggir kolam.
Badan Haechan yang mungil terekspost gak pake atasan.
"Haechan gak bisa renang!" Haechan masih kukuh gak mau.
"Yaudah ini gak jadi buat kamu." Jeff mengeluarkan bandul kunci beruan kecil dan memainkannya di depan wajah Haechan.
Haechan cemberut mau ambil gantungan kunci itu tapi Jeff malah tertawa.
"Oke Haechan bakal ambil bebeknya."
"Bagus." Kata Jeff juga meremehkan.
Tanpa aba-aba Haechan memakai kaca mata renangnya dan nyebur ke kolam renang dengan cepat.
Haechan masih kecil, dia gak tau-tau banget soal berenang. Tapi Haechan dengan gaya nekat kecepak-kecepuk sampai ke tengah-tengah kolam dan ambil bebek mainan dengan cepat.
Haechan juga sampe gak sadar kalau dia semakin ke dasar kolam bukannya naik ke pinggir kolam.
Haechan gak bisa napas, dia panik. Kakinya yang kecil udah nampak di dasar kolam. Rasanya jauh banget mau keluar dari kolam.
"Haechan!"
Bentar, itu suara mama dia butuh bantuan mama supaya bisa naik ke pinggir kolam. Tapi Haechan malah makin panik.
Tubuh Haechan lemas. Perutnya udah penuh sama air kolam. Dia mau nangis aja gak bisa.
Kaki Haechan yang kecil rasanya sakit banget gak bisa digerakin. Pandanganya dipenuhi sama air yang warnanya biru.
Haechan gak bisa napas. Tapi dia menangkap banyak gelembung yang masuk ke kolam dengan jumlah banyak. Setelah itu Haechan merasa tubuhnya terangkat menembus air.
Uhuk.. uhuk...
Haechan nangis dan langsung memeluk papa erat.
Mama yang melihat Haechan udah selamat langsung menghela napas tenang.
"Dingin.." mata Haechan terus menangis.
"Anak mama gak papa, sini kita ganti baju dulu sayang."
|
"Haechan denger dokter?"
"Ssss.. dingin, dingin.."
"Ah, Haechan kedinginan ya? Oke, dokter pakain selimut ya, tapi buka matanya dulu dong sayang!"
Wendy memakaikan selimut tebal sampai batas dada Haechan. Setelah itu mengelus-elus pipi Haechan yang dingin.
Perlahan-lahan Haechan membuka matanya pelan. Pandangan Haechan bener-bener burem. Dia bingung sekarang ada di mana. Bukannya tadi abis kelelep karna bebek mainan ya?
"Bebek?"
"HAH?" dokter Wendy keceplosan sampek teriak kenceng buat papa sama dua anaknya yang lain kaget.
"Kenapa?" Papa langsung menghampiri mereka.
Haechan tambah bingung.
Jeff sama Doy tersenyum liat Haechan yang udah sadar. Papa mengelus surai rambut Haechan lembut.
"Kak Jeff?" Haechan meraba di sekitarnya mencari sesuatu.
"Ah—"
"Kenapa Haechan?"
Haechan panik gak tau kenapa. Dia hampir aja nyopot infusnya kalau aja papa sama dokter Wendy gak langsung nahan.
"Haechan cari apa sayang?"
Haechan masih terus celingak-celinguk cari sesuatu.
"Oke, Haechan. Haechan liat dokter! Haechan cari bebek kan?"
Haechan langsung berhenti dan menatap dokter Wendy.
"Haechan tenang dulu sini, ambil napas coba sayang!"
Haechan menggeleng, "Mama gak mau bebeknya ilang nanti kakak marah."
Haechan gelisah sambil meremat selimutnya erat. Doy sama Jeff awalnya bingung tapi mereka akhirnya tau bebek apa yang Haechan bicarakan.
Papa memeluk Haechan erat. Dia sayang banget sama Haechan.
"Kenapa harus bebek yang Haechan cari hm? Haechan tau waktu itu Haechan tenggelam karna ambil bebeknya."
|
Gak tau lagii gemes bangett sama Haechan
KAMU SEDANG MEMBACA
fake feeling ; haechan ✓
Fanfiction[don't forget to follow brillantemine] ─ haechan and his universe have been lost. ⚠️ post about : mentalillness, depression, blood, traumatic, self injury. END © brillantemine 2020 #1 in mentalillnes #1 in 00l