it's true

13.1K 1.8K 47
                                    

Renjun sebenarnya udah getar-getir banget. Mana dia jadi kebelet pipis. Ngompol di celana boleh gak sih?

Pokonya dia butuh toilet. Kenapa suasananya gak tepat begini.

"Pi boleh gak ijin ke kamar mandi bentarrr.. aja?" Renjun bisik-bisik ke papinya.

Papi menggeleng, berarti gak boleh.

Ayolah, ini Renjun udah diujung tanduk. Anunya udah siap-siap mau nyembur kalau gak dibiarin keluar dengan aman.

"Gue gak tau anak gue di mana." Papa Haechan nampak frustasi dan bingung cari Haechan ke mana lagi.

Iya Haechan ilang brow! Makanya mereka lagi susah.

Papa sempat marah karena penjagaan gak ketat. Gimana bisa bocah tengil itu keluar rumah dengan gampang padahal banyak bodyguard yang berjejer menjaga rumah.

Yang buat papa makin khawatir adalah Haechan perginya gak bilang-bilang. Namanya juga kabur mana ada bilang-bilang.

Ini udah malem dan Haechan belum ditemukan. Papa jelas khawatir dia sampai lapor ke polisi untuk mencari keberadaan Haechan.

Sempat geger karena anak legislative hilang. Padahal belum ada satu hari. Ya gimana, papa nyari ke temen-temen Haechan pada gak tau.

Renjun pertama kali orang yang diintrogasi sama papa. Renjun baru asik gambar terus dia geleng ribut karena memang Haechan lagi gak sama dia.

Papi Renjun yang memang serekan kerja juga ikut membantu temannya yang lagi kesusahan. Apalagi anaknya temen akrab Haechan.

Rumah Haechan sekarang banyak polisi.

"Kami akan melacak lewat cctv dan beberapa orang lain yang kebetulan berpas-pasan dengan Haechan."

Papa gak bisa berbuat apapun kecuali mengiyakan. Anaknya yang lain juga lagi cari Haechan ke tempat-tempat yang sering Haechan datangi.

Dan tiba-tiba istri barunya datang dengan wajah sembam.

"Haechan gak papa kan?"

Renjun yang denger rasanya mau mites aja. Masih tanya lagi, Renjun tau kalau Haechan gak suka sama mama barunya.

Renjun mendengus tapi tiba-tiba mereka mendengar handphone Renjun yang bergetar.

Renjun nyengir dan ijin mau mengangkat telpon.

"Siapa?" Papi nanya.

"Gak ada namanya, masih nomer."

"Gak usah diangkat kalau gak kenal."

Taulah papi benar-benar menjaga privacy anak-anaknya. Sebagai orang penting dia gak mau nomernya tersebar.

Tapi diem-diem Renjun ngangkat. Ya siapa tau penting, atau jangan-jangan temennya mau nagih tugas. Atau juga gebetannya mbak Yeri.

"Injun!"

Renjun mengrenyit dan langsung melotot ketika denger suara yang gak asing di telinganya.

"ECHAN! LO DI MANA BANGSAT!?!?!"

Napas Renjun menggebu-gebu dia kesel dong. Orang rumah pada nyariin Haechan. Malah anak tengil itu gak merasa.

Mendengar nama Haechan disebut langsung buat papa berdiri dari sofa dan menghampiri Renjun. Papi juga, polisi yang ikutan denger juga menghampiri Renjun.

"ECHAN, DI MANA LO?!"

"Injun.."

Papa langsung merebut ponsel Renjun, "Haechan kamu di mana?"

Gak ada jawaban.

Pak polisi nampak frustasi harusnya kan biar Renjun dulu yang bicara. Kalau kayak gini jadinya malah kacau.

"Kita langsung lacak keberadaannya aja!" Kata polisi yang lebih muda dan segera mengambil laptopnya untuk melacak keberadaan Haechan lewat sambungan telepon.

Papa harap-harap cemas. Waktu yang digunakan melacak keberadaan Haechan cukup lama dan akhirnya polisi itu menemukan titik keberadaan Haechan.

"Kita menemukannya."

Gak berpikir panjang lagi papa ditemani yang lain langsung pergi ke tempat Haechan berada.

|

Betapa kagetnya papa saat liat Haechan yang duduk sendirian di bawah pohon dekat sungai yang gelap banget.

"Haechan?"

Gak ada sautan sama sekali dari Haechan. Haechan tetap diam dan melamun ke arah sungai.

Tunggu,

tempat ini sering banget keluarga Haechan kunjungi. Dulu saat keluarganya masih baik-baik saja.

"Haechan?"

Renjun, papi dan beberapa petugas polisi yang ikut ke sini juga bingung. Doy dan Jeffrey yang diberitahu Haechan udah ditemukan juga ikut terdiam kaku.

"Haechan jawab papa, kenapa kamu ke sini?!"

Tubuh Haechan diserong menghadap papa. Tapi masih tetep sama pandangan Haechan kosong.

"Kenapa Haechan pergi gak bilang-bilang sama papa? Haechan jawab jangan diem aja. Haechan!?"

Haechan keliatan kayak orang gelisah. Haechan benar-benar bingung harus berbuat apa, Haechan merasa bersalah dan—gak tau Haechan bingung.

"Haechan?" Papa sekarang dalam mode soft gak mau buat Haechan jadi takut.

Tapi Haechan malah menggeleng, "Haechan liat abang."

Papa diam kaku. Haechan ngomong ngaco.

"Injun.. injun liat ada abang di sana!" Haechan menunjuk ke arah danau yang bener-bener gelap.

Semua orang di sana bingung sama apa yang Haechan liat. Gak ada apa-apa. Di sini gelap.

"Echan, di sana gak ada apa-apa. Kayaknya lo salah liat deh, di sini kan gelap."

"Injun gak per-caya..." Haechan keliatan sedih.

Haechan memandang papanya lagi dengan pandangan berharap. Kenapa gak ada yang percaya sama Haechan.

"Papa ingetkan waktu bang Tae sama mama ajak kita ke sini?!?!"

Haechan mengrenyit waktu gak ada respon sama sekali sama papa, "Papa gak inget?!?"

"Papa gak inget?"

"Kenapa papa bisa lupa?!"

Haechan marah. Dia mandang papa gak percaya.

"Haechan ini udah malam, kita pulang!" Tangan papa megang Haechan ngajak pulang tapi Haechan gak mau.

Haechan menghempas tangan papa.

"Haechan!" Papa mulai emosi.

Papa maju satu langkah dan mau menangkap Haechan yang malah berjalan mundur.

Tapi sialnya kaki Haechan kepleset di rumput yang licin buat dia nyebur ke danau.

Byurr...

"HAECHAN!!"

|

Hshshs echan🤧

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hshshs echan🤧

fake feeling ; haechan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang