running from human

12.2K 1.7K 40
                                    

Haechan sebenarnya kesel banget waktu banyak temen-temennya yang pada bisik-bisik ke arah Haechan. Sebenarnya sih gak masalah, tapi ini urusannya Haechan yang lagi diomingin.

Tapi semakin banyak yang berucap yang enggak-enggak Haechan jadi marah. Dia gak bisa nahan amarahnya.

"Itu kan Haechan yang denger-denger stress sampe masuk rumah sakit."

"Pantesan dia depression papanya nikah lagi."

"Coba liat, makin aneh aja."

"Papanya yang legislative itu ya, saking sibuknya gak sadar anaknya sampe depression."

"Kasian Haechan pasti sedih banget sampe stress karna punya ibu tiri."

Haechan bener-bener muak denger bacotan siswa dari kelas lain yang menjelekan namanya sama papanya.

Gak bisa apa mereka gak ngurusin hidup orang. Haechan mengepalkan tangannya kuat-kuat mencoba mengontrol emosinya. Rasanya Haechan pengen tonjok mulut-mulut itu.

Plak..

Haechan kaget waktu Renjun nepuk pundaknya dari belakang.

"Udah gak udah didengerin, biasanya kan lo budek."

"Sialan."

"Hehe, yuk pulang bareng gue."

Haechan terdiam.

"Kenapa? Dijemput ya lo?"

"Lo pulang duluan aja."

Renjun mengrenyit, nih anak ngadi-ngadi ya? Renjun jadi khawatir.

"Kenapa?"

"Lo pulang duluan aja!"

"Lo mau ke mana?"

"Pulang!"

"Ya makanya bareng aja echan!" Renjun gemes sama Haechan yang gak nyambung.

"Lo pulang duluan!" Haechan masih kokoh menyuruh Renjun pulang duluan.

"Kenapa si? Papi gue bilang kalau lo harus pulang sama gue."

"Tapi papa gue enggak!"

Renjun berdecak, "papi gue bilang begitu tandanya itu pesan dari papa lo!"

"LO PULANG DULUAN!"

Renjun spontan kaget denger Haechan yang membentaknya. Renjun sebenarnya khawatir sama Haechan yang dari tadi pagi diem mulu. Lagi pula Haechan cuma ada di kelas terus gak ngelakuin apa-apa, Haechan juga gak ikut kelas olahraga di outdoor.

Haechan aja gak fokus sama pembelajaran, ya walaupun emang gak pernah fokus sih. Tapi setidaknya gak sependiam kayak tadi sampai sekarang.

"Jangan buat gue risih, karna rasa khawatir lo."

"O-oke.."

Renjun langsung meninggalkan Haechan begitu aja.

Haechan menunduk, salah lagi dia. Tapi mau gimana lagi. Haechan bener-bener sedih kalau semuanya menatapnya dengan pandangan khawatir.

Haechan bener-bener marah sama dirinya sendiri. Sekarang Renjun kayaknya marah gitu sama Haechan.

|

Gak tau deh Haechan mau ke mana. Tapi dia lagi pengen jalan kaki. Kayak biasanya kalau gak diijinin pake mobil sendiri. Dan biasanya Haechan bakal mampir ke tempat futsal.

Haechan berhenti saat dia udah ada di taman. Sepi sih, makanya Haechan suka. Dia ambil bola dari tasnya yang emang udah kebiasaan dia bawa.

Haechan sekolah bukannya bawa buku dan perlengkapan alat tulis tapi malah bawa bola saking cintanya sama benda bulet satu ini.

Haechan menggiring bolanya menuju gawang dan menendangangnya sampai bola itu menembus jaring.

Udara memang agak dingin. Sore ini Haechan habiskan cuma buat main bola aja. Haechan sampai bolak-balik ambil bola dan kembali menendang lagi. Terus-terus gitu aja.

Haechan berhenti menendang bola saat bolanya menggelinding entah ke mana. Haechan menghela napas lalu duduk gelesotan di lapangan. Capek banget.

Napas Haechan tersenggal-senggal. Kenapa jadi sesak gini ya. Haechan berulang kali tarik napas terus hembuskan, gitu-gitu terus sampai sesaknya agak berkurang. Tapi tiba-tiba ada yang aneh sama dirinya sendiri.

Mata Haechan spontan mendelik saat liat ada orang di sampingnya pas. Haechan panik dia langsung bangun dan lari kenceng. Gak tau arahnya mau ke mana yang ada di pikiran Haechan cuma lari terus.

Haechan bener-bener takut, orang itu masih mengejar Haechan. Sampai Haechan gak fokus sama jalanan lagi.

Brak..

Haechan menabrak seseorang. Mereka berdua tersungkur ke tanah. Orang itu nampak kesakitan tapi langsung berusaha bangun dan coba bantu Haechan yang masih tersungkur.

Tapi saat mau dibantu Haechan dengan gerakan cepat langsung menggeleng dan berteriak.

"Aaaaaa jangan!!!"

Orang itu Mark, lebih tepatnya kakak tiri Haechan. Mark bingung.

"Haechan kan? Jangan takut!"

Haechan tetep menggeleng sambil menangis. Pipinya udah basah air mata sekarang wajahnya juga pucat banget.

"Argh!!!"

Mark panik liat Haechan yang tiba-tiba kesakitan.

Haechan nangis sesenggukan. Haechan ketakutan. Mark gak tau harus berbuat apa selain telpon mama sama papanya sekarang.

"Jangan!"

"Haechan tenang. Aku gak jahatin kamu kok."

"Pergi!"

"Pergi!"

Haechan benar-benar merutuki dirinya sendiri karna gak mau diajak pulang bareng Renjun tadi.

Haechan nyesel.

Sekarang Haechan bener-bener ketakutan. Haechan capek banget. Napasnya udah sesek banget. Haechan gak bisa berbuat apa-apa saat pandanganya yang mulai menghitam.

|

Jangan lupa vot dan commennya sunflower 💚🌻

Jangan lupa vot dan commennya sunflower 💚🌻

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy anniversary 😃😍😍

fake feeling ; haechan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang