18. Ara

93 18 2
                                    

Budayakan vote sebagai support :)
Aku pengen baca komen-komen kalian gaes :(

Selamat membaca cerita Ara :)

Kalau kalian gak mau, buat aku aja :p

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalau kalian gak mau, buat aku aja :p

---

Kamu adalah tanda tanya yang belum aku temukan jawabannya hingga sekarang.

---

“Lo gapapa?” tanya Ara ketika ia sudah duduk didepan Angka. Diperhatikannya wajah Angka yang babak belur, bahkan sebelah matanya dibalut oleh perban.

Angka tersenyum manis didepan Ara. “Kenapa? Emang kalo gue bilang gapapa lo bakal tetap care ke gue kayak sekarang?”

Ara sedikit linglung dengan jawaban Angka. Tentu saja, saat ini ia sangat khawatir dan jawaban yang diberikan Angka sangat berbeda dengan jawaban yang diharapkannya.

Angka tertawa. “Ternyata lo juga bego yah,” katanya menatap Ara.

Sontak Ara menepuk lengan Angka sedikit kencang tidak peduli jika ekspresi wajah Angka menunjukkan kalau pukulannya itu sangat sakit. “Gue gak bego. Lo yang bego,” ralat Ara menahan emosi.

“Harusnya kalau lo gak bego, gak mungkin lo bisa dibego-begoin sampe diculik kayak kemarin,” sinis Angka, ia menoleh ke luar jendela ruangannya.

Ara diam. Ya, apa yang dibilang Angka itu memang benar. Harusnya jika ia tidak bodoh, ia tidak akan hampir diculik seperti kemarin. Dasar Revan sialan, rutuk Ara dalam hati.

Melihat perubahan raut pada garis wajah Ara, Angka sedikit merasa bersalah. Mungkin kata-katanya tadi sedikit kasar. Baru saja ia hendak meminta maaf tapi gagal karena pintu ruangan rumah sakitnya terbuka dan dibaliknya datang Aluna dengan membawa sebuah termos mini.

“Wah ada Ara?” Aluna bertanya retoris. Ara tersenyum pada Aluna, dalam hati ia bertanya-tanya apa yang Aluna lakukan disini.

“Heh, ayooo kamu mikirin apa Ara?” Aluna menggoyang-goyangkan telunjuknya menujuk Ara.

Ara gelagapan karena sepertinya ia ketahuan sedang memikirkan tentang hubungan antara Aluna dengan Angka.

“Angka ini adek aku, Ra. Jadi jangan khawatir pacar kamu diambil Kakak ya.”

Sontak Ara tersenyum mendengar ucapan Aluna yang ia anggap lucu. Ya, Aluna memang lucu setahu Ara tapi ia tak menduga kalau kalimat seperti itu akan keluar dari bibir pink milik Aluna tersebut.

“Aku gak pacaran sama Angka kok,” respon Ara lambat.

Aluna tertawa kecil, “terus tadi ngapain kamu tadi lari-lari nyari Angka di lorong?”

Sumpah! Ara sedang malu sekarang  ini. Ia benar-benar merasa dipojokkan dan tidak tahu harus melawan apa. “Tapi aku gak pacaran sama Angka, Kak,” Ara masih saja membantah.

“Lo malu ngakuin pacaran sama gue, Ra?” interupsi Angka yang langsung di balasi gelengan oleh Ara. “Nggak kok, aku nggak malu.”

Aluna tertawa mendengar jawaban Ara. “Nah tuh kamu ngakuin sendiri kalau kamu pacarnya Angka.”

Dan Ara pun akhirnya kalah. Aluna dan Angka saling bertos ria atas kemenangan mereka. Astaga, kakak adik macam apa mereka ini?

To be continued ...

---

Terima kasih telah membaca cerita Ara :)

Jangan lupa meninggalkan vote dan komentar.

Yuk follow Instagram aku @ranisa_chan

Salam Ranisa :)

Re: Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang