27. Ara

67 15 2
                                    

Jangan lupa tekan tanda bintang yg di pojok kiri yah 🌟
Plus komen nya jangan lupa!

Selamat membaca cerita Ara ♥️

Gue selalu menduga-duga kalau berteman itu sebenarnya menyenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gue selalu menduga-duga kalau berteman itu sebenarnya menyenangkan.

---

Ara bagian dua puluh tujuh

Cowok itu sedang berbaring dikamarnya. Disana juga ada Aluna yang sedang menimang Aqila dengan sayang.

“Dek, kita main keluar yuk, ngajak Aqila jalan-jalan,” ajak Aluna.

“Nanti aja, Kak. Angka masih capek,” jawabnya. Ia baru pulang sekitar sepuluh menit yang lalu dari apartemen Ara. Sebenarnya ia tidak mau pulang, ia sedikit merasa bersalah karena telah membuat cewek itu menangis didepannya.

Dia perempuan yang hebat, Angka menilai Ara. Tapi sekaligus dia juga perempuan yang lemah, yang tidak bisa berdamai dengan masa lalunya dan menganggap masa lalunya sebagai bayangan dia. Membuat dia terkungkung di tengah lingkaran masa lalu, dan tidak bisa keluar dari lingkaran itu. Padahal, jika saja ia mau berdamai dengan masa lalu nya mungkin Ara tidak akan sama seperti Ara yang ia kenal sekarang. Bisa jadi dia menjadi gadis yang sangat manis dan penurut.

“Hayoo, kamu ngelamunin apa lagi, Dek?” Aluna menginterupsi semua pikiran Angka, “mikirin Ara, ya?” tebak Aluna.

Angka tersenyum, tidak menjawab pertanyaan Aluna. “Kita keluar yuk, Kak. Ngajak Aqila jalan-jalan.”

Jam istirahat, Ara sejak lima menit lalu telah mengomeli Ella untuk segera keluar kelas. Ia ingin makan, perutnya sudah berteriak minta diisi.

“Sabar dong, Ra. Bentar lagi kita sampe nih,” protes Ella ketika Ara menarik tangannya agar jalannya lebih cepat.

“Buruan, entar kantinnya penuh lagi.” Ellah menggeleng, tak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya ini. Tadi pagi dia datang dengan mata bengkak seperti habis menangis, tapi sekarang dia malah cengengesan seperti tidak terjadi apa-apa.

Memang aneh.

“Ya, lo sih jalannya lama kayak siput, penuh deh kantinnya,” omel Ara ketika di kantin tak ada lagi bangku yang kosong.

“Ya namanya juga jam istirahat kali, Ra. Jadi semua orang pada ke kantin buat makan,” bela Ella. Tapi tetap saja, Ara sudah kesal. Dimiringkannya sedikit bibirnya. Matanya menelisik mencari bangku yang kosong tapi nihil, semua sudah penuh. Akhirnya dengan kesal Ara berbalik hendak meninggalkan kantin.

“Gak jadi makan nih?” tanya Ella. Ara menggeleng, mau makan dimana juga kalau sudah penuh semua tempat. Menyebalkan.

Tiba-tiba sebuah tangan menarik pergelangan tangan Ara. Angka.

“Lo mau makan?” tanya Angka pelan. Ara mengangguk, kemudian ia dibawa Angka untuk duduk di tempat nya. Ara duduk disebelah Angka bersama teman-temannya yang sudah ia temui kemarin di rumah sakit, Aksa, Gilang, dan Cakka. Disebelah Cakka ada seorang cewek yang sibuk memainkan ponselnya. Ara tidak kenal siapa cewek itu.

“Dia Thea, pacarnya Cakka,” terang Angka yang membuat sekali lagi Ara merasa yakin kalau Angka itu bisa membaca pikiran. “Lo tadi bareng temen lo? Suruh dia makan disini aja.” Ara mengangguk, memanggil Ella dan menyuruhnya duduk disebuah bangku disebelah Aksa.

“Wah, cewek cantik nih,” goda Gilang.

“Lang, gue laporin Shenaya lo yah,” ancam Aksa. “Loh kenapa Shenaya? Gue gak pacaran kok sama dia,” bela Gilang.

“Eh, Gilang lo pacaran sama adek kelas yang namanya Shenaya, ya?” Ara tiba-tiba ikut-ikutan nimbung.

“Ya elah, gue cuma bercanda tadi, sorry yah, La,” Ella mengangguk, “dan juga Ra,” panggil Gilang, “gue tuh gak pacaran sama Shenaya. Dia aja yang ngedeketin gue mulu.”

“Tapi lo suka kan sama Shenaya?” Ella menimpali, dan setelah itu terjadi perbincangan seru tentang Gilang dan Shenaya sampai-sampai mereka lupa dengan Angka yang sudah menatap mereka, ralat menatap Ara masam sejak tadi.

“Oh ya, Te, katanya kamu suka banget sama Korea?” Ara tiba-tiba bertanya pada Thea adek kelasnya itu.

Thea menoleh, melepaskan earphone yang sejak tadi menempel di telinganya, “banget, banget, banget, pake BGT, Kak.” Thea menjawab antusias.

“Oh ya? Emang bias kamu siapa?”

Baru saja Thea hendak menjawab, suara deheman Angka membuat mereka semua menoleh ke arah Angka.

“Apa? Gue Cuma batuk.”

To be continued ...

---

Terima kasih karena telah membaca cerita Ara ♥️

Jangan lupa tekan tanda bintangnya di pojok kiri dan komennya yuk juga ♥️

Instagram aku

@ranisa_chan

Tag aku kalau kalian posting quotes dari ceritaku ya ♥️

Salam Ranisa ♥️♥️♥️

Re: Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang