67. Ara | End

99 11 0
                                    

Angka mengingat-ngingat kejadian malam itu. Malam ketika Ara bersikap manis sekali kepadanya padahal mereka baru saja putus.

Jadi ini alasannya Ara bersikap baik padanya?

Karena ia ingin meninggalkan sebuah perasaan terluka di dalam hati Angka.

Angka melemparkan tubuhnya ke atas kasur. Sudah selama seminggu ini ia tak keluar kamar selain untuk mencari makan. Sisanya ia hanya mengurung diri di kamar.

Tidak ada yang berhasil membujuk Angka. Baik itu Aluna ataupun Aksa.

Sore itu, Aksa mengetuk pintu kamar Angka sekali lagi. Sambil berharap apa yang dibawanya hari ini bisa membuat Angka membukakan pintu kamarnya.

Tok tok tok

“Ka, ini gue Aksa.” Aksa mengetuk pintu dari luar.

Aksa sudah menduga kalau Angka tidak akan menyahut. Tapi ia tidak menyerah.

“Bukain gue pintunya, Ka. Gue punya sesuatu buat lo.”

Masih tidak ada sahutan.

“Ini dari Ara.”

Seketika, pintu kamar Angka terbuka.

Aksa tersenyum kecut, ternyata nama Ara mendapat reaksi yang berbeda dari Angka. Cowok itu ternyata langsung membuka pintu ketika nama Angka disebut.

“Apa?” Angka berkata ketus.

“Woy, sabar bro.” Aksa mengangkat kedua tangannya menghadap Angka berusaha menenangkannya, “gue masuk dulu.” Ia kemudian memasuki kamar Angka yang cukup berantakan. Sudah seminggu ini tidak di rapikan oleh empunya.

Aksa duduk di kursi belajar Angka sedang empunya duduk di atas kasur menghadap Angka.

“Apa yang lo maksud?” Angka bertanya dingin.

Segera saja, Aksa mengambil sesuatu dari dalam tasnya kemudian menyerahkannya pada Angka.

“Lo mau ngasih gue duit?” Angka menatap selembar amplop yang diberikan Aksa kepadanya.

Seketika Aksa tertawa terbahak-bahak mendengar kalimat Angka. “Ternyata lo jadi bego ya setelah ditinggal Ara!” serunya membuat dirinya mendapat sebuah lemparan bantal dari Angka. “Itu surat, bro. Buka aja.”

Angka baru memahami kalimat Aksa setelah beberapa detik. Akhirnya ia membuka amplop yang disalah satu sisinya bertuliskan inisial namanya dan mengambil kertas yang terlipat didalamnya.

To: Angkasa Farel Ardafa

Ciee yang kangen sama gue :p
Gue yakin pas lo baca ini artinya gue udah gak ada disana. Hehehe, sorry ya gue pergi gak bilang-bilang. Habisnya kalau gue bilang, takutnya lo malah nahan gue nyuruh jangan pergi. Kan gue enak buat nolak. Jadi gue pergi tanpa pamit deh. Sorry.

Angka, thanks ya lo udah mau repot-repot buat nyari pelaku yang ngebongkar rahasia gue. Makasiiih banget dari gue. Dan maaf juga karena gue minta lo gak perlu ngungkap siapa pelaku sebenarnya. Gue sayang sama dia, Ka. Dia sahabat gue. Dia gak pernah berniat mau ngejahatin gue, gue tahu itu.

Ara

Angka menghela napas setelah membaca surat Ara. Cuma dua paragraf itu saja yang berisi ucapan maaf dan terima kasih.

Angka meletakkan surat itu di atas nakas yang berada di sebelah tempat tidurnya.

Ia kemudian berdiri, “thanks ya,” katanya menatap Aksa, “gue mau sendiri dulu.”

Aksa mengerti ia kemudian melangkahkan kakinya ke depan pintu. Sebelum menutup pintu ia berkata, “pastiin semuanya udah lo baca.” Setelah itu ia menutup pintu.

Setelah mendengar kata-kata Aksa tadi, Angka segera mengambil surat Ara tadi kemudian membalik-balikan halamannya. Tidak ada apa-apa.

Kecewa, ia kemudian melipat kertas tersebut dan meletakkannya kembali ke dalam amplop tersebut dan menyimpannya di dalam laci.

Tapi beberapa saat kemudian ia tersadar, ada yang aneh dari bentuk amplop tersebut. Amplop itu kurang rapi, seperti habis dibuka sebelumnya. Dan ada bagian seperti telah diberi tulisan. Ia segera membuka laci dan mengambil amplop yang tadi kemudian melihat dalamnya. Dan benar saja, ada tulisan Ara di balik amplop tersebut.

Angka segera merobek kedua sisi amplop tersebut dan didapatinya tulisan Ara disana.

Angka, gue cinta sama lo. Tapi kita gak bisa sama-sama. Terima kasih karena udah cinta sama gue dan selamat tinggal.

=== The End ===

Whoaa, finally selesai!!!

Gak ada euforia sih waktu nyelesain ini karena aku tahu banget, ini cerita gak ada yang baca saat aku awal-awal publish ini dan gak ada juga yg ngikutin. Ya iyalah, cerita ini gak terlalu bagus, aku tahu. Maaf untuk semua kekurangan cerita ini ya, maklum aku masih sangat amatir dalam membuat cerita.

Saat ini aku gak punya projek tulisan lagi sih. Yah, mungkin ada tapi gak ada mood buat ngelanjutin ceritanya. Ide mah seringkali muncul tapi untuk realisasi nya itu susah banget. Satu dua minggu mood buat nulis cerita, minggu berikutnya gak mood lagi. Mood ku nulis cerita itu kek rollercoaster, turun naik.

Btw ... gimana nih kesannya baca cerita Ara sama Angka? Kasih dong pendapat kalian, kalau ada :)

Ty udah baca cerita Ara sampai selesai yah :)

I love u all my readers (jika aku punya reader), I'm nothing without you all Araders :)

Last, tunggu cerita-cerita ku yang lainnya yah :)

Salam cinta dari author yang gaje dan pemalas;

Ranisa

Re: Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang