47. Ara

35 11 0
                                    

“Wah Ara, Mama seneng banget loh kamu mau nginep disini,” kata Monika tadi saat ia sedang makan malam bersama seluruh keluarga Ardafa tadi.

Ada Rey, Monika, Aluna, Aqila, Aluna, dan jangan lupakan dengan Angka yang sangat bersemangat saat makan malam tadi. Biasanya dia sering melewatkan acara keluarga seperti ini. Mungkin karena Ara ada disana sehingga ia jadi begitu bersemangat.

Tak banyak yang bicara saat makan malam tadi, bahkan Andika dan Aluna sama sekali tak ikut dalam obrolan. Sebenarnya, mereka yang tidak diajak mengobrol makanya mereka lebih memilih diam saja.

Angka? Jangan ditanya. Dialah yang paling antusias ketika ditanya siapa yang mengusulkan Ara untuk menginap disini. Dia dengan bangga mengatakan tentu saja dirinya.

Rey hanya melirik sekilas ketika Angka mengatakan itu kemudian melanjutkan makannya. Sudah lama meja makan tak seramai itu. Ara yang asyik menyuapi Aqila sesekali menoleh ketika diajak bicara oleh Monika dan kemudian menjawab seperlunya.

Dia merasa senang. Sudah lama dirinya tak merasakan kebahagiaan seperti ini. Kehangatan bersama keluarga. Dia merindukan saat-saat seperti ini.

Selesai makan malam, Ara sempat mengajukan diri untuk membantu bersih-bersih tapi langsung dicegat oleh Monika yang mengatakan kalau biar asisten rumah tangga saja yang melakukan itu. Ara menurut dan kemudian mengekori Angka yang sudah menunggunya didepan pintu.

Ara tersenyum saat Angka membawanya kesebuah taman disamping rumah. Ada ayunan disana. Ara menaikinya dan berkata, “Ka, tolong ayunin dong,” pintanya manja.

Angka menurut saja. Tangannya bergerak memaju mundurkan ayunan tersebut dengan pelan membuat Ara terpekik kegirangan. Ia sangat senang, setidaknya untuk hari ini. Ara tidak ingin jika hari ini, malam ini cepat berakhir.

Angka berhenti mengayun, kemudian ia duduk diayunan sebelah Ara.

“Lo lihat gak bintang di atas sana?” Angka menunjuk bintang-bintang yang bertaburan di langit malam itu. Begitu indah, begitu banyak, tak hingga.

Ara jadi ingat kalau dulu waktu kecil ia berkemah dengan Mama dan Papanya, mereka sering menjelaskan pada Ara tentang konstelasi bintang-bintang di langit tersebut.

Ara tersenyum, “indah ya, mereka.”

Angka mengangguk, matanya tetap menatap ke langit mencoba mencari sudut langit yang tak hingga itu. kemudian matanya berhenti di sebuah rasi bintang yang mirip seperti huruf H, layaknya sebuah susunan korek api yang disusun dengan panjang yang tidak seimbang, bagian kanan lebih panjang dari pada bagian kirinya, Angka menoleh dan menatap Ara pelan.

Cewek itu sedang tersenyum, cantik sekali.

“Lo liat rasi bintang yang itu?” tunjuk Angka pada rasi bintang yang seperti huruf H itu. Ara mengikuti arah tunjukkan Angka. Dia mengerti, itu rasi bintang yang memiliki nama yang sama dengannya, Ara.

“Lo lagi nunjuk gue?” canda Ara. Angka mengangguk, “dia cantik, kayak lo juga.”

Apakah barusan Angka memuji Ara? Karena kalau iya, gadis itu sekarang sedang terbang ke langit ke tujuh. Dia benar-benar merasa tersanjung atas pujian Angka tadi. Bahkan ia tidak berkutik ketika wajah Angka sudah berada tepat didepannya. Ia dapat merasakan hangatnya deru napas Angka di wajanya.

Tanpa sadar gadis itu menutup matanya. Seperti menunggu sesuatu yang akan dilakukan Angka berikutnya. Tapi tidak terjadi apa-apa sampai beberapa detik kemudian Ara membuka matanya mendapati Angka menyentil dahinya kemudian tersenyum miring.

“Lo ngarep gue cium?” tanyanya langsung.

Ara menggeleng cepat, “impossible,” balasnya.

Gadis itu mengalihkan pandangannya, benar-benar malu dengan harapan-harapan yang tadi sempat hadir didalam benaknya. Mengutuk Angka yang sudah membuatnya terbuai dan berpikir sembarangan.

Ia merajuk. Kemudian berdiri dari ayunan yang tadi ia naiki.

Tapi baru saja ia hendak beranjak dari tempatnya, Angka sudah menariknya yang membuat Ara hampir jatuh, beruntung langsung ditangkap oleh lengan kekar milik Angka.

Gadis itu sekarang berdiri tepat didepan Angka yang langsung mendaratkan ciuman dibibir gadis itu.

Mata Ara membulat tak menyangka Angka akan melakukannya. Tapi kemudian ia membalas ciuman itu. Sampai akhirnya Ara mulai kehabisan napas dan menepuk-nepuk dada Angka untuk melepaskannya.

Angka melepaskannya, kemudian Ara meraup oksigen sebanyak-banyaknya. Wajahnya memerah dan ia langsung pergi dari tempat itu ke kamar yang sudah ditunjukkan Angka sebelumnya.

Tanpa mereka sadari, ada yang memata-matai mereka.

Re: Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang