50. Ara

41 12 0
                                    

“Thanks ya, udah ngizinin gue nginep di rumah lo.” Mobil yang dikendarai Angka berhenti di depan gedung apartemennya.

“It’s oke, lagian Mama kayaknya suka aja lo nginep,” jawabnya santai.

Ara tersenyum. Menatap Angka yang terpana melihat senyumnya.

“Lo berhenti!” seru Angka ketika Ara baru saja hendak membuka pintu mobilnya. Ia menoleh. Angka meraih tangannya, mengecup singkat punggung tangan Ara kemudian berkata, “sampai ketemu besok disekolah, Putri.”

Kemudian Angka turun dari mobil, berjalan memutar dan membukakan pintu mobil untuk Ara.

Gadis itu turun dari mobil, tersanjung dengan sikap  manis yang Angka berikan padanya.

Berterimakasih sekali lagi dan kemudian beranjak memasuki gedung apartemen itu menuju apartemennya di lantai lima.

Angka melambaikan tangannya saat gadisnya itu memasuki bagian dalam apartemen itu.  Setelah memastikan gadis itu masuk, ia kembali ke mobilnya dan mengendarai kendaraan roda empat itu menuju perusahaannya.

“Sa, ke Ardafa Group sekarang juga!” perintahnya melalui telepon pada sahabatnya itu.

Aksa tidak bertanya kenapa. Ia hanya berkata kalau dalam lima menit ia akan sampai disana.

Lima menit kemudian Angka sampai. Disana sudah ada Aksa yang menunggunya di lobi.

Aksa mengikuti langkah Angka.

Pasti ada hal yang sangat mendesak sehingga sahabatnya itu menyuruh mereka bertemu secara mendadak. Yang pasti, itu masalah mengenai perusahaan.

Atau mungkin yang lebih penting.

Tentang Ara, misalnya.

“Gue gak ngerti maksud lo, Ka.” Aksa memijat dahinya pelan. “Maksud lo apa sih? Kemaren lo ngajakin dia pacaran bilangnya cuma buat main-main, kayak cewek-cewek lo yang sebelumnya. Tapi sekarang apa?”

Benar saja, hal yang lebih penting itu ternyata adalah Ara.

“Ya mana gue tahu,” bantah Angka. “Gue juga gak ngerti kenapa cewek itu bisa bikin gue sekhawatir ini. Gue—“

Belum selesai Angka menyelesaikan kalimatnya, Aksa memotongnya lebih dulu. “Oke, jadi sekarang gimana? Bukannya kalian bentar lagi tunangan ya? Jadi masalahnya apa?” Aksa bertanya tak sabar.

Angka berdecak, “lo tahu kan peraturan pertama keluarga Ardafa itu apa?”

Dan sekarang Aksa mengerti apa permasalahan Angka.

Mereka hanya menganggap sebuah perasaan itu permainan. Tak ada yang sungguhan dalam perasaan. Sama hal nya seperti Andika. Meskipun pada akhirnya namanya dicoret dari nama pewaris utama keluarga Ardafa, ia tetap dapat menikmati hartanya karena ia telah membuang cinta itu.

Tidak ada lagi yang namanya cinta di keluarga Ardafa.

Tidak ada yang lebih penting dari uang.

Dan itulah kenyataan menyakitkan yang harus dipegang Angka.

Tapi sekarang ada satu orang yang membuatnya ingin menghancurkan peraturan itu.

Orang itu adalah Ara.

Re: Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang