54. Ara

37 12 0
                                    

Dan disinilah Ara sekarang.

Ruang yang sudah sangat sering dikunjunginya bahkan sebelum ia menjadi siswa disini.

Ruang Kepala Sekolah.

“Mau berapa kali lagi Shafara kamu berkunjung kesini?” sarkas Pak Arif, Kepala Sekolah di Ransa Highschool.

“Mau berapa kali juga Bapak mau manggil saya keruangan Bapak?” tanya balik Ara tanpa ada rasa takut sedikitpun.

Pak Arif menghela napas, berusaha bersabar pada anak dari sahabatnya itu.

Terkadang, ketidaktahuan itu membuat semuanya lebih mudah. Lebih mudah untuk bersikap adil tanpa pandang bulu. Seperti sekarang, Arif berharap untuk tidak mengetahui kalau Ara itu sebenarnya adalah anak dari sahabatnya Ardi sehingga ia tidak akan merasa segan untuk segera mengeluarkan Ara dari sekolahnya.

Beragam pelanggaran telah dilakukan Ara.

Terlambat.

Membolos.

Tidak menghargai guru dikelas.

Sering membuat keributan.

Bahkan pakaian yang tidak sesuai aturan.

Dan masih banyak lagi. Masih banyak lagi. Semua itu adalah deretan dari pelanggaran-pelanggaran yang sangat sering dilakukan Ara.

Dan sekarang, cewek itu membuat masalah yang lebih besar lagi. Yang membuat Arif mau tidak mau harus bertindak setegas-tegasnya pada muridnya yang satu itu.

“Kamu tahu ini foto siapa?” Bapak Kepala Sekolah menunjukkan pada Ara selembar foto.

Ara mengambil foto tersebut, memperhatikannya dengan seksama sampai kemudian matanya membulat mengenali siapa yang ada di foto itu. Dirinya!

Dirinya sedang bersama Revan berangkulan erat disebuah club.

Siapa yang mengambil potret dirinya itu?

Tunggu, seingat Ara itu adalah ketika dia bertemu dengan Angka. Ya, Angka! cowok itu tiba-tiba mengganggunya dan Revan yang membuat Revan kemudian meninggalkannya.

Astaga, Ara geram sendiri mengingat kejadian itu.

Juga mengingat Revan yang sudah menculiknya.

Arif memijik pelipis kepalanya pelan, “Bapak sudah tidak bisa mentoleransi lagi kelakuan yang satu ini, Shafara.” Ia menatap Ara sekilas. “Foto ini sudah tersebar ke satu sekolah, bahkan mungkin keluar sekolah.”

Pantas saja pagi tadi mereka lebih banyak memperhatikan Ara. Sekarang Ara tahu jawabannya.

“Jadi,” Ara menginterupsi, “saya dikeluarkan?”

Arif menggeleng, ia tidak bisa langsung mengeluarkan Ara. Setidaknya ia harus membersihkan nama sekolah ini dulu sebelum resmi mengeluarkan gadis itu dari sekolah.

“Sementara kamu Bapak skorsing dulu sampai pemberitahuan lebih lanjut.”

Ara mengangguk. Setidaknya skorsing lebih baik daripada langsung dikeluarkan.

Ia menerka-nerka siapa pelaku yang telah membocorkan rahasianya selama ini. Dan dipikirannya hanya ada satu nama. Angka. Ya, hanya Angka. karena hanya dia yang mengetahui rahasia Ara, selain Ella maksudnya. Dan dia juga lah pasti yang bertanggung jawab atas insiden ini.

Ara harus segera membuat perhitungan pada Angka. Harus.

Re: Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang