34. Ara

53 14 0
                                    

Jangan lupa tekan tanda bintang di pojok kiri bawah 🌟

Yuk ramaikan komennya teman-teman.

Selamat membaca cerita Ara ♥️

===

"What do you think about the first kiss?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"What do you think about the first kiss?"

===

Ara bagian Tiga Puluh Empat

Acara makan malam itu entah sebuah berkah atau kutukan buat Ara. Ia tidak tahu.

Ia cukup senang acara makan malam itu sukses dan orang tua kandungnya ikut andil dalam acara kemarin. Tapi ia sedikit bingung dengan sikap Angka yang kemarin tiba-tiba saja mengambil sebuah ciuman darinya.

Oke itu bukan masalah yang sangat besar karena itu bukan ciuman pertamanya lagi. Tapi kenapa jantung Ara sejak kemarin tidak bisa berhenti untuk berdetak dengan tidak normal?

Mereka terus berdetak kencang seolah itu adalah kejadian pertama untuknya dan wajahnya tak henti terasa memanas memikirkan kedekatan mereka kemarin.

Oh ayolah, itu hanyalah sebuah ciuman bukan apa-apa untuk seorang Shafara Kamila. Tapi kenapa sebuah ciuman itu memberi efek yang sangat berbeda dari yang lainnya? Apa yang membedakan hal tersebut?

Ara merasa seperti ada kupu-kupu yang berterbangan di perutnya. Rasanya geli tapi juga sedikit membuatnya mual. Mengingat Angka membuatnya bersemu merah.

Astaga, apa yang sudah dilakukan Angka sehingga membuat Ara seperti seorang yang linglung tidak tahu jalan. Memalukan.

Berbeda dengan Ara. Angkasa justru bingung sendiri dengan tingkahnya kemarin malam. Bisa-bisanya dia mencuri sebuah ciuman dari perempuan yang diyakininya itu bukan lagi ciuman pertamanya.

Angka merasa bodoh. Ia sudah mencuri ciuman dari gadis itu dan itu juga merupakan ciuman pertama dari Angka. Astaga ... bodoh, bodoh, bodoh. Dia merasa benar-benar bodoh sekarang ini.

Ia terlalu sibuk mengutuk dirinya sendiri sehingga tanpa sadar ia dan Ara berpapasan dilorong.

Karena sama-sama tak memperhatikan jalan, mereka berdua saling bertabrakan dan jatuh bersamaan disisi yang berlawanan.

Ara meringis, berusaha berdiri sambil membersihkan bagian belakang rok nya yang tertempel debu lantai. Angka masih ditempatnya, tidak bergerak. Matanya memperhatikan cewek itu yang sepertinya sedang bersiap untuk mengomel. Apa dia akan tetap mengomel kalau melihat yang menabraknya itu adalah Angka?

Ara yang semula memang berniat untuk mengomel terdiam ketika melihat kalau orang yang menabraknya adalah Angka. Ia teringat lagi kejadian semalam dan wajahnya kembali memerah semerah kepiting rebus.

“Lo gapapa?” tanya Angka saat ia sudah berdiri di hadapan Ara.

Gadis itu mengangguk.

“Lo udah makan?” Astaga kikuk sekali.

Gadis itu menggeleng, “gue tadi niatnya mau kekantin,” jawabnya berusaha menyembunyikan debaran di jantungnya.

“Ya udah, bareng gue aja.” Tanpa menunggu persetujuan Ara, dia menggamit tangan gadis itu dan membawanya ke kantin ke arah yang dituju gadis itu.

Mereka kemudian memesan dua mangkok bakso dan es jeruk kemudian mencari meja yang kosong sembari menunggu pesanan mereka datang.

“Yang kursinya ada dua aja,” ucap Angka ketika ia melihat Ara hendak menghampiri sebuah meja dengan banyak kursi disekelilingnya.

Ara baru ingat kalau kemarin ia dan Angka sempat bertengkar disini hanya karena persoalan Angka yang nampak diabaikan oleh gadis itu karena ia lebih asyik mengobrol dengan teman-temannya yang lain. Jadi mungkin karena itu Angka sekarang lebih memilih meja yang hanya memiliki dua buah kursi saat ia sedang bersama Ara. Baiklah, Ara akan menurut saja kali ini.

Pesanan mereka datang. Mereka menyambutnya dan meletakkannya didepan masing-masing. Dan mulai menikmatinya.

Canggung. Itulah kata yang tepat untuk mendeskripsikan keadaan sekarang. Hanya ada suara denting sendok dan deru napas yang terdengar diantara mereka. Tidak ada yang bicara.

Angka bingung harus berbicara apa. Ia tidak tahu topik yang pas untuk dibicarakan dengan Ara. Biasanya kalau ia sedang bersama perempuan, mereka lah yang mengajak Angka bicara lebih dulu, bermanja-manja dengannya.

Tapi Angka tahu kalau Ara bukanlah tipe yang sama dengan perempuan yang pernah bersamanya. Gadis itu seperti membuat pagar yang membatasi gerak-gerik Angka terhadapnya. Dan Angka tidak bisa berkutik didepan pagar tersebut.

Ara sejak tadi mengetahui kegelisahan yang sejak tadi dirasakan Angka. Tapi ia diam saja, ia sendiri juga bingung hendak bicara apa. Karena itu, sampai makanan mereka berdua tandas pun mereka masih tak mengobrol.

To be continued ...

===

Terima kasih karena telah membaca cerita Ara ♥️

Maaf kemarin lupa update.

Jangan lupa meninggalkan jejak 🌟

Salam Ranisa ♥️♥️♥️

Re: Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang